Setelah melalui perjalanan yang membuatku lelah, aku tiba di depan rumahku. Rumah yang banyak terisi dengan kenangan masa kecilku bersama mendiang ibuku. Ya, ibuku sudah berada di tempat yang sangat nyaman. Setidaknya dia sudah tidak lagi harus menahan sakit seperti saat dia masih hidup. Aku memasukkan tanggal lahirku pada kunci password pintu rumah lalu segera setelah pintu itu terbuka aku menghambur kedalam mencari appa. Aku bahkan lupa melepas sepatuku dan terus berjalan masuk ke dalam rumah. Ruang tamu kusisir hingga dua kali. Lalu menuju ruang tv dan dapur tapi hasilnya nihil. Aku yakin appa ada di kamarnya. Aku mendekati kamar utama rumah ini lalu membuka pintunya.

Baru saja aku membuka pintu yang berderit itu aku langsung terduduk lemas dengan mata yang menatap nanar ke tempat tidur appa. Bahkan airmataku dengan lancarnya mengalir di kedua pipiku. Tanganku bergetar. Aku benar-benar ketakutan. "APPAAAAA!!!" Suaraku terdengar parau dan menggema di seluruh rumah ini. Aku meraih appa yang terbujur kaku diatas tempat tidur. Bibirnya membiru dan tangannya terasa sangat kaku. Sebenarnya hari ini tepat peringatan satu tahun kematian eomma. Kenapa aku justru melihat kematian appa? Sudah berapa lama appa terkurung disini tanpa ada yang mengetahuinya? Sungguh aku putri yang keterlaluan. Appa selalu memintaku untuk pulang dan menginap beberapa hari dan aku hari ini menyesal dengan sangat karena menolak hal itu. Aku tidak mengharapkan ini terjadi. Aku membenci kematian sejak eomma meninggal sambil memegang tanganku. "appa bangun.. kumohon.." suaraku mulai terdengar tidak jelas. Aku terus menggoyangkan tubuh appa walaupun hasilnya nihil.

Aku menyesal tidak menuruti permintaan appa. Aku ingin kembali ke masa itu dan segera pulang saat appa meminta. Aku menyesal dengan sangat.. airmataku menjadi sangat tidak berarti jika mengingatnya. Aku kehilangan arah. Aku tidak tahu lagi harus berpegangan dengan siapa.. harus bergantung dengan siapa. Kini aku sendirian..

~2 bulan kemudian~

"Cindy-ssi...." Ahjumma memanggilku dari ruang makan tepat setelah aku memakai sweaterku, segera setelahnya aku turun menuju ruang makan dan duduk di salah satu kursi. Disebelahku duduk seorang laki-laki dengan rambut berwarna putih keabu-abuan yang sudah memegangi sumpit dan memandangi telur gulung yang dibuat ahjumma. Mungkin wajahnya memperlihatkan seakan dia berumur 18 tahun tapi sesungguhnya dia berumur sama denganku. kami bahkan berada di universitas yang sama hanya berbeda jurusan. Jika dia jurusan seni, aku berada di jurusan sastra inggris. "Cindy-ssi besok aku akan melakukan wawancara di radio.. " ah iya, dia baru saja akan melakukan comeback setelah setahun lalu memutuskan untuk beristirahat dari dunia entertainment. Sejujurnya dia ini seorang penyanyi yang terkenal, tetapi memilih untuk tinggal di rumah bersama ini. Aku sendiri tidak mengerti apa yang terjadi di kepalanya. "lalu apa hubungannya denganku?" aku menanggapinya dengan tak acuh sambil menyuapkan sesendok kuah sup berwarna bening yang rasanya sangat segar. "AHHH.. makananmu yang paling hebat ahjumma!" pujiku sambil mengangkat kedua ibu jariku di depan wajah ahjumma.

Seorang laki-laki dengan seragam sekolah tertawa kecil melihat tingkahku, "lebih baik noona pergi dengan hyun woo hyung .. dia akan membawamu ke teman-temannya dan membuatmu sadar bahwa kau adalah wanita berumur 22 tahun yang terlihat kekanakan." Dia mengejekku. Dengan jelas telingaku menangkap setiap kata yang dia lontarkan dari bibirnya itu. Aku menurunkan tanganku lalu menatap Lee Joon-nama anak laki-laki dengan seragam sekolah tadi-dengan sengit. "diam kau bocah" aku mendengus setelah itu. Hyun woo ikut-ikutan mendenguskan napasnya lalu menahan sumpitku yang ingin mengambil bihun yang tersedia di tengah meja. "Ya!" pekikanku terdengar nyaring diiringi dengan tatapan tajamku pada Hyun woo. "kau mau menemaniku atau tidak?" kali ini dia bertanya. Benar-benar bertanya. Aku memutar mataku malas lalu mendecakkan lidahku, "arasseo-yo aku akan menemanimu. " aku tersenyum konyol lalu mendorong sumpit Hyun woo dan segera menyambar bihun yang sedari tadi ingin kusantap.

SLICE OF MEMORIES. [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora