"Aku punya banyak uang, berapapun pakaian yang ingin kau beli, aku bisa membayarnya". Ucap jungkook tak menerima penolakan yeri.

"Kalau begitu, belikan saja untuk nayeon". Ucap yeri lalu melangkah pergi meninggalkan jungkook.

Author pov end.

Jungkook pov.

Aku menatapnya yang kini berjalan di depanku, sedikitpun ia tak mau menatapku dan tetap melangkah sesuai dengan keinginannya dan aku seorang jeon jungkook malah menurutinya.

"Yakk, kenapa kau yang marah padaku eoh?". Ucapku sembari mencengkram pergelangan tangannya.

"Pikirkan saja kesalahanmu". Ucapnya datar dengan melepas paksa tanganku.

Dia kembali melangkah meninggalkanku, sungguh aku tak tahan dengan sikap dinginnya itu.

Seorang jeon jungkook mempunyai seribu cara untuk meluluhkan wanita.
.
.
.
.
Kulihat yeri tengah kebingungan mencariku di tengah-tengah orang-orang yang tengah berlalu lalang.

"Hai nona cantik".

Aku menghampirinya dengan sebuah kostum kelinci abu-abu membalut seluruh tubuhku kecuali wajahku, sembari memberikan sebuah balon hati padanya.

"Jangan marah yeri-a, maafkan aku". Ucapku sembari menunjukan gigi kelinci andalanku.

Kulihat dia tersenyum lebar dan mengambil balon hati itu di tanganku, aku peluk tubuh mungilnya.

Ku rasakan orang-orang memperhatikan kami, seketika kami menjadi pusat perhatian.

"Jungkook-a, ayo kita pergi". Ajaknya mendongkak ke wajahku.

Aku menggenggam tangannya dan berlari dengan susah payah meninggalkan kerumunan orang-orang itu.

Kami kini berada sebuah bangku, senyumnya terus ia ukir di bibirnya sembari memperhatikan balon hati itu.

"Aku ingin es krim, rasa vanilla". Ucapnya menyadarkan lamunanku dari kekagumanku dengan senyum manisnya itu.

"Dasar bocah".

Entah mengapa aku ingin terus dia tersenyum, jadi aku menuruti saja permintaannya.

"Kalau kurang, beli sendiri sana". Ucapku lalu memberinya se-cup es krim rasa vanilla pesanannya.

Kami memakan es krim itu bersama, yeri ingin mencoba es krim coklat milikku, jadi kami saling menyuapi masing-masing.

"Kau sedang menggodaku ya".

Kulihat di bibirnya terdapat sisa es krim, dia terlihat tak mengerti dengan ucapanku.

"Apa mak-".

Belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, aku sudah melumat bersih es krim di bibirnya.

Ku menatapnya yang terlihat sangat terkejut, aku menyukai ekspresinya saat ini.

Ku lingkarkan tanganku di pinggangnya dan kembali melumat bibirnya, tapi kini lebih menekan.

Aku ingin kegiatan ini berlanjut, tapi sayangnya kami berada di tempat umum sekarang, terpaksa aku harus menyudahi ini.

Kami sedang berjalan pulang ke hotel, maksudku hanya aku yang berjalan, karena sekarang yeri sudah tertidur pulas di punggungku.

Ku rebahkan tubuhnya di ranjang tak lupa membalutnya dengan selimut dan perlahan ku ambil balon yang masih di genggam erat olehnya.

Ku tatap wajah polosnya yang sangat menggoda imanku.

Good WifeWhere stories live. Discover now