Tujuhbelas

4.9K 422 103
                                    

17. Nyesek?

~A Great Big World & Christina Aguilera - Say Something~

(Revisi)

~~~
Hari ke delapan

Caca sudah sadar, ingatannya tentang kejadian sebelum dia jatuh masih tercatat jelas di otaknya.

Kata dokter yang membuat Caca pusing adalah karena dia kurang darah. Caca beruntung karena ingatannya tidak terganggu karena jatuh dari tangga. Hanya tangan kanannya yang perlu diistirahatkan dulu karena tulangnya retak.

Saat membuka matanya pertama kali, orang yang Caca ingin lihat adalah, Senja. Tapi keinginannya mustahil karena mungkin Senja saja tak peduli lagi dengannya. Pikiran itu membuat hatinya sakit. Rasa sakitnya bahkan tidak berkurang sama sekali.

"Ca makan dulu ya." Caca menoleh ke samping kirinya dan tersenyum singkat pada Dipa. Sejak tadi Dipa terus menyuruhnya makan tapi dia mengabaikannya begitu saja.

"Dip menurut lo, gue itu gimana?" tanya Caca pada Dipa.

"Kenapa kamu tanya gitu?" tanya Dipa balik.

Caca mendengus, dia tak suka jika dia bertanya dan malah ditanya balik. Dipa yang menyadari itu meletakkan mangkuk bubur ke meja di dekatnya dan memfokuskan diri pada Caca.

"Kamu mau jawaban jujur atau bohong?" tanya Dipa.

"Ya jujur dong!" jawab Caca.

Dipa tampa berpikir sebentar lalu tersenyum. "Kamu itu cerewet, dan kekanakan, tapi lucu juga," kata Dipa dengan senyum tipis. Caca cemberut, memangnya dia cerewet ya? Kekanakan? Lucu?

"Senja nggak pernah bilang gue cerewet tuh," ucap Caca spontan. Dipa mengerutkan keningnya lagi dan sedetik kemudian dia bangkit berdiri.

"Karena saya dan Senja dua orang yang berbeda, jadi apa yang saya katakan dan Senja katakan jelas berbeda," ucap Dipa dengan tenang, tak ada emosi sama sekali dalam ucapannya.

Gue salah ngomong ya? Tanya Caca dalam hati.
Ketukan di pintu menghentikan pikiran Caca dan juga menghentikan langkah Dipa yang sempat ingin keluar dari ruang rawat.

Dipa langsung membukakan pintu dan terdiam sesaat di depan pintu. Pandangannya tidak dia alihkan dari sosok bidadari yang berdiri dengan senyum manisnya di depan pintu. Dipa tersadar saat bidadari di depannya cekikikan karena ulah Dipa yang terpesona padanya. Dipa ingin sekali memukul kepalanya karena sudah terpesona pada orang itu.

"Ulina boleh masuk?" tanya bidadari yang menyebut dirinya Ulina itu.

Dipa mengangguk dan membuka pintu lebih lebar. Caca hanya mengamati semua itu dalam diam. Sampai Ulina mendekat dan tersenyum ke arah Caca. Mau tidak mau, Caca membalas senyum Ulina.

"Kamu Raisa kan?" tanya Ulina. Caca mengangguk sambil tersenyum, Ulina juga tersenyum.

Caca mengakui jika cewek yang kini tersenyum padanya pantas jika disebut bidadari. Tutur katanya dan sikapnya yang lembut membuatnya jadi seperti sosok peri putih bersayap lebar. Wajahnya yang cantik bersinar bagai cahaya di tengah kegelapan. Caca yang cewek saja langsung tersepona, apalagi yang cowok.

"Oh iya maaf ya aku nggak bawa apa-apa. Tadi buru-buru ke sini soalnya cuma mampir hehe." Caca tersenyum kearah Ulina. "Iya, kamu jenguk aja udah makasih banget aku," ucap Caca membuat Ulina melebarkan senyumnya.

"Oh iya nama lengkap kamu siapa?" tanya Caca. Ulina mengulurkan tangannya dan disambut dengan ramah oleh Caca. "Kenalin aku Ulina Deami Nash, dan kamu Raisa Inara Putri kan? Dipa sering cerita soal kamu, ternyata kamu cantik aslinya ya." Caca terbelalak kaget dan langsung terduduk di ranjang rumah sakitnya. Bukan! Dia bukan terkejut jika Dipa sering cerita tentangnya, tapi terkejut mendengar marga yang disandang Ulina. (Yang kepo sama Ulina, ditunggu aja di Me-Ji-Ku-Hi-Bi-Ni-U.)

30 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang