Part 2

1K 98 9
                                    


Siang ini panasnya terasa menyengat. Lee Hyukjae dan beberapa anak yang lain terlihat masih berada di dalam kelas. Ia dan beberapa temannya tengah mengikuti perbaikan. Hari ini ada dua pelajaran perbaikan, Matematika dan Fisika. Dua mata pelajaran kutukan bagi Hyukjae. Lee Hyukjae masih harus menyelesaikan perbaikan Fisika. Tadi kelasnya masih ramai dengan banyak anak yang ikut perbaikan Matematika. Kini, tinggal beberapa anak yang harus mengikuti perbaikan Fisika, termasuk Lee Hyukjae.

Lee Hyukjae mengeluh panjang pendek meratapi nasibnya. Ia meratapi kapasitas otaknya yang pas-pasan. Hyukjae menyesali mengapa otaknya terlampau bebal untuk memahami pelajaran yang berbau hitung-hitungan dan hafalan. Namun, ia cukup berbangga diri karena ia sangat menguasai pelajaran seni dan olahraga. Well, setiap orang punya kelebihan dan kekuranganya masing-masing bukan. Jadi, Hyukaje masih sangat bersyukur pada Tuhan karena masih diberi talenta selain kelemahannya di mata pelajaran eksak.

Raut muka Hyukjae sudah kusut sejak perbaikan Matematika tadi dimulai. Sekarang ia yakin mukanya sudah tak berbentuk lagi setelah dihantam oleh Fisika. Seringkali ia berharap otak Cho Kyuhyun, teman sekamarnya, dapat berpindah ke dalam kepalanya saat ia tidur. Toh, anak itu tak pernah menggunakan otak jeniusnya lagi. Kyuhyun jarang sekali belajar. Namun, anehnya nilai-nilainya selalu sempurna. Kyuhyun cerdas di setiap mata pelajaran, entah itu hafalan, hitungan, seni, maupun olah raga. Hanya bahasa saja yang ia kurang menguasai, sama seperti Hyukjae, tapi nilainya tetap masih jauh melampaui Hyukjae.

Hyukjae mengarahkan pandangannya keluar jendela kelas. Taman belakang sekolah yang dinaungi pohon-pohon besar nan rindang seakan memanggilnya untuk berbaring di bawahnya menikmati sejuk dan hijaunya rimbunan dedaunan semilir semilir angin. Demi dewa, Hyukjae ingin sekali siksaan ini segera berakhir. Ia ingin mencelupkan kepalanya yang sudah beruap ke dalam bak mandi. Tapi Guru Kim yang terus-menerus melotot dari kursinya di depan kelas tentu saja tidak akan membiarkannya keluar dari kelas ini dalam keadaan selamat sentosa, sehat, sejahtera, dan bahagia sebelum Hyukjae menyelesaikan semua soal-soalnya.

Mata Hyukjae beralih memandang jam yang seakan putarannya berjalan lebih lambat daripada biasanya. Dua puluh soal yang harus ia kerjakan sudah hampir selesai meskipun hampir seluruhnya ia kerjakan dengan isian ala kadarnya. Hyukjae sudah amat sangat yakin bahwa ia tidak lolos perbaikan lagi kali ini dan harus mengerjakan tugas pengganti. Tapi, itu lebih baik. Dengan tugas pengganti berarti ia bisa mengandalkan Cho Kyuhyun meskipun anak itu akan mengejeknya habis-habisan.

Bel berbunyi nyaring saat jarum jam yang bertengger di atas papan tulis menunjukkan pukul 17.00. Akhirnya, siksaannya berakhir juga meskipun ia harus melewatkan waktu istirahat sorenya. Tapi apa mau dikata. Itu memang resikonya karena nilainya masih di bawah kriteria ketuntasan.

Lee Hyukjae berjalan malas ke kamarnya yang terletak di lantai dua. Ia hanya punya waktu 1,5 jam sebelum waktu makan malam dan belajar. Hyukjae mengeluh. Ia sudah menghabikan waktu seharian untuk belajar, ditambah lagi belajar wajib malam ini, Hyukjae yakin otaknya akan langsung korslet. Tapi mau bagaimana lagi, itu adalah peraturan di asrama. Pukul 19.00 setelah makan malam sampai 20.00 adalah jam wajib belajar yang tak bisa ditawar lagi, kecuali ia ingin mendengar ceramah bruder pembimbingnya tentang betapa pentingnya belajar untuk masa depannya.

Lee Hyukjae baru saja membuka pintu kamarnya saat dilihatnya Cho Kyuhyun berbaring di ranjangnya. Seperti biasa pandangannya menerawang ke atas. Entah apa yang dipikirkan makhluk setengah iblis itu hari ini. Pandangannya langsung teralih ke arah pintu saat Hyukjae membuka dan menutup kembali pintu kamar mereka.

"Kau baru pulang, eoh?" tanya Kyuhyun tanpa beranjak dari tempat tidur.

Hyukjae tak menanggapi pertanyaan itu. Ia melemparkan tasnya asal-asalan lalu duduk di lantai di pinggir ranjangnya. Ia meletakkan kepalanya di kasur dan memejamkan matanya.

UNTOUCHABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang