Bagian 1

311K 14.8K 467
                                    

Aku membanting ponselku di atas kasur dengan kesal saat melihat nama mama kembali muncul di layar ponselku. Sudah lima kali dia meneleponku hari ini. Dan topik yang dibahasnya selalu saja mengenai uang dan uang. Demi Tuhan, aku baru saja dipecat dari kantorku karena menendang selangkangan atasanku saat pria mesum itu mencoba untuk menyentuh tubuhku.

Aku pengangguran sekarang. Dan mama tak ada habisnya memintaku untuk mengirimkan uang ke rekeningnya. Kepalaku benar-benar hampir pecah saat memikirkan semua hal gila yang kuhadapi belakangan ini. Mama yang tidak bisa hidup miskin dan ayah tiriku yang pecandu alkohol benar-benar membuatku seperti berada di dalam neraka. Mengerikan.

Sambil memijat keningku, aku mencoba untuk menghubungi sahabatku, Sasha, untuk menanyakan tentang pekerjaan yang sempat ditawarkannya kepadaku yang mungkin bisa mengisi waktuku selagi aku mencari pekerjaan yang gajinya cukup untuk membeli barang-barang mewah untuk mama dan membeli alkohol kualitas super untuk ayah tiriku.

"Ada apa, Ollie?"

"Tawaran yang kemarin, apa masih berlaku?"

"Bekerja sebagai karyawan di toko perhiasan? Tentu saja. Kenapa? Kau tertarik?"

"Ya. Tolong katakan kepada temanmu itu aku akan menjadi salah satu karyawan di sana."

"Tentu. Itu saja?"

"Ya. Terima kasih, Sha."

"Okey. Semoga harimu menyenangkan, Olivia. Lusa aku akan pulang. Bye."

Aku langsung mengakhiri panggilanku dengan Sasha setelah menyampaikan maksudku kepadanya. Setelahnya, aku memilih mematikan ponselku untuk menghindari panggilan masuk dari mama. Aku ingin istirahat sekarang. Hariku belakangan ini benar-benar melelahkan.

Pikiranku langsung melayang ke pekerjaan baruku setelah aku menjatuhkan tubuhku di atas kasur seraya memandang langit-langit kamarku yang berwarna putih polos. Sejujurnya aku tidak masalah bekerja di mana pun asal aku mendapatkan gaji yang besar. Dan toko perhiasan yang akan menjadi tempatku bekerja nanti bukanlah toko perhiasan sembarangan. Toko tersebut menjual perhiasan yang harganya cukup fantastis dan perhiasan yang hanya ada beberapa butir saja di dunia. Sudah bisa dipastikan jika aku akan mendapatkan gaji yang besar nantinya.

Yang menjadi masalahnya, aku akan bekerja di toko perhiasan. Toko perhiasan. Demi Tuhan, aku tidak yakin bisa menahan diri untuk tak mencuri salah satu perhiasan yang ada di sana. Aku penggila perhiasan, tetapi dulu, saat uangku masih banyak. Tetapi sialnya, rasa hausku akan perhiasan tidak pernah bisa hilang sampai sekarang walaupun aku sudah jatuh miskin. Dan bekerja di toko perhiasan adalah cobaan terberat di dalam hidupku.

Tetapi mau bagaimana lagi, aku sangat membutuhkan uang. Semoga saja iblis di dalam diriku memilih untuk liburan saat aku bekerja di toko perhiasan nanti agar salah satu dari perhiasan tersebut tidak masuk ke dalam tasku. Ya, semoga saja.

Aku menarik selimutku sampai ke dadaku lantas mematikan lampu kamarku dan membiarkan lampu tidur yang ada di sisi kanan dan kiriku tetap menyala. Ini sudah cukup malam dan aku memilih untuk tidur sesegera mungkin agar besok tidak terlambat datang ke tempat kerjaku yang baru.

Dan beberapa jam kemudian, telingaku menangkap suara keras dari jam beker yang ada di atas nakas. Aku meraihnya lantas mematikannya sebelum memutuskan untuk membantingnya karena suaranya begitu mengganggu pendengaranku dan tentu saja tidurku.

Waktu cepat sekali berlalu. Tidurku terasa nyenyak sekali karena aku tidak memimpikan apa pun. Hal tersebut membuat tubuhku terasa lebih segar. Dan aku berharap kalau itu merupakan pertanda bahwa hariku akan baik-baik saja.

Aku duduk sejenak di pinggir ranjang seraya meregangkan tubuhku lantas menghidupkan ponselku terlebih dahulu sebelum bergerak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.

Sweet BillionaireМесто, где живут истории. Откройте их для себя