Bagian 3

201K 12.8K 129
                                    

Aku yakin aku akan menjadi gila sebentar lagi. Bagaimana tidak, ucapan Nate kemarin bukan hanya sekadar omong kosong saja. Dia benar-benar akan mengajakku ke pesta yang diadakan di rumah orangtuanya malam ini. Pasalnya, sore tadi aku baru saja mendapatkan paket berupa gaun pesta dan catatan kecil yang berisi tulisan tangan Nate yang menyuruhku untuk menggunakan gaun tersebut malam ini.

Aku meletakkan kedua tanganku di pinggang seraya menatap lurus pada gaun panjang berwarna abu-abu yang terletak di atas ranjang. Gaun itu sangatlah cantik. Kalau aku yang memakainya, panjangnya menjutai sampai ke lantai. Sangat elegan dan sudah bisa dipastikan harganya sangat mahal karena bahannya sangatlah lembut.

Jujur saja aku sangat ingin memakai gaun tersebut. Tetapi masalahnya, aku tidak ingin pergi ke pesta sialan yang dijanjikan oleh Nate. Untuk kali ini, aku harus menahan diriku untuk tak memakai gaun mewah tersebut. Setelah cincin, aku tidak ingin menerima apa pun lagi dari Nate.

Sambil menahan diri sekuat mungkin, aku memasukkan kembali gaun tersebut ke dalam tempatnya dan memutuskan bahwa aku tidak akan pergi dengan Nate malam ini. Memangnya siapa dia? Dia hanyalah bagian dari masa lalu. Orang-orang pendendam sepertinya tidak pantas untuk didekati walaupun dia memiliki wajah yang sialan tampan.

Aku memutuskan untuk berselancar dengan ponselku daripada memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini.

Hari ini seharusnya Sasha pulang, tetapi dia bilang kalau dia akan menambah waktu liburannya sampai minggu depan. Wanita yang satu itu memang plin-plan. Dan aku belum menceritakan soal Nate kepadanya. Kalau dia tahu bagaimana rupa Nate yang sekarang, dia pasti akan menyesal karena dulu pernah mengganggu pria itu, sama sepertiku. Ya, aku menyesal.

Aku menghentikan kegiatanku saat mendengar bel apartemenku berbunyi. Ternyata aku sudah menghabiskan waktu selama beberapa jam dengan ponselku. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul delapan malam.

Aku segera bangkit dari tidurku. Mengikat rambutku terlebih dahulu sebelum membukakan pintu apartemen. Tidak heran jika ada yang memencet bel apartemenku di jam-jam seperti ini. Tetangga sebelahku memang sering memberikan makanan kepadaku kalau mereka membeli makanan dari restoran. Hm... terdengar menyedihkan memang.

Namun, bukan tetanggaku dan makanannya yang berdiri di depan apartemenku saat ini, melainkan Nate. Aku lupa kalau pria ini akan mengajakku ke pesta malam ini.

"Kenapa kau masih memakai pakaian rumah?" tanyanya dengan keningnya yang berkerut heran saat menatapku.

Saat ini, kalimat luar biasa tampan cocok untuk diberikan kepada Nate. Pria ini benar-benar terlihat tampan dengan setelan berwarna abu-abu yang sewarna dengan gaun yang dia berikan kepadaku. Kalau saja dia bukan Nate yang berasal dari masa laluku, aku pasti akan langsung menerima tawarannya untuk pergi ke pesta bersamanya. Tetapi sayangnya dia adalah Nate yang dulu pernah menjadi bahan bully-an ku saat SMA sehingga membuatku harus berhati-hati dengannya karena sepertinya dia ingin balas dendam.

Aku melengkungkan alisku seraya bersedekap dada. "Memangnya kenapa?" tanyaku dengan santai, mencoba untuk santai tepatnya.

Dia mendengus sinis seraya menyandarkan bahu kananya pada pinggiran pintu dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celananya. "Jangan bermain-main denganku, Ollie. Kau harus tahu kalau aku bukan Nate yang dulu. Cepat ganti pakaianmu," katanya yang terdengar seperti tidak ingin dibantah.

Aku menelan ludahku susah payah. Dia benar. Dia bukanlah Nate yang dulu lagi. Tetapi tetap saja, aku tidak ingin pergi bersamanya. Demi Tuhan, aku tidak ingin lagi berurusan dengannya. Tidakkah dia mengerti?

"Tunggu di sini," ucapku. Dan aku dapat melihat senyum terukir di bibirnya saat aku berbalik meninggalkannya.

Dia pasti berpikir kalau aku akan menuruti perkataannya untuk mengganti bajuku. Jangan harap, Nate. Walaupun pria itu sudah berubah layaknya seorang pangeran dari negeri dongeng, aku tetap tidak akan pergi dengannya. Dia berasal dari masa laluku yang tidak baik sehingga membuatku harus berhati-hati dengannya.

Sampai detik ini pun aku yakin kalau Nate mendekatiku seperti ini bukan tanpa alasan. Dia memintaku untuk membayar semua kesalahanku terhadapnya di masa lalu. Itu artinya dia berniat untuk balas dendam. Dia juga sedikit mengerikan karena dia tahu di mana aku tinggal sebelum aku memberitahukannya. Dan pertemuan yang terjadi kemarin seperti sudah direncanakan. Entahlah.

Selang beberapa menit, aku kembali lagi ke depan, kali ini tanganku tidak kosong karena aku membawa kotak yang berisi gaun yang tadi sore diberikan oleh Nate. Aku akan mengembalikan gaun tersebut kepadanya.

"Ambil ini. Aku tidak akan pergi denganmu," ucapku seraya meletakkan gaun tersebut di atas meja.

Nate yang sudah mengambil duduk di sofa ruang tamuku langsung menatapku dengan kerutan samar di keningnya. "Sudah kubilang jangan bermain-main denganku, Ollie," desisnya tajam.

Aku menghela napas panjang sebelum menatap lurus ke arahnya. "Aku tidak bermain-main, Nate. Pergi dari sini dan jangan pernah kembali lagi. Aku tidak ingin berurusan denganmu. Soal kelakuanku kepadamu saat SMA, aku minta maaf."

Nate tertawa sinis seraya menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum bangkit dari duduknya. "Minta maaf? Semudah itu?" dia kembali tertawa sinis dan menatapku dengan aneh. "Perbuatanmu kepadaku sulit untuk dimaafkan, Ollie. Kau membuat masa SMA-ku seperti berada di neraka."

Aku menelan ludahku kelu saat Nate mendekat ke arahku dengan wajahnya yang mengeras tanpa senyum sedikit pun. Aku mundur untuk menghindarinya, tetapi dia sudah lebih dulu menangkap tangaku.

Aku memejamkan mataku saat Nate membelai lenganku dengan lembut. Rasa takutku perlahan mulai datang menghampiriku. Pria ini terlihat sangat mengerikan. Dan aku sadar kalau aku sedang dalam bahaya. Tetapi sialnya, tubuhku seolah membeku di bawah sentuhannya.

Aku bisa saja menendang selangkangannya seperti yang sering kulakukan kepada pria hidung belang yang mencoba untuk menyentuhku. Tetapi tidak dengan Nate. Bayangan masa laluku berputar-putar dibenakku sehingga membuatku tidak bisa melakukan itu kepada Nate. Dan aku... aku takut dengannya.

Aku semakin mengeratkan pejaman mataku lantas memiringkan kepalaku ke samping saat Nate mengendus leherku. Tubuhku menegang saat hidungnya berjalan di sekitar garis leherku.

"Ganti bajumu, Ollie," bisiknya sebelum dia menjauhkan wajahnya dari leherku dan melepaskanku dari sentuhannya.

Aku membuka mataku dan menatapnya sekilas. Bibirnya kembali dihiasi sebuah senyuman. Aku maju selangkah untuk mengambil gaun tersebut sebelum pergi meninggalkannya.

Detik itupula aku memilih untuk menyerah. Nate sangat mengerikan dan aku sadar kalau aku tidak bisa melawannya untuk saat ini.

••••

30 September, 2016 

Sweet BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang