1. my messier life

569 28 0
                                    

[AUTHOR POV]

Jam weker berbentuk apel dengan warna hijau toska berdering nyaring saat jarum panjangnya tepat menyentuh angka 12 dan jarum pendeknya berada di angka 7. Seharusnya bunyi nyaring ini dapat membangunkan gadis yang tertidur pulas di kasur sebelah jam weker itu diletakkan, tetapi jam weker tidak berarti banyak. Gadis itu justru mengerang kesal lalu menarik selimut berwarna biru lautnya hingga menutupi kepala.

Hal itu tidak berlangsung lama, seorang wanita paruh baya memasuki kamar gadis tersebut dan menarik selimutnya dengan sekali sentak. "ya! Jika kau tidak bangun sekarang, aku akan membuatmu tidur di jalanan malam ini!!" ancamannya terdengar tidak asing di telinga gadis tersebut, dia tetap meneruskan tidurnya yang sudah setengah terganggu karena weker dan teriakan ahjumma satu ini. "hah! jjinja!! Aku akan menyewakan kamar ini pada yang lain." Wanita tersebut memutar tubuhnya dan meraih gagang pintu kamar gadis itu. Kali ini ancaman sang wanita paruh baya itu membuahkan hasil, gadis itu bangun dari tidurnya lalu beranjak dari tempat tidur dan menatap wanita itu dengan sengit. "arasso-yo. " suaranya mengeluarkan nada menyerah lalu mendorong punggung wanita itu agar segera keluar dari kamarnya.

"kitaryo Cindy-ssi.. ada sesuatu yang harus ku katakan."

Wanita paruh baya ini menahan dirinya keluar dari kamar, gadis yang diketahui bernama Cindy itu pun menghentikan kegiatan mendorong punggungnya dan menatapnya dengan setengah memicing karena dia belum benar-benar tersadar dari tidurnya. "ini sudah tanggal 3 januari sudah lewat 2 hari dari jatuh tempo pembayaran kamarmu.. ini pertama kalinya terjadi. Aku tidak menuntut apa-apa. Hanya saja coba tanyakan keadaan appa-mu. " wanita yang biasa dipanggil ahjumma oleh Cindy menatapnya dengan rasa simpati yang membuat Cindy menghela nafasnya sembari menarik rambutnya yang berantakan mundur ke belakang. "dua tahun kau tinggal di kamar ini.. dia tidak pernah telat mengirim uang pembayaran. Hanya saja itu aneh." Sambung ahjumma , lalu dia mengelus lembut lengakn kiri Cindy dan berjalan meninggalkannya yang masih terdiam di bibir pintu kamarnya.

Kepala Cindy penuh dengan kekhawatiran. Jika di ingat, sudah seminggu belakangan ini appa nya tidak bisa dihubungi. Terlebih lagi uang bulanan miliknya sudah menipis dan mungkin sudah membuat Cindy mati kelaparan jika saja ahjumma tidak memberikannya makan gratis di rumah bersama ini. Ya, rumah bersama. Rumah dimana ahjumma menjadi penyewa seperti Cindy dan sekaligus sebagai perantara antara pemilik rumah dan ke dua penyewa lainnya.

Setelah menghabiskan sepuluh menit untuk berfikir sambil melamun menatap langit-langit rumah, Cindy memutar tubuhnya dan mengunci pintu kamarnya. Dia bergerak menuju kamar mandi dengan segala pertanyaan yang berhilir mudik melewati kepala kecilnya.

[CINDY POV]

"appa.. jaebal.." aku meringis sekali lagi setelah berpuluh-puluh kali menghubungi appa tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Sebenarnya kemana appa? Apa dia sakit? Atau dia diculik? Mungkinkah pria paruh bayah yang masih suka menonton kartun seperti appa memiliki kemungkinan untuk diculik?. Tidak.. semoga tidak.

Ponselku berdering saat aku melangkah masuk ke dalam kereta bawah tanah menuju namyangju . agak menyebalkan, hari ini aku harus meninggalkan kelas literature-ku dan menemui appa. Tetapi ada perasaan mengganjal. Seperti sesuatu akan terjadi entah apa. Ah.. apaa kuharap kau baik-baik saja disana.

BRUUK

Kereta tiba-tiba terhenti dan aku kehilangan keseimbangan hingga terjatuh. Ponselku juga terjatuh hingga berserakan, bahkan baterainya bisa terlepas. "ige boya..?" gumamanku sendiri membuatku merinding. sepertinya memang sesuatu yang buruk akan terjadi. Aku mengambil ponsel, baterai dan penutupnya. Setelah memasang baterai dan menutupnya dengan rapat, aku menyalakan ponselnya segera. Tepat setelah itu kereta kembali bergerak dan aku langsung memasukkan ponselku ke dalam saku mantel tebal yang kukenakan. Dengan berat aku menelan ludahku sendiri dan berpegangan pada tiang berwarna perak yang memantulkan bayanganku. Ini semua sangat membuatku khawatir dan tidak nyaman.

SLICE OF MEMORIES. [END]Where stories live. Discover now