7. confused

87 17 3
                                    

[AUTHOR POV]

Jong suk terus menatap pintu apartemen meskipun sudah berlalu 5 menit sejak Cindy keluar dengan beralasan ingin membeli makanan. Dia merasakan sudah melakukan hal yang salah kepada Cindy tapi tidak tahu kesalahan apa yang diperbuatnya. Bangkit dari duduknya, Jong suk beranjak menuju kamarnya lalu meraih ponsel yang dia letakkan diatas buffet putih di depan tempat tidur. Tangannya bergerak lincah mencari nomor teman dekatnya yang sudah beberapa waktu ini tidak bisa mencari waktu untuk mereka saling bertemu.

"woah! Woo bin-ah!"

Sapa Jong suk dengan riang setelah menunggu beberapa detik untuk mendapat jawaban teman dekatnya, Kim woo bin. "eoh.. Jong suk-ah. Ada apa?" Tanya Woo bin tanpa basa-basi. Jong suk tertawa renyah, tipikal tidak mau terlalu lama terjebak di dalam basa basi canggung, itulah Woo bin. "kau sibuk?" Tanya Jong suk sambil berjalan menuju dapur lalu membuka kulkas, tangan kirinya yang bebas mengambil sekaleng kopi lalu duduk di kursi pantry. "tidak. Aku take scene tengah malam nanti." Jawaban Woo bin membuat Jong suk Jong suk mengangguk,

"datanglah ke rumahku. Kita makan siang bersama."

***

[CINDY POV]

Aku memasukkan tanggal lahir Jong suk di password pintu apartemennya lalu menarik tuas pintunya dan masuk ke dalam, "aku kembali." Kataku dengan lemah. Kakiku langsung melangkah menuju dapur, aku hanya membeli 3 bungkus samgyetang (ayam rebus isi nasi) instan. Aku hanya berfirasat untuk membelinya 3 buah. Aku tidak tahu kenapa, tapi aku mempercayai firasatku jika aku sedang berada dalam keadaan yang sangat sensitif seperti saat ini. Aku langsung membuka lalu memasukkan satu bungkus samgyetang instan ke dalam air yang ku tampung di dalam panci alumunium yang sudah ku letakkan diatas kompor. "makanan instan sudah pasti nikmat." Gumamku dengan suara parau hasil menangis tadi.

Kepalaku memutar kejadian beberapa menit yang lalu , saat aku begitu sakit hati karena perkataan si bibir bebek hingga tangisku pecah di dalam elevator. Aku yakin para penjaga keamanan yang memantau CCTV akan terheran mengapa aku menangis. Tidak tahu harus bagaimana, aku hanya bisa tertawa renyah mengingat tangisku tadi. Kepalaku menjadi sedikit pusing karena tangisku tadi.

"Cindy-ssi?" suara berat yang sedikit familiar membuatku lamunanku buyar. Aku mendongakkan kepalaku dan mendapati seseorang yang sangat sangat amat di kenal di Negara ini. Kim Woo Bin. Aku tersentak kaget saat mata kami bertemu hingga tubuhku berjalan mudur secara refleks. Saking terkejutnya aku tak sengaja menyenggol panci panas yang sedang aku gunakan untuk merebus samgyetang. Lengan atasku melepuh.

Aku sekali lagi melonjak, kali ini karena tanganku yang terasa perih luar biasa. "AH SAKIT!" aku memekik menggunakan bahasa ibuku yang sudah lama tidak kugunakan. Terkadang aku refleks mengatakan bahasa itu. "mwo?" Woo bin mengerutkan alisnya. Terdengar suara riuh langkah kaki yang berlari menuju dapur, Jong suk, dia berlarian menghampiriku lalu menarik lenganku yang terlihat melepuh. "YA DULPARI! BERHENTI MEMBUATKU KHAWATIR!" Jong suk tidak melepas pandangannya dari lengan kananku yang melepuh. Dia meminta Woo bin untuk mengambilkan kotak p3k yang ada di lemari sebelah kulkas. Setelah kotak p3k dibawakan, Jong suk mendudukanku di kursi pantry.

Aku mencoba memahami berbagai perasaan yang berkemelut di dalam hatiku. Jari-jari Jong suk yang bergerak lembut mengolesi salep dingin membuatku berdebar. Aku merasakan kupu-kupu berterbangan di dalam perutku. Sensasi luar biasa yang baru pertama kali aku rasakan. Inikah perasaan seorang penggemar jika idolanya melakukan hal manis?. Aku menyukai perasaan ini. Begitu hangat dan membuat seluruh kekesalanku terhadap Jong suk menguap entah kemana.

Jong suk meniup-niup lukaku dengan lembut lalu membalutnya tipis. "duduklah di kursi makan. Aku akan mengerjakan sisanya." Ucapnya sambil menggulung perban dan memasukkannya ke dalam kotak p3k. Aku menggeleng kepalaku lalu berdiri, "aku hanya terluka sedikit. Bukannya patah tulang. Lagipula aku disini sebagai asisten.. aku masih bisa menyelesaikannya." Aku mendekati kompor lalu memutar tuasnya hingga api yang menyala di sumbu kompor menghilang. Aku mendengar Jong suk mendenguskan napasnya kesal tapi dia tidak melarangku melakukannya.

SLICE OF MEMORIES. [END]On viuen les histories. Descobreix ara