Bagian 8

170K 11.3K 279
                                    

Aku melemparkan tasku ke sembarang arah lantas menjatuhkan tubuhku di atas ranjangku dengan kedua kaki yang kubiarkan menggantung di bawah. Aku mengusap wajahku dengan kasar seraya menghela napas panjang. Tanganku bergerak ke atas untuk mencari ponselku yang sempat kulupakan sejak tadi malam.

Banyak sekali panggilan masuk dan beberapa pesan yang masuk ke dalam ponselku. Semua itu berasal dari Sasha, ibuku, dan ayah tiriku. Oh! Dan jangan lupa pula dengan Nate. Pria itu juga turut memenuhi notifikasi yang masuk ke dalam ponselku. Kekuasaannya benar-benar mengerikan. Setelah dia mendapatkan password apartemenku, sekarang dia mendapatkan nomor ponselku sebelum aku memberitahukannya.

Aku memutuskan untuk membuka pesan mereka satu per satu. Keningku berkerut samar saat membaca pesan yang dikirimkan oleh mereka semua. Dan berbagai macam ekspresi muncul di wajahku secara bergantian ketika aku membaca pesan-pesan tersebut yang isinya lebih banyak mengkhawatirkan tentang diriku. Tetapi tidak dengan Nate...

Nate Hamilton: Aku merindukanmu.

Nate Hamilton: Oh? Kau juga merindukanku? Iya, aku tahu kau tidak bisa berjauhan dariku.

Oh! Dia bermonolog seperti orang stres.

Nate Hamilton: Aku sedang menemani sepupuku berbelanja dan aku melihat satu set pakaian dalam yang sepertinya cocok untukmu. Aku membelikannya untukmu. Aku akan menyerahkannya malam nanti. Sampai jumpa, sayang.

Oh! Pria ini benar-benar sialan dan tidak sopan. Aku akan langsung mengacak-acak wajahnya dengan pakaian dalam sialan itu saat dia tiba di sini nanti.

Aku melemparkan ponselku ke atas ranjang lantas bangkit dari tidurku. Emosiku mendadak muncul ke permukaan setelah membaca pesan dari Nate. Pria itu selalu berhasil membuatku dirundung berbagai macam emosi.

Aku menghela napas kasar sebelum bangkit berdiri lantas berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku sekaligus menghilangkan Nate dari pikiranku.

Setengah jam kemudian, aku selesai dan memutuskan untuk keluar dengan jubah mandiku sembari mengeringkan rambutku.

Aku langsung menghentikan langkahku saat melihat Nate yang entah bagaimana bisa berada di kamarku, duduk di pinggir ranjangku seraya menatapku dengan senyum lebarnya. Tubuhku seketika membeku di tempat dengan mulut yang setengah terbuka. Pria ini benar-benar tidak sopan.

"Waktunya tepat sekali, bukan? Kau baru selesai mandi dan aku membawakanmu pakaian dalam yang tadi aku janjikan untukmu," ucap Nate dengan senyum lebarnya seraya mengangkat paper bag setinggi kepalanya.

Kali ini, aku melihat Nate yang ceria. Sepertinya tak ada salahnya jika aku memakinya untuk kali ini.

Aku melemparkan handuk yang tadi kupakai untuk mengeringkan rambutku ke arahnya. "Pergilah dari sini! Kau benar-benar tidak sopan!" suaraku melengking, menunjukkan kekesalan yang luar biasa atas sikapnya itu.

Nate mengambil handukku yang mendarat di atas pahanya lantas menatapku dengan senyum gelinya. Hal itu semakin membuatku ingin memaki-makinya. Ah! Aku benar-benar akan memakinya. Selagi Nate yang berbahaya belum keluar, aku berani melawannya. Nate yang ceria sangat mudah untuk dilumpuhkan walaupun rasa kesalku semakin bertambah karena dia hanya membalas setiap kemarahanku dengan gaya santainya. Sialan.

"Kau memakai sabun apa, sayang? Ini wangi sekali," kata Nate seraya menciumi handukku.

Aku memejamkan mataku sejenak saat merasakan asap-asap kekesalan mulai keluar dari lubang hidung dan telingaku. Oh Tuhan! Kenapa pria ini menyebalkan sekali?

"Nate, bisa kau keluar dari kamarku sekarang? Aku serius saat menyuruhmu untuk keluar," ucapku, kali ini aku menunjukkan keseriusan dalam nada suaraku.

