Suara dentuman pintu membuatku tersentak kaget. Mataku langsung menatap sumber suara. Di depan sebuah pintu berwarna putih, Jong suk sudah berdiri dengan handuk yang menutupi rambutnya. Kurasa dia baru saja mandi. Langkahnya begitu santai menuju kulkas dan mengambil sekaleng kopi lalu dia membalik tubuhnya. Matanya melirikku, sedetik kemudian dia berjalan kearahku. Deguban jantungku semakin terasa membuatku ingin berteriak. Dia terlalu tampan untuk terus dipandangi. "berapa umurmu?" Tanya Jong suk dengan nada datar. Dia tidak tersenyum sama sekali. Membuatku ekspektasiku tentang dirinya yang amat baik terkikis sedikit.

[JONG SUK POV]

Jin Ah sepertinya asal-asalan memilihkan seorang asisten untukku. Bayangkan saja? Gadis ini terus saja menatapku. Sepertinya dia salah satu fans yang akan memotretku dikala tidur. "umurku 22 tahun" suaranya terdengar gugup. Apa aku begitu menakutkan?. "berarti kau 5 tahun dibawahku. Panggil aku oppa saja." Aku tidak ingin dia menjadi terlalu canggung dengan memanggilku Jong suk-ssi. Setidaknya biarkan saja gadis ini senang memanggilku oppa. Lihatkan, wajahnya langsung memerah seperti tomat. "siapa namamu?" aku menenggak kopi ku lagi tanpa memalingkan pandanganku darinya.

"Cindy Jung."

Namanya terdengar seperti dia adalah foreigners. Tapi apa urusanku dengan namanya. Aku menghabiskan seluruh kopi yang sejak tadi kuminum lalu memberikan kaleng kosongnya kepada gadis bernama Cindy itu. "buang lalu bersihkan rumah ini. Baju kotor yang ada di kamarku tolong diantar ke laundry. Lalu siapkan perlengkapan untuk jadwal besok. " aku beranjak dari sofa dan hendak kembali kekamar. Tapi aku mengurungkan niatku. Kembali kuputar tubuhku dan menatap Cindy, "kau membawa apel hijau?" tanyaku. Dia mengangguk polos dan langsung mengeluarkan sebuah apel hijau yang di bungkus plastik dari tasnya. "YA! Lain kali jangan memakai plastik. Kau harus menggunakan tas kertas. Aku benci plastik." Kali ini aku berkacak pinggang, "kau membawa parfum mint?" dia mengangguk lagi dan mengeluarkan sebotol parfum dari tasnya. "Aish.. jjinja. Jangan membeli parfum murahan seperti itu. Aku ingin yang bermerk. Aku akan mengganti uangmu jadi jgn pernah beli parfum murahan!" dia salah lagi. Sebenarnya apa yang dijelaskan Jin Ah padanya. "masker hitam?" dia kembali mengeluarkan sebuah masker hitam dari tasnya. Masker itu kelihatannya dibeli minimarket murah. "ya! Pabo! Jangan pernah bawakan aku barang dari tempat murahan! Argh.. menyebalkan" aku meninggalkannya dan masuk kekamar.

Sengaja tidak aku kunci karena dia akan datang mengambil seluruh baju kotor yang tertumpuk di dalam closet. Besok aku sudah kembali shooting drama terbaru. Rasanya lega setelah beberapa bulan berisitirahat. Ponselku berdering keras, membuatku tersentak kaget. Mengapa ponselku sendiri selalu membuatku terkejut. Pabo. Aku beranjak menuju buffet yang ada di depan tempat tidurku. Setelah mengambil ponselku, aku membaca nama yang tertera di layar. Eomma. Aku mendesah malas. Ini kesekian kalinya dia meneleponku. Dia pasti ingin aku pulang dan menemaninya. Tidakkah dia tahu aku sangat lelah dan ingin beristirahat? Memangnya kemana anaknya dari suami barunya? Kenapa tidak meminta anak tersebut menemaninya. Menjengkelkan sekali.

Aku menekan tombol kecil yang ada dipinggir layar ponselku untuk meredam suara panggilan tersebut setelah itu mematikan ponselku lagi. Baru sejam tadi aku menyalkan ponselku, sekarang aku kembali me-non-aktifkannya. Rasanya malas berhubungan dengan eomma. Kalau bukan memintaku datang ke rumahnya bersama lelaki itu, pasti dia berbicara soal calon istri. Tidakkah dia tahu bahwa disaat aku sedang berada di puncak seperti ini hanya akan menjatuhkanku jika aku menikah?.

