***

Semenjak pertemuan itu, Emma kembali pada dirinya lagi. Menjadi seorang pendiam. Terbersit penyesalan di hati Danny karena membawa Emma ke acara itu.
Karena walaupun mereka telah benar-benar resmi bertunangan, namun dia tahu bahwa Emma masih memikirkan lelaki itu. Dan bisa kapan saja kembali ke pelukannya. Itu sebabnya dia segera mengikat Emma agar tak bisa lagi lari darinya.
Namun hari ini, rasa takut itu muncul lagi. Rasa takut kehilangan Emma. Karena usaha Danny mengembalikan Emma seperti dahulu terhapus oleh pertemuan singkat tadi. Danny membiarkan Emma dengan pikirannya. Tak berniat mengganggu. Hingga mereka tiba di istana megah Emma.
"Kita sudah sampai, Emerald."
Danny turun pertama kali dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Emma. Emma akhirnya tersadar dari lamunannya dan langsung menatap Danny yang telah berdiri dihadapannya.

"Masuklah dulu, Dan. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu." Ucap Emma padanya. Jantung Danny berdegup kencang. Akhirnya hari dimana ia akan kehilangan Emma untuk kedua kalinya tiba. Danny begitu takut saat ini. Terlihat sekali kegugupan melanda dirinya saat ini.

"Lebih baik kamu beristirahat saat ini, Emerald. Kita bisa bicarakan hal lain besok." Jawab Danny tersenyum paksa. Emma menatapnya datar. Membuat Danny semakin gugup. Emma melangkahkan kakinya turun dari mobil dan menarik lengan Danny masuk ke rumah. Keringat dingin bercucuran disekujur tubuh Danny. Dia belum siap untuk hal ini. Dia belum siap melepaskan Emma. Dia masih ingin berusaha membuat Emma lupa pada Daffa.

Setibanya mereka di depan kamar Emma, Emma mendorong Danny masuk lalu mengunci pintu dibelakangnya. Danny membalikkan badan. Ekspresi Emma menggelap. Membuat Danny bingung. Mungkinkah Emma marah padanya? Untuk hal apa?

Emma setengah meloncat melingkarkan lengannya di leher Danny kemudian langsung melumat bibir Danny dengan keras. Danny hampir saja kehilangan keseimbangan ditempatnya. Emma menyerangnya secara tiba-tiba. Membuat Danny tidak bisa berfikir normal. Untuk pertama kalinya sejak mereka memutuskan bertunangan, mereka berciuman bibir. Karena selama ini Danny membiarkan Emma dan proses healingnya. Sehingga tak sekalipun Danny berani untuk menyentuhnya lebih dari sekedar rangkulan atau kecupan di kening dan pipi.

Ketika akal sehat Danny telah kembali dan mencerna apa yang terjadi, Danny mendorong bibir Emma menjauh.
"Apa yang kamu lakukan, Emerald?" Tanya Danny tertahan. Dia menatap wajah Emma menuntut penjelasan. Namun kemudian sadar, Emma tengah menangis dihadapannya kini. Diantara kegelapan dan kesunyian kamar besar ini, Emma menangis.

"Aku tidak ingin kau berfikir bahwa aku merindukannya, Dan. Sudah aku katakan berkali-kali bahwa aku membutuhkanmu. Aku tidak akan kembali padanya." Kata Emma sesenggukan. Danny mengusap pipi Emma yang basah dengan ibu jarinya.

"Aku tidak mengatakan apa-apa, Emerald." Ucap Danny. Ekspresinya kembali melembut.

"Kebungkamanmu menjelaskan semuanya, Danny. Kamu pasti berpikir bahwa aku ingin kembali padanya setelah pertemuan sialan tadi." Kata Emma menunjuk ke sembarang arah.

Danny meraih kepala Emma dan membenamkannya di dada. "Aku hanya membiarkanmu berpikir. Memang jujur, terbersit rasa takut karena hal itu. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Aku hanya ingin kamu bahagia Emerald. Hanya itu. Entah itu denganku ataupun tidak." Jawab Danny. Walaupun tidak semuanya jujur dari hatinya namun dia benar-benar ingin Emma bahagia.