Nate menoleh ke arahku dengan alisnya yang melengkung ke atas. Setelahnya, dia menganggukkan kepalanya lantas beranjak pergi dari kamarku tanpa mengatakan sepatah kata pun. Oh! Dia menuruti omonganku.

Nate dengan sifatnya yang berbeda lagi. Kali ini, aku melihat Nate yang penurut. Sifatnya benar-benar membingungkan, bukan? Setelah ini, sifat apa lagi yang akan ditunjukkannya kepadaku? Aku benar-benar lelah menghadapinya.

Aku memijat keningku saat rasa pusing menjalar di sekitar kepalaku. Berurusan dengan Nate selalu membuat emosiku meledak-ledak sampai membuat kepalaku sakit. Aku menghela napas panjang sebelum memutuskan untuk melangkah ke lemari pakaian untuk mencari baju yang akan kugunakan saat ini.

Rasanya aku benar-benar ingin mati saja ketika aku baru sadar kalau sedari tadi aku masih menggunakan jubah mandiku. Itu artinya Nate sejak tadi melihat tubuhku yang hanya dibalut kain minim ini saja. Oh Tuhan! Bunuh saja aku.

Aku selesai dalam beberapa menit. Dan sekarang, rasanya aku malas sekali keluar kamar jika yang kulihat setelah ini adalah Nate. Aku lelah berurusan dengannya. Hariku setelah bertemu dengannya semakin berantakan. Pikiranku terus berkelana jauh, mencari cara agar aku bisa bebas dari Nate tanpa membuat satu orang pun terluka. Demi Tuhan pria itu sangat sulit untuk dilawan.

"Sayang? Kau sudah selesai? Kenapa lama sekali?"

Untuk yang kesekian kalinya aku kembali menghela napas panjang saat mendengar suara Nate dari balik pintu kamarku sambil mengetuk pintu kamarku beberapa kali. Aku melirik jam bekerku yang sekarang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Aku benar-benar sedang banyak pikiran sampai tak sadar kalau aku sudah mengurung diri selama kurang lebih satu jam.

"Sayang? Kau baik-baik saja? Tolong jawab aku," Nate kembali berteriak, kali ini suaranya terdengar panik.

"Pulanglah, Nate! Aku lelah. Aku ingin istirahat," balasku yang juga ikut berteriak seperti dirinya.

"Buka dulu pintunya, Ollie, aku mohon. Aku hanya ingin memastikan dirimu baik-baik saja."

Aku mendengar Nate berbicara dengan suaranya yang terdengar khawatir. Dan dia memohon kepadaku. Hal tersebut berhasil membuatku luluh. Alhasil, aku bangkit dari atas ranjangku lantas membuka pintu kamarku seperti yang diminta oleh Nate.

"Oh! Syukurlah kau baik-baik saja. Kau membuatku takut, Ollie. Jangan mengurung dirimu seperti ini lagi," ucap Nate dengan suaranya yang terdengar lega seraya membingkai wajahku dengan kedua tangannya.

Aku mengerutkan keningku, tak mengerti sama sekali dengan sikap Nate yang terlalu mencemaskanku. Ada apa dengan pria ini sebenarnya? Sifatnya yang berubah-ubah seperti ini membuatku sulit untuk memahaminya.

"Kalau kau ingin aku pergi, katakan saja, Ollie. Jangan mengurung dirimu seperti ini. Kau paham?" tanyanya seraya membawa tubuhku masuk ke dalam pelukannya.

Nate benar-benar mencemaskanku. Entah apa yang membuatnya menjadi seperti ini. Dan entah kenapa, aku mulai khawatir dengannya sekarang. Perasaan sialan ini membuatku terlihat seperti orang bodoh. Bagaimana tidak, aku baru saja mencemaskan pria yang membuat hidupku berantakan.

"Nate, ada apa?" tanyaku seraya menarik tubuhku dari dalam pelukannya.

"Tidak. Tidak ada apa-apa. Aku akan pulang sekarang. Jaga dirimu baik-baik, Ollie. Aku mencintaimu," jawabnya dengan senyum tipisnya. Dia lalu mencium keningku dengan lembut sebelum pergi meninggalkanku.

Apa lagi ini? Ada apa dengannya? Sifat baru apa lagi yang sekarang muncul dalam dirinya? Oh Nate! Kenapa kau membuatku seperti ini?

••••

6 Oktober, 2016

Sweet BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang