III Perang

44 2 0
                                    


3

Perang

Ralphie masih berada di lahan parkiran mall, tidak mengambil tindakan, hanya menunggu apa yang akan terjadi setelah ini. Semua orang disana masih berharap dan berdoa kepada Tuhan. Kemudian melesat cepat sebuah pesawat tempur luar angkasa , menembaki gedung mall itu hingga hancur! Perlahan bangunan besar itu rubuh, semua orang yang berada disekitarnya berlarian menyelamatkan diri. Disini keputusasaan mulai muncul, rasanya percuma melarikan diri, toh mereka hanya makhluk lemah yang tak berdaya.

Selanjutnya pesawat musuh menembaki semua orang yang berlarian di jalan, bagi mereka yang tak beruntung akan mati tertembak senjata laser mematikan. Sisanya pergi bersembunyi menuju stasiun bawah tanah. Sedangkan Ralphie, berlari dengan sekencang-kencangnya menuju arah pulang.

Di perempatan jalan, ia bertemu dengan satu pasukan Arch berbadan tegap dengan pistol laser di lengannya, Ralphie mengambil sebilah besi panjang yang berada di tumpukkan sampah, memegangnya dengan sangat erat. Tuhan, tolong selamatkanlah aku kali ini, aku telah lelah berlari, jika aku mati, setidaknya tidak dalam keadaan menjadi manusia lemah.

Dalam hitungan ketiga, Ralphie melesat secepat roket yang meluncur, menghindari segala tembakan peluru yang menghujaninya. Mendekati monster itu dan memukulnya keras-keras dengan besi yang di genggamnya. Meskipun benda itu cukup keras, ia tak merasakan sakit sedikitpun. Baju perangnya sangat tebal. Sehingga pukulan Ralphie tadi, hanya memberikan efek geli baginya. Ia terus mencoba kembali menyerangnya dari berbagai arah, terkadang sesekali terpental karena radius ledakan peluru yang cukup dahsyat. Meskipun tubuhnya telah dipenuhi luka, Ralphie tidak menyerah. Ia terus berusaha maju mengalahkan monster sialan itu.

Pria ini sangat lincah, dapat menghindar dari berbagai tembakkan musuh. Ia mendekatinya, memukul dan menendang wajahnya dengan tendangan super keras, sepertinya ini membawakan hasil. Monster itu merasa kesakitan terkena tendangan maut Ralphie. Dan disanapun idenya telah muncul, pasukan Arch itu memiliki kelemahan dibagian kepala. Hindari tanduknya, pukul kepalanya, maka ia akan kewalahan dan memiliki banyak celah.

Ralphie kembali berusaha untuk kesekian kalinya, menghentakkan kaki ke dinding lalu melompat dan memukul kepala monster itu dengan besi panjang yang keras. Sangat membawakan hasil, monster keparat itu terlihat begitu menderita dengan luka lebam dan darah berlumuran di wajahnya. Bodohnya, Ralphie selalu melakukan cara yang sama untuk menghabisinya, ditambah monster ini bukanlah monster yang bodoh. Ia telah menebak pergerakan Ralphie selanjutnya, dan berhasil melumpuhkan pria itu hingga tak berdaya. Ralphie terbaring lemah ditanah, dengan luka disekujur tubuhnya. Jangankan untuk melawan balik, buat berdiri saja dia mengalami kesulitan. Dalam keadaan ini, Ralphie hanya bisa pasrah dan berdoa pada Tuhan. Semoga ia mengirim utusannya untuk menolongku, itulah perkataanya didalam hati. Pasukan Arch yang terlihat lapar ini, bersiap mengisi penuh kekuatan senjata miliknya, sehingga ketika mencapai tenaga maksimal, Ralphie akan hancur dalam sekejap! Menjadi seperti debu, terurai tertiup angin, mulai berpencar dan kemudian menghilang.

"Bersiaplah, rasakan hari pengadilanmu!" kata pasukan Arch tersebut dalam bahasa Arch.

Ralphie hanya bisa menyembunyikan wajahnya, seperti orang yang mengigil ditengah badai es dingin. Dengan penuh ketakutan, ia berdoa dalam hati. Tuhan, selamatkanlah saya.

Percuma saja, hal itu hanyalah sia-sia. Hati makhluk menyeramkan ini sudah sekeras batu. Ia tak kenal belas kasih, tak perduli siapa itu. Maupun dia anak kecil, orang tua, bahkan orang yang telah sekaratpun, ia bisa membunuhnya kapanpun ia mau. Ketika peluru lasernya dilontarkan. Ralphie terperanjat, terkejut dan menutupi seluruh wajah, termasuk kedua bola matanya. Beberapa detik setelah tembakan itu diluncurkan, ia merasa heran. Kenapa tidak terjadi apapun? Mengapa ia tidak merasakan sakit? Lalu Ralphie membuka matanya, ia melihat seorang wanita bertubuh tinggi dengan rambut panjang berwarna hijau tergerai tertiup angin, sedang melindunginya dengan perisai sihir yang ia pakai untuk melindungi Ralphie dari tembakan tadi.

Gerbang AntariksaWhere stories live. Discover now