Gonggongan anjing bersahutan ketika mengendus para pencuri tanaman yaitu hewan-hewan pengerat dan kera liar yang suka mencari sarapan pagi. Langit cerah dengan sinar yang menusuk menghangatkan badan. Aroma asap berkat pembakaran sampah tersebar di area tertutup sana, membuat sekeliling tanah tertutupi asap.
Kali itu Kiana dibangunkan dengan wajah Raydon yang masuk ke mimpi, mengganggunya seperti biasa. Matanya terbuka pelan dengan pupil mengecil yang terasa gatal, di detik pertama matanya terbuka kepalanya langsung dihantam rasa sakit yang membuatnya melengkuh di atas ranjang.
Bibir keringnya bergetar, tangannya bergerak ke kepala untuk menekan penderitaan. Pandangannya kabur, sinar tidak masuk cukup baik ke dalam ruangan, semua nampak coklat dan gelap dengan banyak benda-benda yang bergantung di atas kepala.
Mengingat terakhir kali sangat sulit pagi itu, rasanya ia baru jatuh dari ketinggian dan masuk ke dalam air laut, menghantamkan diri ke air dingin dan terjun sampai menyentuh pasirnya. Satu-satunya yang melayang di kepalanya adalah mengenai Matthew, keadaan dan perasaanya setelah berteleportasi ke tempat yang dipertanyakan, pria itu merobohkan janjinya untuk tidak dahulu menggunakan kekuatan kini mereka menerima penderitaan yang disebabkan.
Ranjang itu kecil, bantalnya berwarna pink buram dan sudah usang, aromanya juga tak sedap bahkan nampak berdebu dari kapuk di dalam. Kiana mengangkat kepalanya sedikit, mencari Matthew di sekitar dan juga melihat-lihat di mana dia terbaring. Ketika dia terus melirik dengan kegundahan dia melihat satu gadis kecil berdiri mematung di balik gantungan-gantungan alat dapur di atas kepala. Matanya nampak sipit dan kelopak matanya agak hitam, rambutnya pirang panjang dan acak bahkan bisa terlihat ada debu yang menyangkut di pangkal rambutnya, entah dia habis bermain di bawah kolong meja atau apapun itu.
Kiana membalas menatapnya dengan canggung, mungkin gadis kecil itu salah satu yang tinggal di rumah kecil tersebut dan Kiana tengah berbaring di kasur favoritnya. Ia hendak memanggilnya namun gadis kecil itu berbalik dan berlari menuju pintu yang terbuka, kakinya laju turun dari rumah, mendatangi ibunya yang bekerja sebagai pemungut barang bekas. Selang beberapa menit kemudian Kiana yang masih menyeimbangkan tubuh ketika terduduk di ranjang mendengar omelan samar dari luar, suara wanita dan nadanya yang semakin mendekat. Bahkan setiap detik ocehannya terus keluar, sampai dia di dekat pintu.
"Kau tidak menjemur baju! Semua basah tadi malam dan belum ada yang kering pagi ini! Astaga Geza aku akan menyikatmu dengan kawat jika kamu tidak mandi setelah ini!" Ocehnya. Aksennya kental, dan wanita itu cerewet.
Gadis itu mengekori ibunya dari belakang setelah melaporkan bila perempuan yang tertidur sudah bangun. Wanita itu menyusuri lorong sempitnya di antara dinding dan perkakas bergantung hanya selebar 1 meter, kepalanya membuat benda-benda itu berbunyi ricuh di pagi hari. Melihat sosok wanita yang datang dan suara bising Kiana acap berdiri dan merasa menghormati pemiliknya. "Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk berada di sini," jelas Kiana cepat, menjepit jemari di depan kakinya.
"Oh sayang!" Putusnya. "Kufikir tadinya kau adalah korban singa hutan karena kau mengeluarkan darah dan tidak sadarkan diri." Ia terkekeh. "Tapi kau sempat siuman, bergumam sendiri, aku tidak mau meninggalkanmu di balik pohon karena terkadang banyak kera yang mulai berdatangan untuk mencuri ubi dan buah-buahku yang lain!" Ia berceloteh, kini mulai geram.
Anaknya di belakang nampak tenang, tetap memperhatikan Kiana di balik tubuh ibunya dan menyukai kegelapan. Lalu ada suara cegukan dari belakang, sang anak tetap menahannya seolah cegukan akan membuatnya sakit. Kiana menatap wanita berambut pendek dengan ikat kepala yang merapikan poni pirangnya ke belakang. Ia memakai serbet dapur di pinggang, namun semuanya nampak kotor dan kusam.
"Ummm, apa- apa kau lihat seorang pria? Saat, itu? Di sekitar aku pingsan?" Kiana cemas.
"Oh?! Tentu saja ada dia, aku hanya membawamu dan pria itu dibawa dengan gerobak oleh suamiku." Jawabnya riang selalu dengan nadanya yang akan tertawa. Kiana membuang nafas rasa beruntung. "Apa yang terjadi dengan kalian ha? Apa kau korban pemerkosaan oleh pria itu?"
YOU ARE READING
Inside of Stone - 5T
FantasyEarthniss Setiap batu memiliki fungsi dan keajaiban masing-masing. Setiap batu dapat menyeret ke dalam kebaikan dan kejahatan. Setelah putusnya akar turun-temurun para pemegang batu A'din, semua klan terpisah jarak dan memutuskan komunikasi. Member...
