Ayato menatap Yura yang sedang tertidur dengan lelap karena obat bius yang disuntikkan dokter itu tadi pada Yura. Ayato mengepalkan tangannya kesal saat melihat beberapa luka memar cukup banyak disekujur tubuh Yura.

Selang beberapa jam kemudian Yura perlahan membuka matanya, hal pertama kali yang ia lakukan adalah meregangkan kedua tangannya yang terasa kaku. Terakhir kali yang Yura ingat adalah Ayato bersama dengan dokter yang menyuntikkan sesuatu padanya.

Yura tersenyum lirih saat dirinya mengharapkan Ayato disampingnya saat terbangun nanti. Yura bangun dari tidurnya, duduk bersandar pada sandaran kasur dibelakangnya. Yura mengecek matanya pelan lalu menatap sekelilingnya sampai akhirnya Yura menyadari dirinya sedang tidak berada dikamar biasa yang ia tempati.

Cklek!

"Kau sudah bangun?"

Sampai suara dingin tersebut menginterupsi Yura yang sedang menatap sekelilingnya, Yura menoleh kearah pintu dan mendapati Ayato sedan membawa makanan dan segelas air. Dengan terburu-buru Yura berusaha untuk menuruni kasur yang ditempatinya meskipun sekujur tubuhnya masih terasa sakit dan pegal.

"Tetap berbaring disana."

Suara dingin itu berhasil menginterupsi Yura yang berusaha turun dari kasur yang ditempatinya. Yura menatap Ayato bingung karena harus turun dari kasur yang ditempatinya atau tetap pada posisinya.

Ayato berjalan mendekati Yura lalu menyerahkan makanan dan menaruh segelas air di nakas samping kasur yang ditempati Yura.

"Habiskan makananmu dan minumlah obat yang ada di meja. Setelah makan kau boleh kembali tidur." Ujar Ayato lalu keluar dari kamar yang ditempati Yura (kamar Ayato)

Sebelum melangkahkan kakinya keluar, dengan ragu Yura memanggil Ayato. "Ayato-sama ingin kemana? A-apa Yura merepotkan A-ayato-sama?"

Ayato membalikkan badannya menghadap Yura lalu menatap nya tanpa ekspresi. "Ya, kau sungguh sangat merepotkan ku." Ucap Ayato dingin.

"Ka-kalau begitu biarkan aku tidur ditempat lain." Ucap Yura gugup.

"Kenapa kau harus tidur dikamar lain?" Tanya Ayato.

Dengan ragu Yura menatap Ayato lalu menundukkan kepalanya. "Karena aku disini." Ucap Yura dengan lirih.

"Kau pikir aku merelakan kamar ini untukmu?" Ucap Ayato dengan nada dingin.

Yura hanya menundukkan kepalanya tak berani menatap kearah Ayato. Ayato menarik dan menghembuskan nafasnya cepat.

"Mulai malam ini kau akan tidur dikamar ini begitu juga denganku. Aku tidak akan membiarkanmu mati kesakitan karena tidur sendirian tanpa berniat meminta tolong sama sekali. Pemikiran yang sangat pendek." Ucap Ayato dingin namun terdengar sebersit rasa khawatir dari ucapannya.

"Aku ada berada diruanganku bila kau mencari ku. Aku akan kembali datang kesini dan aku sarankan kau menghabiskan makananmu dan obatmu." Katanya berlalu meninggalkan Yura yang menatap Ayato dengan haru.

Yura melahap makanannya dengan senyum tak lepas dari wajahnya. Boleh kah Yura kembali berharap?

***

Ayato memasuki kamarnya setelah dirinya menyelesaikan beberapa tugas kantornya, saat Ayato memasuki kamarnya. Ia mendapati Yura yang sedang termenung di kasurnya menatap kearah jendela.

Ayato berjalan mendekati Yura lalu menaruh tangannya diatas kepalanya, Yura tersadar dari lamuannya langsung terlonjak kaget.

"Cepat tidur." Ucap Ayato dengan singkat.

Dengan terburu-buru Yura berbaring membelakangi Ayato yang sudah berbaring disampingnya. Yura memejamkan matanya erat mengutuk jantungnya yang terus berdebar dengan keras.

"Aku sudah merencanakan untuk esok. Tempat apa yang ingin kau kunjungi." Ucap Ayato memecah keheningan yang tercipta beberapa menit yang lalu.

Yura berpikir sejenak lalu menatap kearah dinding disebrangnya dengan ragu. "A-aku ingin pergi menuju makam kedua o-orang tua ku." Ucap Yura dengan lirih.

Ayato membalikkan badannya menghadap Yura dan menarik Yura menuju pelukannya, sesaat Ayato merasakan tubuh Yura yang menegang mungkin karena takut dirinya akan membentak dan memukulnya.

"Jangan takut memilih, bila makam kedua orang tuamu adalah pilihanmu maka kita akan pergi menuju sana." Gumam Ayato dengan dingin khas dirinya.

"Ayato-sama?"

"Tidurlah, aku sudah bosan mendengar ocehan tak pentingmu." Gumam Ayato pelan lalu mengeratkan pelukannya pada Yura.

Dan untuk pertama kalinya semenjak kedua orang tuanya meninggal, Yura bisa kembali merasakan pelukan se-erat dan senyaman ini. Bila ini mimpi, Yura berharap tidak dibangunkan dari tidurnya.

-Tbc-

A/n : Udah nepatin janji kan
Udah lega rasanya, tinggal beberapa chapter lagi cerita ini selesai.
Bisa ngelanjutin cerita yang terlantar deh.

Jakarta, 25 Oktober 2016

Don't Leave Me AloneOnde histórias criam vida. Descubra agora