I Siasat

209 9 2
                                    


1

Siasat

Inilah kamarnya, berukuran luas bersih tujuh ribu lima ratus sembilan belas meter persegi, meliputi panjang dua koma tujuh lima dan lebar tiga meter persegi. Dengan satu kasur tidur di lantai, sebuah lemari pakaian yang di lengkapi cermin bundar berukuran sedang yang menempel di pintu, meja belajar, dan rak buku tempat penyimpanan seluruh buku pelajaran dan koleksi novel yang di milikinya di letakkan. Ia hidup di keluarga yang sangat sederhana, dengan kebutuhan yang pas-pasan tentunya. Ralphie tinggal di kota Java bersama dengan ibunya tercinta. Ia anak yatim, ayahnya meninggal lima bulan yang lalu karena tragedi kecelakaan yang tragis. Hal itu terjadi saat siang hari, ketika berada di persimpangan jalan, Ayah Ralphie melihat kucing malang yang menyeberang, tetapi sangat membahayakan. Dengan keadaan jalanan yang masih ramai kendaraan, di tambah dengan datangnya truk besar bermuatan mesin jahit melaju dengan kecepatan tinggi ke arah kucing tersebut. Melihat dari keadaan itu, Ayah Ralphie dengan sigap berlari menghampiri untuk menyelamatkannya, ia telah berusaha berlari secepat mungkin. Ketika kucing telah berada di genggamannya, ia melempar kuat-kuat ke arah semak-semak. Memang nyawa kucingnya selamat, namun tidak dengannya. Ayah Ralphie tertabrak truk besar itu dan mementalkannya beberapa meter dari lokasi kejadian. Keadaan yang awalnya sunyi dan tenang berubah menjadi riuh. Semua orang berdatangan menghampiri untuk melihat. Supir truk yang gagal melarikan diri akhirnya berhasil di bekuk warga untuk di laporkan ke kantor polisi. Sedangkan nyawa Ayahnya tak terselamatkan. Ia langsung tewas di tempat seketika dengan tubuh berlumuran darah. Terkadang memang perlu sebuah pengorbanan untuk menyelematkan sesuatu, dan terkadang pula hal itu akan mendatangkan kesedihan mendalam.

Tak ada kegiatan spesial yang di lakukan anak ini setiap harinya. Selepas sepulang sekolah, ia hanya berada di dalam rumah hingga esok pagi hari datang kembali. Ia hanya keluar sesekali, untuk suatu hal yang di anggapnya penting. Ralphie berbaring di atas kasurnya dengan kaki yang di angkat ke atas kursi kecil. Hanya tertidur, bermain permainan konsol, dan membaca novel, itulah kegiatan yang biasa ia lakukan sehari-hari. Terkadang ia menginginkan untuk bermain bersama teman-temannya di luar, sangat di sayangkan ia tidak bisa melakukannya pada siang hari. Ia membenci siang, dan sangat menyukai malam. Baginya sinar rembulan lebih baik di bandingkan matahari. Karena bintang panas itu hanya membawa rasa sakit bagi dirinya.

*********

Di lorong tangga yang menjulang tinggi ke atas, terdengar suara panggilan ibu Ralphie yang memanggil.

"Ralphie! Kesini sebentar nak."

Mendengar panggilan ibunya, Ralphie langsung bangun dari tempat tidurnya, membuka pintu dan menuruni anak tangga menuju dapur. Ia menghampiri ibunya yang sedang memegang sebilah pisau tajam di lengan kanannya, sambil menyayat-nyayat kulit ikan mas yang berada di atas ember berwarna hitam pekat.

"Ada apa, bu?" tanya Ralphie dari arah belakang.

"Malam ini kita akan makan ikan, tapi ibu lupa untuk membeli sayur mayur sebagai pelengkap menu masakannya. Mungkin karena ibu yang ceroboh dan tidak teliti saat berbelanja, sehingga melupakan bahan pokok yang wajib ada pada hidangan kita nanti."

"Jadi, aku harus membeli sayuran itu? Pada siang hari ini? Mengapa tidak nanti malam saja." keluh Ralphie.

"Memang mau kapan lagi? Kita akan makan pada malam hari nanti, sedangkan kamu membeli sayurannya pada malam hari pula. Jangan ngawur kamu!" balas ibunya.

Ibu Ralphie merogoh saku bajunya, mengambil sebuah dompet dan mengeluarkan selembar uang kertas untuk belanja, lalu memberikan pada anaknya.

Gerbang AntariksaWhere stories live. Discover now