Sembilan

5.8K 485 45
                                    

9. Aden goyang ngebor...

~One D - Gotta Be You~


(Revisi)
~~~
Hari pertama(siang)

Senja mengerjapkan matanya dan menatap Caca yang kini masih menempelkan tangannya di mulut sambil menatap balik Senja.

"Woy inget hukuman!!" teriak Litha dari arah belakang.

Caca langsung menghadap depan dan sok sibuk dengan ponselnya lagi. Senja pun melakukan hal yang sama. Yah daripada masa hukuman tanpa komunikasi mereka di tambah, lebih baik mereka sok sibuk sendiri.

Tapi walau terlihat sok sibuk , Caca tak bisa mengabaikan keinginan hatinya, dengan nekat Caca mengetikkan kata 'sorry Nja' di ponselnya dan mengarahkan ponsel itu ke arah Senja. Senja mendekatkan wajahnya dan akhirnya bisa membaca tulisan itu.

Senja mengernyitkan dahi, selama ini bahkan Caca sering menganiaya Senja tapi tak pernah keluar kata sorry dari bibirnya. Jadi kata sorry itu berarti apa? Pikiran Senja jadi kacau setelah menerima ungkapan sorry lewat ponsel Caca itu.

"Raisa Inara Putri!!! Gue bilang inget sama hukuman lo!" teriak Litha lagi.

Caca langsung menghadap belakang dan menampilkan muka sok manisnya dengan puppy eyes hingga membuat Litha tak bisa berbuat lebih kejam lagi.

"Iya deh, kali ini aja. Awas aja lo komunikasi sama Senja lagi, gue tambah masa hukuman lo!" Caca tersenyum dan mengangguk-angguk semangat.

Setelah dirundingkan lagi, selama tiga puluh hari Caca dan Senja tidak bisa berkomunikasi. Lewat jalur apapun, ponsel, secara langsung, lewat surat, lewat perantara apapun itu tidak diizinkan. Itu perjanjian yang dibuat Jati, mungkin dia kelewat kesal pada Senja yang sudah membuatnya babak belur waktu itu.

Sekarang pun Jati tidak berangkat, dan Litha duduk di bangkunya menjomblo sendirian. Harusnya bisa saja kan Caca duduk di bangku yang tidak ditempati oleh Jati. Dan lagi-lagi tambahan untuk Caca dan Senja, mereka diharuskan selalu duduk satu bangku dalam keadaan apapun. Dan itu mutlak tak dapat dibantah.

Caca bungkam dengan peraturan itu, Senja pun sama. Mereka memilih diam dan menjaga hati mereka masing-masing dari godaan setan yang terkutuk dan raja setan yang kejam bernama Jati. Daripada hukuman mereka ditambah, sebaikanya mereka berdua diam.

Selama jam pelajaran Caca mencoba fokus, mencoba menghilangkan pikiran-pikiran buruk yang mulai menghampirinya. Begitupun dengan Senja, dia juga melakukan hal yang sama. Ada yang berniat menggantikan hukuman mereka mungkin? Karena rasanya tak mudah menjalankan dare konyol yang di terima mereka berdua, berasa LDR walau sebenarnya jarak hanya sejengkalan jari.

---
Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Caca dan Litha keluar dari ruang kelas sambil menunggu Anya dan Vita yang sejak pagi belum muncul.

"Caca!" teriakan yang merdu itu membuat Caca langsung tau siapa yang memanggilnya. Siapa lagi kalo bukan Anya.

"Hm..." Anya mendengus mendengar tanggapan Caca yang tidak seceria panggilannya tadi. Caca mengerutkan keningnya saat tak melihat Vita di samping Anya. Biasanya sahabatnya yang beda kelas dengannya itu kemana pun sama-sama.

"Ih Caca lo mah datar banget sih, gue ada kabar menggemparkan seluruh jagad raya. Anjir gilak, lo harus tau, wajib, kudu!"

"Ngemeng yang bener Anya!" kata Litha dengan malas. Sejak permainan konyol yang dibuat Litha kemarin, Litha jadi nimbrung kemanapun. Caca tak pernah mempermasalahkan itu, dia dan yang lainnya menerima Litha dengan hangat. Hanya Anya yang sepertinya tak bisa akur dengan Litha.

