The End

9.4K 550 91
                                    

(Revisi)
~~~
Hampir lima tahun telah berlalu, rasanya baru kemarin Caca lulus dari SMA Pertiwi. Kehidupannya setelah Senja pergi memang nggak mudah, tapi hidup terus berjalan, dan mau nggak mau Caca harus terus mengikuti hidupnya.

Terakhir dia bisa berkomunikasi dengan Senja adalah saat hari ulang tahunnya yang ke-20. Itu pun Caca harus meminta bantuan Aden dan yang lainnya agar bisa berbicara dengan Senja. Setelah itu tak ada lagi.

Pesan yang dulu masih tersimpan rapi di ponsel Caca. Dia tak pernah berniat untuk menghapus satu pun kenangan terakhirnya dengan Senja. Dia berjanji akan menunggu Senja kembali dengan kepercayaan sepenuhnya pada Senja. Setiap saat dia menekankan pada dirinya sendiri bahwa Senja pasti akan kembali, akan kembali bersamanya, dan tak pernah sedetikpun mencoba menghianatinya. Karena dia pun demikian.

Pekerjaannya sebagai model membuat Caca yang dulu dan yang sekarang berbeda 180 derajat. Job yang dia terima sangat banyak hingga terkadang di hari libur pun dia tetap bekerja. Caca melanjutkan kuliah, tentu saja. Tapi dia tak begitu serius dengan kuliahnya, dia hanya berangkat beberapa kali. Bahkan sekarang dia tak pernah menampakkan diri lagi di kampusnya, dia lebih asik dengan kegiatan modelingnya.

Sejujurnya Caca tak pernah berniat menjadi model, entah... dia hanya merasa terlalu bosan jika menjalani hari-hari perkuliahannya seperti orang-orang lainnya. Itu wajar kan? Dia tak punya cukup banyak hiburan jadi dia memilih menyibukkan diri dengan bekerja.

Di umurnya yang ke-22 ini dia telah berhasil membiayai kehidupannya juga mamanya. Sekarang dia lah tulang punggung keluarga, mamanya sudah sejak lama berhenti kerja karena mulai sering sakit.

Caca tak pernah merasa terpaksa menjalani pekerjaannya, dia menjalani semuanya dengan senang hati. Walau konsekuensi yang harus ditanggungnya cukup membuatnya kadang stress tapi Caca tak berhenti.

Kepopulerannya sebagai model membuat Caca merasa takut jika keluar dari rumah. Terkadang dia malah tak bisa keluar rumah karena terlalu lelah bekerja, bahkan pernah dia sampai seharian di lokasi kerjanya dan setelah itu dia langsung tepar. Itu saat-saat pertama dia menjadi model, sekarang pulang malam bahkan pagi sudah sering Caca lakukan.

Yang paling mengganggu Caca adalah jika ada kumpulan orang yang jadi SKSD dan mulai bertanya aneh-aneh pada dirinya. Dia benci hal itu, sungguh.

Seperti siang ini, Caca keluar dari rumahnya untuk membeli beberapa makanan. Tapi belum sempat dia mencapai supermarket, banyak gadis remaja di pinggir jalan menghadangnya dan mengganggunya.

"Kak Raisa, kok bisa cantik operasi plastik ya?!" tanya salah satu gadis yang menghadangnya.

Caca mendengus, dia bahkan tak pernah tertarik dengan yang namanya operasi plastik. Yang dia tau, dia bisa mendapatkan wajah cantiknya itu karena dia benar-benar menjaga kesehatan dan pola makannya. Berbulan-bulan dia tak pernah lagi menyentuh yang namanya mie instant, setiap hari dia tak pernah makan nasi lagi. Tak hanya itu, setiap minggu dia harus mengitari alun-alun kota dengan berlari.

"Atau jangan-jangan kak Raisa pakai susuk ya?!" tuduh gadis yang lainnya. Caca membelalakkan matanya, what the hell, dia bahkan ketakutan melihat kakek-kakek yang mirip dengan dukun. Itu hanya mirip, apalagi yang benar-benar dukun dengan jampi-jampi ajaibnya. Mungkin dia akan langsung pingsan di tempat.

"Ehm kalian mau jadi cantik?" tanya Caca menghentikan pertanyaan absurd dari gadis-gadis itu.

Mereka mengangguk semangat, bahkan Caca sampai takut jika leher mereka patah karena terlalu semangat mengangguk.

"Kalian berdo'a pada Tuhan agar diberikan wajah yang cantik, kalau perlu kalian masuk kembali ke dalam kandungan ibu kalian dan di sana pergunakan waktu sebelum kalian terlahir ke dunia untuk berdandan," ucap Caca dengan senyum lebar terlampau menakutkan.

30 DaysWhere stories live. Discover now