Earthniss
Setiap batu memiliki fungsi dan keajaiban masing-masing. Setiap batu dapat menyeret ke dalam kebaikan dan kejahatan.
Setelah putusnya akar turun-temurun para pemegang batu A'din, semua klan terpisah jarak dan memutuskan komunikasi. Member...
Rasa ingin menyaingi selalu timbul di kala orang lain meraih sesuatu yang jauh lebih tinggi dari apa yang kita miliki. Terlalu berlebihan dan menggebu, perasaan itu berubah menjadi rasa sirik, salah satu penyakit hati. Tak terealisasinya harapan untuk menyaingi membentuk benih-benih rasa benci, amarah, dan dengki yang bergejolak.
Adalah seorang pria ingin membuat suatu hal yang nantinya tidak ada kekuatan dan mukjizat yang dapat menyaingi, menyamai, dan mengikutinya. Dalam dedikasi berpuluh-puluh tahun menggali sendiri ke dalam tanah di berbagai belahan daerah, mencari batu yang cocok untuk proses tersebut, akhirnya ia menemukan sebuah batu yang indah dengan warna-warni alami yang bercampur padu bagai pelangi di dalam kaca.
Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.
Dia mengelana terlalu jauh dari asal, berbulan-bulan berjalan kaki hingga sandal itu rusak dan penuh tambalan hanya untuk ke persinggahan terakhir, ke dalam hutan terluas di Earthniss yang terkenal dengan 'Magic Circle', hutan Marclewood.
Hutan jenis itu merupakan hamparan tanah dihidupi jutaan pohon, cabang-cabang sungai yang mengairi berkelok segar, gunung yang menjulang menyentuh awan, gua-gua sarang beruang, suku-suku pedalaman, mitos dan fakta yang terbalut menyentuh segar hutan tersebut. Pria bermata sayu tak ingin batu berharganya berdekatan dengan jalan utama, ia terus menerobos hutan dan berguling lebih dalam hingga ke titik hutan terlebatnya, mencari berbagai macam halangan untuk membawa dirinya pada titik teraman yang ia kira. Lalu di antara pepohonan yang mulai berjarak renggang, dedaunan mulai habis dan menampakkan lahan kosong dan gua batu, gelap dan menarik perhatian. Ia memembawa batu ke dalam, merasakan keheningan dan kegelapan yang menitis di dalam sana, ia tak pernah takut pada apapun.
Keturunan orang utara itu menemukan alas tinggi bagaikan meja batu di bagian dinding sebelah kiri, menaruh batu cantik itu di atasnya dan mengambil secarcik sobekan kertas mungil dengan tulisan tangannya. Dia mengambil nafas setelah membacanya ulang, tak menunggu lama lagi ia merapalkan mantra-mantra kuno Xeferences sesuai di kertas. Ia menarik belati dari saku kanan, menggores sarung belati dan mendesing menajamkan telinga. Apapun yang ia lakukan adalah caranya, belati runcing ia arahkan pada pergelangan tangan kiri, sempat menahan belati itu di atas nadinya dan melihatnya bergetar dan merasakan tangan yang basah, dan ia mulai mengirisnya perlahan hingga aliran darah menyembur, ia arahkan di atas batu dan membanjirinya dengan darah.
Rasa sakit yang luar biasa menguras separuh tenaganya, penggar kepala mulai terasa karena rasa sakit yang tak terelakkan, besi belatinya pun berkarat karena hujan dan memperburuk rasa sakit. Nafasnya mulai tersendat-sendat dan habis, darah merah segar terus mengalir dan menetes tak ia hiraukan. Dengan segenap jiwa, ini adalah langkah terakhir, ia melepaskan kekuatan sihir yang dikaruniai di dalam dirinya untuk batu.
"Amient Hmpyderx Thunder Xevt Jondriell," ia merapal mantra kuno dengan pelan, memejamkan mata agar proses menyakitkan tersebut berjalan lancar. Ia gumamkan sebanyak tiga kali pada mantra yang ia dapat dari seorang penyihir terkenal di utara, hingga pada penghujung mantra ia melemah.