Seperti kali ini, Anya menatap Litha jengkel. "Jadi si Vita... jadian sama si Raka. Hebat kan? Iya kan? Si Aden jadi stress badai tau nggak haha lucu banget. Masa ya Ca tadi pagi, pas tau si Vita jadian sama Raka dia jadi sok galau. Oh iya bahkan dia meluk cowok elo, gila kan. Aduh otaknya udah geser saking nyeseknya kali ya. Ohh iya hari ini dia kan janji mau joget-joget di lapangan sambil bilang gue canteks. Ayok buruan ke lapangan!!" teriak Anya semangat pada Caca.

Litha melongo di tempatnya sambil mencerna ucapan si Anya yang nggak pake spasi. Panjang dan nggak ada remnya. Caca menggelengkan kepalanya, melihat kelakukan salah satu sahabatnya itu.

"Pantes si Vita nggak keliatan," guman Caca.

"Iya, ternyata abis jadian. Minta pj juk!" ajak Litha tapi Caca menggeleng dan memilih mengikuti Anya yang sudah lebih dulu ke kelas 11-1 yang menghadap ke lapangan. Karena kelas Caca ada di lantai dua, jadi dia dan Litha memilih untuk menyaksikan penampilan Aden dari lantai dua.

Litha mengikut di belakang Caca dalam diam. Sesekali dia memeriksa ponselnya dan senyum-senyum entah karena apa.

Sampai di depan kelas 11-1, suasana lapangan sudah ramai dengan siswa-siswi SMA Pertiwi. Di tengah lapangan beridiri Aden dengan toa di tangan kanannya.

Lagu dangdut mengalun perlahan membuat Aden langsung menggoyangkan badannya.

Caca menahan tawanya saat melihat di sebelah Aden berdiri Senja, dan Raka. Mereka sepertinya ditarik paksa untuk ikut berpartisipasi mempermalukan diri sendiri. Setia kawan pikir Caca.

Aden menggoyangkan badannya dengan gemulai, bahkan lebih hot dari pada penyanyi dangdut yang sering ada di pinggir jalan. Caca, Litha dan Anya sudah tidak dapat menahan tawanya lagi saat Aden melakukan goyang ngebor dan patah-patah ala-ala seorang Aden.

Senja dan Raka dengan senyum terpaksa, dan badan kaku mencoba menyamai apa yang dilakukan Aden tapi malah berakhir lucu. Seperti robot yang lagi sakit pinggang, bedanya kalo robot dilihat enak, kalo Senja dan Raka benar-benar nggak banget.

Saat musik berhenti untuk pertama kalinya Aden langsung mengangkat toa nya dan mendekatkan ke mulutnya. "Anya cantik, Anya cantik, Anya cantik, Caca lebih cantik!"

Ups sepertinya Aden salah bicara, Senja langsung saja mendorong badan Aden hingga menabrak pagar yang terbuat dari kumpulan orang-orang di lapangan.

"Hahaha sumpah itu si Aden emang suka sama lo beneran ya Ca?" tanya Litha pada Caca. Caca hanya tersenyum sambil mengangkat bahunya.

Lagu dangdut kembali mengalun membuat beberapa yang ada di barisan depan mulai ikut menggoyangkan badan mereka. Hingga musik berhenti dan lapangan riuh dengan suara tawa.

Tapi suara tawa itu jadi redup dan sunyi saat mendengar suara toa lagi. Kini toa yang tadi dipegang Aden sudah berpindah ke tangan Senja. Seperti tau jika Caca ada di lantai atas tepat menghadap lapangan, Senja mendongakkan kepalanya dan tersenyum ke arah Caca.

"Raisa Inara Putri, tunggu lima tahun lagi gue lamar lo di tempat ini, tempat yang sama, dengan orang-orang yang sama, gue janji!"

Lapangan masih hening, Caca yang ada di lantai dua langsung menunduk menyembunyikan wajahnya.

Gue bakal nunggu saat itu Senja batin Caca.

~~~

"Saat waktu berjalan seenaknya, tanpa mampu kita hentikan. Maka ikutilah kemana waktu akan membawamu."

Feedback? Ask!

To Be Continued.

Lovin. 👣

30 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang