Bagian 18: Sweet Bunny

22.3K 1.6K 183
                                    

Lembar-lembar yang hilang akan kembali. Demi meperlihatkan kebenaran yang nyata. Saat ini, mereka tengah menunggu kehancuran dunia.

Aku tidak pernah mengalami pemaksaan sebelumnya. Bahkan aku tidak pernah merasa tertekan dalam kontrol seseorang yang memaksakan kehendaknya terhadapku. Geon membuatku bergerak kaku. Dia mendorong tengkuk leherku. Satu tangannya memeluk pinggangku. Begitu dekat dan keras tubuhnya menempel padaku. Bibirnya menekanku, terasa begitu panas dan dingin di saat bersamaan, di setiap gerakan lidahnya yang memaksaku.

Seolah ada sihir yang membelengguku. Rasanya ingin memaki ketika sempat-sempatnya aku melihat kilasan aneh dalam benakku. Aku melihat seorang pria yang dikerudungi dengan jubah bertudung cokelat kemerahan yang mencuat di bagian kepalanya. Jubah seperti sakte-sakte satanis terlarang. Aku tidak bisa melihat wajah pria itu, terlalu gelap oleh bayangan tudungnya. Tapi saat pria dalam benakku itu mendongak aku melihat bibirnya menyeringai dan cahaya merah dari matanya membuatku tersadar. Refleks aku berteriak dan mendorong Geon yang masih memangut bibirku.

Aku terengah. Jantungku berdebar dan tubuhku gemetaran. Aku mengalami sesuatu yang menakutkan. Teramat menakutkan hingga aku lupa apa yang dilakukan Geon padaku.

Geon menghampiriku, mendekatkan wajahnya padaku lagi. Entah kenapa, aku merasa seakan dia ingin menunjukkan sesuatu padaku. Dia tau sesuatu. Aku yakin itu. Dan tentang kilasan itu, gambaran misterius seorang pria dalam benakku terlalu aneh untuk tidak aku khawatirkan. Terlebih lagi saat aku bersama Geon.

"A-apa yang kaulakukan? Apa itu tadi? Apa maksud ucapanmu dengan aku tidak tau apapun?!" Aku memuntahkan semua pertanyaanku tanpa bisa aku cegah. Aku bingung dengan semua ini. Aku merasa tersesat dalam hutan berkabut dengan hewan liar di sekelilingku. Menanti untuk melenyapkanku.

"Memang apa yang aku lakukan?"

Aku berhenti seakan aku tersadar dari mimpi buruk. Mungkin semua itu cuma perasaanku. Jelas-jelas Geon tidak terlibat dalam hal ini. Dengan semua pengalaman supernaturalku. Tentang Drew, para vampir dan werewolf di kota ini. Tapi keberadaan Geon pula membuatku semakin bingung.

Aku menghembuskan napas panjang kembali mengatur napasku yang terengah sambil menutup mata. "T-tidak ada," balasku lalu mengusap bibirku dengan kasar. Aku menatap Geon, kembali mendorongnya untuk terbebas dari kungkungan lengan besarnya.

Tapi dia menjadi sangat menyebalkan, dia tidak bergerak dari posisinya. Aku menatap mata hitam itu dengan kesal. Dia membuatku jengkel. Geon malah semakin tersenyum senang. Dia menghembuskan napas panjang depan wajahku, belum beranjak setelah menunjukan peringai buruknya.

Seperti ketika aku menahan letupan dalam diriku. Sebagian dalam diriku meruntuki kebodohan ini. Aku ingin marah lagi padanya tapi aku tidak bisa. Dan aku kembali berakhir terpaku--terlalu bingung hingga aku tidak bisa menarik napas saat sapuan tangan lembutnya meninggalkan jejak pada bibirku. Dia mengusapnya dengan perlahan. Kembali pada sifatnya yang misterius, menekanku dalam gelombang aura jantannya yang pekat.

Geon menatapku dengan matanya yang teduh. Sudut bibirnya menyeringai. "Tidak ada, huh? Tidak semua rahasia bisa terungkap, memang. Tapi kau berhak untuk tau." Aku terdiam untuk detik-detik berikutnya mendengar kalimatnya barusan. Geon menarik wajahnya. Mengangkat tangan besarnya di samping tengkukku, memberi jarak padaku dari tubuhnya. Dia masih menatap tepat di bibirku. Membuat punggungku menegang. Dan lebih buruknya aku semakin merasa risi. "Sweet bunny."

"Aku tidak ingin tau--apapun tentang yang kau maksud. Kau membuatku kesal."

"Aku memang sedang membuatmu kesal, bunny."

I See You (Werewolf)Where stories live. Discover now