Dengan penuh kekesalan aku membanting tubuhku sendiri ke kasur. Rasa malas menjalar di seluruh tubuhku membuatku berfikir untuk terus tidur seharian ini. Aku menutup mataku dan mencoba lelap ke dalam tidur lagi. Tapi tunggu dulu..sesuatu terdengar aneh ditelingaku. Suara apa.. vacuum cleaner?? Apa yang dilakukan anak itu? Apa dia memakai vacuum cleaner khusus untuk kamarku?. Aku beranjak dari kasurku dengan perasaan kesal yang memburu. Kubuka pintu kamarku dengan kasar lalu melihat apa yang dilakukan gadis itu. Benar saja. Dia menggunakan vacuum cleaner khusus untuk kamarku. Aish.. ini menyebalkan. Apakah Jin Ah tidak memberitahunya bahwa untuk membersihkan seluruh isi apartemen ini dengan sapu? Bukan dengan vacuum cleaner. Terlebih lagi benda itu dikhususkan untuk kamarku.

"YA!!!! KAU GILA?" aku membentaknya dengan keras sambil melipat tanganku. Gadis itu.. maksudku Cindy tersentak kaget dan langsung memutar tubuhnya menatapku. "kenapa kau menggunakan benda itu? Apa Jin Ah tidak memberitahumu?" lanjutku tanpa peduli wajahnya yang kebingungan. "benda itu khusus untuk membersihkan kamarku. Jika kau membersihkan tempat lain gunakan sapu dan alat pembersih lainnya!!!! Mengerti?!!" tambahku lagi sambil menatapnya dengan penuh kekesalan.

Tapi Cindy tidak seperti Jin Ah yang akan langsung mengangguk mengerti lalu mengerjakan apa yang kuperintahkan. Dia menatapku santai, "aku tidak gila. Dan, tidak bisakah kau memberitahuku dengan suara yang lebih pelan dan cara yang lebih sopan? Kau tahu aku disini memang bekerja untukmu.. tetapi bukan berarti kau bisa memperlakukanku seenaknya." Cindy mengangkat vacuum cleaner itu lalu berjalan menuju dapur. Dia masuk kedalam ruang penyimpanan dan mengambil sapu. "kau puas??? Sana lanjutkan tidurmu yang berharga." Apa? Dia menyuruhku tidur??. Aku harus meminta Jin Ah mencarikan asisten yang lain.

Segera aku memutar badanku dan masuk kembali ke dalam kamar. Tanganku meraih ponsel diatas buffet dan menekan tombol di pinggir layar untuk meng-aktifkan kembali ponselku. Segera setelah aktif aku mencari nomor Park Jin Ah dan menghubunginya.

"yeoboseo?"

Suara Park Jin Ah terdengar riang dan suara di sekitarnya berisik sekali. Aku bisa menebak dia pasti pergi berlibur bersama suaminya. "ya! Kau harus mengganti Cindy dengan orang lain. Aku tidak menyukainya." Perintahku dengan nada kesal dan begitu menggebu. "mian jong suk-ssi.. tapi aku sedang tidak di korea. Aku akan kembali ke korea setelah kelahiran anakku. Karena aku ingin anakku lahir di luar negeri. Bisakah kau menunggu?sekitar 4 bulan lagi?" apa? Wanita ini gila? Aku memintanya untuk segera mencari tapi dia memintaku untuk menunggu?.

Dengan penuh kekuatan aku melempar ponselku ke lantai dan kembali melempar diriku ke atas tempat tidur. Aku benci wanita-wanita yang ada disekitarku. Eomma , Jin Ah noona, dan gadis itu, Cindy. Entah kenapa mereka menyebalkan seperti akan membuatku murka.

Suara pintu terbuka membuatku menoleh. Cindy masuk ke dalam kamarku dan langsung menuju Closet untuk mengambil tumpukan baju kotor. "oppa.. dimana kau biasa mencuci semua baju ini?" Tanya Cindy dengan ketus. Aku bangun dari tidurku dan duduk di pinggiran kasur. Sepersekian detik aku menatap matanya yang berwarna hitam kecoklatan. Tatapannya teduh. Entah mengapa ada aliran kesedihan juga disana. "kau keluar dari gedung ini lalu menyebrangi jalan. Di depan situ terdapat tempat laundry." Dia mengangguk lalu keluar dari kamar.

.

.

Sudah 30 menit berlalu tapi Cindy belum juga kembali . Jin Ah tidak pernah selama ini jika pergi ke tempat laundry. Ah, aku lupa meminta nomor telepon gadis itu. Sial. Kemana perginya dia?

---



cieeee apdetnya cepet wkwkwkw. vote and comment yap!


syfstyles

SLICE OF MEMORIES. [END]Where stories live. Discover now