"Bahagiaku denganmu, Dan. Sekarang.. dan nanti." Kata Emma membuat hati Danny membuncah senang.

"Terima kasih, Putri Saljuku." Jawab Danny mengelus rambut Emma penuh sayang. Emma mendongakkan kepalanya menatap mata Danny diantara cahaya rembulan yang menembus jendela kamarnya. Emma berjinjit sambil menarik kepala Danny mendekat. Menyatukan bibir mereka lembut. Danny menikmati tiap sapuan bibir Emma di bibirnya. Ciuman mereka bergerak semakin intens. Tangan Danny turun mengusap punggung Emma dengan gerakan melingkar mengirim gelenyar aneh di tubuh Emma. Emma mendorong tubuh Danny berjalan mundur mendekati ranjang dan menjatuhkan tubuh Danny disana tanpa melepas pagutan mereka. Saat tubuh Emma merangkak naik, secara tak sengaja, paha Emma mengusap kejantanan Danny di balik celananya. Membuat Danny melenguh menahan nafsu yang kini memenuhi tubuhnya. Danny memundurkan wajahnya dan menatap Emma tepat di matanya. Tatapan Emma juga telah menggelap tertutup nafsu, membuat nafasnya memburu.

"Emerald, ada apa denganmu?" Tanya Danny pada Emma yang berada di atasnya. Emma diam. Hanya menatap bibir Danny yang sedikit membengkak kemerahan. Pikirannya sedang kalut. Bertemu Daffa mengacaukan semua usaha yang ia bangun dua bulan ini. Seluruh pengalihan yang ia lakukan pada satu-satunya cahaya hidupnya. Sirna dalam sekejap.
Danny memandang Emma, mengerti. Lantas bangun dari rebahannya. Membuat Emma berada di pangkuan Danny. Emma menatap Danny bingung.

"Aku pulang dulu, Emerald. Beristirahatlah." Danny mengangkat Emma perlahan dan mendudukannya disamping Danny. Ketika Danny hendak berdiri, Emma menahannya. Danny terdiam tanpa menoleh.

"Kamu kenapa, Dan? Apa aku melakukan kesalahan?" Tanya Emma tak mengerti dengan sikap Danny yang tiba-tiba seperti ini. Danny tetap bergeming membuat Emma semakin bertanya-tanya.

"Dan? Ada apa?" Danny akhirnya menoleh.

"Aku hanya ingin kamu beristirahat malam ini. Aku tidak ingin mengganggumu..." ucap Danny. "Dan kegalauanmu." Lanjutnya membuat Emma sontak terkejut. Danny menarik lengannya dari genggaman Emma kemudian mengusap kepala Emma lembut.

"Beristirahatlah. Aku mencintaimu." Kata Danny lalu mengecup kening Emma penuh sayang kemudian berjalan keluar kamar meninggalkan Emma sendirian. Emma merasa begitu bersalah pada Danny yang selalu mengerti perasaannya diatas perasaannya sendiri. Air matanya meluruh. Danny tidak pantas untuk ini. Danny berhak mendapatkan kebahagiaan. Danny selalu berkata bahwa kebahagiaannya adalah Emma.

"Aku akan membuatmu bahagia bersamaku, Dan. Aku berjanji. Malam ini adalah malam terakhir aku melakukan kesalahan. Malam terakhir aku memikirkan Daffa. Dan malam terakhir aku membuatmu terluka. Mulai detik ini aku akan berusaha membuka hatiku sepenuhnya untukmu, Dan. Aku berjanji." Lirih Emma pelan.

***
Oke. Fix. Gua bakal slow publish mulai sekarang soalnya skripsi ngejar-ngejar udah kyk rentenir😭

Makasih yang masih stay disini..

Only EmeraldWhere stories live. Discover now