'Atau aku tidak membeli minuman?' ia merasa sangat yakin jika warna mata Sasuke sempat berubah, pria itu juga berlagak hendak menghipnotisnya tapi tidak bisa.

'Tapi kenapa Teme mengatakan hal yang berbeda?' hanya pertanyaan itu saja yang memenuhi pikiran Naruto, sehingga ia kembali sukses satu langkah menjauhi bea siswa tercintanya.

CRACK!

Kepalanya tersentak ke belakang dengan keras. Gadis itu menggigit bibirnya kuat-kuat hingga mengoyak bibir itu, ia merasa ada yang benar-benar tidak beres dengan tubuhnya karena entah mengapa, tiba-tiba saja kepalanya serasa hendak pecah dan dunia berputar-putar meski hanya sesaat, Naruto turut merasa jika sesuatu memaksa masuk kedalam pikirannya dan celakanya itu berhasil.

Sasuke mengamati matenya melewati ekor matanya, diam-diam tanpa sepengetahuan semua orang ia menyeringai penuh kemenangan yang bercampur aduk menjadi satu dengan seringai penuh sesal. 'Gomenasai, my lady. Aku terpaksa membuatmu kesakitan hingga seperti itu,' sesalnya dalam diam.

"Tapi sebagai balasannya, aku akan membawamu pergi untuk bersenang-senang, anggap saja sebagai perayaan atas berhasilnya aku untuk menerobos dinding pertahananmu," gumamnya dengan sangat lirih, lebih pelan dari sebuah bisikian lembut hingga Naruto tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Meski Naruto tahu sekali pun, ia juga tidak akan menggubrisnya karena yang terpenting sekarang adalah mengatasi kepalanya yang mungkin akan segera pecah dalam hitungan menit.

Naruto mengangkat sebelah alisnya yang bergetar tak paham. "Apa kau mengatakan sesuatu, Sasuke?" gumamnya penuh penekanan--berusaha untuk tampak baik--baik saja meski hasilnya menjadi kebalikan. Sasuke mengalihkan pandangannya dari papan tulis yang menurutnya begitu sedap dipandang melebihi apa pun di dunia, menuju sapphire cerah Naruto yang saat ini menjadi pemandangan terakhir yang ingin Sasuke lihat untuk satu alasan yang sangat kuat.

"Hn," gumam pria raven itu dengan nada yang jauh lebih rendah dari biasanya.

"Sasuke, daijobu desu ka? k-kau tampak pucat ... m-maksudku lebih pucat daripada biasanya," Naruto mulai gelisah namun di saat yang bersamaan ia merasa lega karena rasa sakit yang teramat di kepalanya secara tiba-tiba seperti datangnya, telah lenyap tanpa bekas.

"Jangan khawatir," kepalanya saat ini serasa berdenyut, kekuatannya telah terkuras habis hanya untuk membuat retakan kecil yang cukup untuk membuka pikiran Naruto padanya meski hanya sedikit, dan sedikit pula kemungkinan Sasuke untuk mengorek informasi Naruto yang dengan pasti harus mengerahkan kekuatannya lagi.

Membayangkannya saja sudah membuat kepala Sasuke serasa meledak-ledak.

Tapi, bagaimana bisa pria itu menyuruh Naruto untuk tidak khawatir? dilihat dari wajah pucatnya serta gerak-geriknya saja sudah sangat mengkhawatirkan, bagaimana bisa Naruto tidak khawatir?

"Jangan bodoh, kau terlihat sangat sakit!  aku akan mengantarmu ke ruang kesehatan sekarang juga! jangan membantah," bentak Naruto hingga mengheningkan seluruh isi, maksudnya seluruh omong kosong Guy-sensei.
Naruto bahkan tidak tahu mengapa ia merasa sangat khawatir dengan kondisi Sasuke. Setengah dari dirinya merasa pria itu pernah sangat berarti baginya-jauh dimasa yang lampau. Namun yang setengah lagi merasa jika semua itu hanyalah isapan jempol belaka.

Logika sebaik apa pun tetap tidak akan masuk akal, mengingat mereka baru saja berkenalan.
Atau mereka sudah lama saling kenal?

"Ada apa Naru ...."

"Guy-sensei, maaf telah menyela tapi ini sangat penting, saya harus segera pergi, mohon diizinkan," potong Naruto tegas.

"Tapi, mau ke mana ...."

My Lovely DarknessWhere stories live. Discover now