Day 3 - Reunited

5.1K 231 21
                                    

31 Desember 2010

Aku terbangun jam 9 pagi.

"Iya  tante maaf, Ryannya masih tidur pules nih, Davan gak enak banguninnya.  Kecapekan Tante, tadi malem habis main keliling-keliling sama temen kami  di sini. Baru pulang jam 1an. Maaf ya Tante." ....... "I-iya, Ryan  baik-baik aja kok tante, tenang aja." ....... "Oh, yaudah," ..... "Oke  oke, Tante," ........ "Iya, iya. Beres," ......... "Sip, gapapa tante,  tenang aja." ......... "Iya, biar Davan aja yang urus." ........ "Oke  Tan, maaf ya Tante, jadi ngerepotin. Salam buat yang lain, Tante  geulis." ...... "Oke, muah muah." Davan menutup Hpnya.

"Udah bangun Sayang? Udah sembuh?"

"Lumayan. Kita di mana ini Yang?"

"Kita ada di hotel Yang. Aku gak mungkin bawa kamu pulang subuh-subuh dengan keadaan kayak tadi."

"Oh. Barusan yang telpon Mamah? Apa katanya?"

"Iya,  dia daritadi nelponin nyuruh pulang. Katanya bentar lagi mau pergi  jalan-jalan. Trus aku bilang aja kamu masih tidur kecapekan tadi malem  abis jalan-jalan. Jadi mending kita gak usah ikut aja. Yaudah tante  bilang dia naro kunci rumah di pot bunga teras. Mereka bakal pulang agak  sore. Kalo kita mau makan, ada makanan di dapur ato mau pesen delivery  juga boleh. Ya pokoknya intinya aku disuruh ngejagain kamu."

"Ooh." Aku terdiam, "Maaf ya Davan. Bukannya liburan, kamu malah repot-repot ngurusin aku."

"Gak  papalah Sayang! Aku kan pacar kamu. Masa kamu kesusahan aku diem aja?  Trus malah ninggalin kamu buat pergi liburan? Aku bukan tipe orang yang  kayak gitu sayang. Lagian aku juga yang salah. Mau mau aja diajak pergi  sama si bule sialan. Awalnya sih dia baik manis minta perhatian, tapi  ternyata ada maunya! Kurang ajar emang dia! Awas aja kalo ketemu lagi!"

"Iya. Aku juga salah Yang."

"Udah ah lupain dia. Pokoknya sekarang kamu aman disamping aku."

"Iya, makasih ya Sayang."

"Ehmm, kamu udah diapain aja sama dia yang? Dia ngelukain kamu gak? Euhh, dia sempet-"

"Enggak  kok! Dia belum sempet ngapa-ngapain aku Yang. Dia cuma, dia cuma, cium  aku Yang. Aku waktu itu gak bisa ngapa-ngapain. Aku lemes, pusing, dan  setengah sadar. Untung kamu kemaren cepet dateng. Kalo kamu gak dateng,  aku gak tau lagi deh bakal gimana, aku gak mau bayangin." Tangannya  Davan terkepal erat. Giginya bergemeletuk.

"Aku kemaren nyariin  kalian berdua. Soalnya tiba-tiba kalian ilang. Yaudah aku mutusin buat  pergi ke toilet. Tapi begitu aku masuk, dia, dia, aku denger suara kamu,  dan si bajingan itu, ahhhh." Davan ngegebrak meja. "Kurang ajar dia!"  Matanya, ekspresinya Davan, dia marah besar.

"Udah Vaan. Aku belum sempet dia apa-apain kok. Yang penting aku selamat kan? Kamu juga udah ngebabakbelurin dia kan."

"Iya  tetep aja, dia kurang ajar banget! Harusnya aku udah tau dia kayak  gitu. Aku udah curiga sama dia sebelumnya. Harusnya kita gak usah pergi  ke sana kemaren."

"Udahlah. Ini juga salah aku yang  percaya-percaya aja sama dia. Kamu tadi bilang lupain aja kan? Yaudah,  mending sini, peluk aku aja."

Davan ngeliat aku. Tatapannya melunak. Ekspresinya berubah. Aku tau, pelukan itu bisa meredam emosi.
Dia meluk aku.

"Kalo ada apa-apa kamu bilang ya sama aku, Sayang. Aku gak pengen kamu kenapa-napa."

"Iya Sayang. Udah ya."

"Aku Sayang kamu, Step."

"Aku juga Van."

Kami pelukan cukup lama.

Beda FakultasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang