Jeniffer terpana melihat sosok mungil dibalut mantel putih bersih dan dress selutut dari sifon sutra berwarna biru, lengan panjang press siffon dan kerah berpotongan V silang. Rambutnya digerai bergelombang indah dengan warna hitam sedikit yg begitu pekat. Penampilannya sederhana, manis dan bersahaja. Jeniffer nyaris kehilangan kata-kata saat melangkah dan berdiri dihadapan Abigail.

Serta merta Abigail tersenyum lembut dan santai sambil memandang Jennifer. "Apa kau, Jennifer Hall?".

"Ah ... i .. iya, aduh maaf ... selamat datang Mrs. Xavier. Senang akhirnya bertemu anda," Jennifer akhirnya pulih dari rasa terpananya. Ia menghampiri wanita itu dan bersalaman. Jemari Abigail lembut dan hangat. Mereka juga bersalaman dengan cukup erat.

"Begitu juga aku. Wah kau masih sangat muda. Sudah menjadi produser, hebat." wanita memuji dan menenangkan Jennifer dengan suaranya jernih.

"Terima kasih Mrs...."

"Abby saja." Potongnya lugas. "Kuharap kau punya kursi ekstra diruang tunggu, hari ini anak-anakkuku datang menemaniku."

Jennifer menoleh dan menemukan 2 pria muda tinggi yang melebihi ayah mereka turun dari hummer putih. Kemudian seorang gadis yang juga lumayan tinggi turun dibantu oleh salah satunya. Menyusul Meredith dan Oscar suaminya yang juga manajer Abigail.

Astaga, bagaimana wanita mungil itu bisa melahirkan makhluk-makhluk menjulang rupawan itu?!. Kemudian ia berusaha mengendalikan diri lagi.
"Tentu saja, silahkan masuk. Apa kabar juga Mr. Xavier?." Jennifer menggiring mereka masuk. Ia bersalaman dengan Kendrick. Sial dari dekat malah semakin tampan juga terasa begitu dingin. Tapi pria itu meletakkan tangan isterinya di lengannya dan menangkup jemari isterinya dengan jemarinya yang panjang dan kokoh.

"Baik." Jawab Kendrick singkat. Tanpa senyum. Datar. Sudah sejak dulu Kendrick terkenal pelit senyum, tidak ada ekspresi lain hanya muram. Mengherankan bagaimana ia bisa terkenal sebagai bintang film dulunya.

Ruang tunggu itu cukup luas, rapi dan nyaman. Jen melihat Kendrick menanti isterinya duduk sebelum ia juga duduk di sisinya dan kembali meraih jemari Abby, menggenggamnya. Saat Abby bicara, pria itu fokus sepenuhnya pada Abby. Abby menyentuh dagu suaminya, mengusap lembut dan tersenyum. Dan saat itu ia melihat Kendrick Xavier juga tersenyum. Tersenyum .... astaga hanya pada isterinya.
Lalu Abby menoleh pada Jen, dan tertawa. "Kau kaget suamiku bisa tersenyum? dia memang begitu." Abby menatap Ken dan membiarkan suaminya kembali ke ekspresi dingin dan datarnya.

Jen tersenyum meringis memahami karakter Kendrick Xavier. Berdehem gugup, Jen mengulurkan kertas dari papan jalan yang ia pegang sedari tadi. "Yah ... ini daftar pertanyaan yang akan ditanyakan. Kemungkinan akan berkembang. Odelia yang mewawancarai anda akan datang sebentar lagi setelah selesai make up. Bisakah anda kami make up sedikit lagi Abby?."

"Tentu saja." Abby menyahut sambil berdiri dan mendekati meja rias.

Tadi Abby memperkenalkan singkat ketiga anaknya. Pertama Michael, Gabriel dan ketiga Angeline. Ketiganya duduk nyaman di sofa. Angeline meringkuk di pelukan ayahnya, Michael membaca koran dan Gabriel berbincang dengan Oscar dengan bahasa Perancis.

"Anda memiliki anak-anak yang luar biasa Abby." Puji Jen sembari menemani Abby dirias.

Terkekeh, Abby melirik anak-anaknya dari kaca dengan tatapan bangga. "Terimakasih pada sumbangan gen suamiku. Ya, mereka luar biasa. Michael akan mengambil kedokteran spesialis syaraf tahun depan. Gabriel sendiri sedang belajar menjadi chef di Paris. Mereka kembar tapi bertolak belakang." Abby mendapati Jen nampak terkejut dan memandangi wajah Michael dan Gabriel yang sama sekali tidak mirip. "Lalu Angeline, kesayangan ayahnya .... Ia masih SMA. Selalu tertarik dengan film. Katanya ia ingin jadi sutradara suatu hari nanti."

"Anda sangat beruntung." Desah Jen kagum.

Abby menatap Jen dari kaca rias dengan pipi bersemu merah. "Ah aku terdengat seperti menyombongkan diri. Tapi aku hanya seorang ibu yang bersyukur memiliki anak-anak yang luar biasa."

Jen mendapati sosok Abby yang mungil dan seakan sangat rapuh tidak sesuai dengan pendiri grup tari paling terkenal di dunia saat ini. Ia lebih mirip sosok ibu yang sangat bangga pada anak-anaknya. Sosok wanita sederhana tapi bersahaja.

Kemudian Odelia masuk dan menyalami Abby dengan ramah dan berusaha tenang. Kemudian menyalami Ken, anak-anaknya juga Oscar dan Meredith.

"Apa anda siap Abby?." Odelia duduk disamping Abby sementara make up artis membenahi make up Abby dan melicinkan lagi rambutnya.

"Apa kau siap?," Abby bertanya balik dengan alis terangkat.

Odelia tertawa, "Aku deg degan sekali." ungkap Odelia apa adanya.

Abby menatap Odellia dengan tenang lalu menepuk tangannya lembut.
"Santai saja, aku dan keluargaku hanya orang biasa." ujar Abby lembut.

Odellia dan Jen saling melirik dengan komentar itu. Biasa katanya!!. Dengan segudang prestasi dan karya mereka di dunia tari dan film, mereka termasuk tokoh yang sangat berpengaruh. Itu sudah pasti bukan orang biasa kan? ditambah profil mereka yang cukup misterius sungguh membuat penasaran.

"Abby, ijinkan aku bertanya, mengapa anda menerima permohonan kami sekarang?," tanya Odellia berani.
Abby melirik Odellia dari cermin. Tatapannya tajam dibalik sikap tenangnya. Odellia tahu, wanita ini tidak bisa diangap remeh dari tampilannya yang mungil dan lembut.

"Mengapa kalian terus menghubungi ku walau tahu jawabannya tidak?."

Wah, wanita ini suka sekali menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. "Yah, Jen sebenarnya sudah putus harapan. Tapi ia lumayan punya hubungan baik dengan Meredith ... jadi kami rasa bertanya tidak ada salahnya, berharap anda akhirnya bersedia." jawab Odellia.

Kemudian Abby tersenyum, "Kalau begitu kita sama. Aku berharap ada masih ada media yang gigih mencari informasi. Aku menghormati setiap kegigihan yang dikeluarkan. Kurasa .... kalian pantas mendapatkan rewardnya bukan begitu?."

Jawaban itu begitu menawan. Odellia dan Jen langsung merona karena senang dan bangga.

Abby melirik suaminya yg juga sedang menatapnya dalam dan hangat. Lalu Mike, Gabe dan Ange yang tersenyum penuh dukungan padanya.

Stage manager muncul dari ambang pintu dan memberitahu acara 2 menit lagi. Odellia pun kembali ke studio untuk membuka acara.

Acara takshow just you itu langsung memiliki rating tinggi seketika dengan munculnya Abby dengan resmi di media untuk pertama kalinya setelah 20 tahun.

Fakta ternyata mereka telah bersahabat sejak kuliah, fakta bahwa Abby ditolong oleh Ken saat kakinya cidera, fakta bahwa sebagai pemilik grup tari yang paling bergengsi saat ini, ia bahkan tidak bisa menari lebih dari 20menit.

Kemudian saat Ken akhirnya diundang untuk wawancara juga, ia mengakui sebelum menikah, bahwa selama 10 tahun ia sudah mencintai Abby. Bahwa cinta mereka adalah murni karena perasaan mereka bukan status, bukan harta apalagi kedudukan. Abby berseloroh bahkan pernikahannya Ken semua yang biayai. Ken terseyum dan audiens merasa takjub. Ken tersenyum pada isterinya.

Akhir wawancara, Ken menatap Abby sambil menjawab pertanyaan Odellia apa arti Abby baginya.

"Dia adalah segalanya. Isteriku, wanita yang melahirkan anak-anakku, sahabatku, partnerku, sparing partnerku, cinta dalam hidupku." Jawaban Ken yang begitu penuh perasaan, dalam dan juga mengharukan membuat seluruh isi studio nyaris menitikkan air mata.

Abby menanggapi dengan senyuman dan kecupan dibibir Ken spontan. Tapi Ken membalas dengan kuat dan berani.

Berita itu heboh selama berminggu-minggu. Tapi Abby tidak mau menerima permintaan wawancara yang lain lagi. Baginya saat itu semua sudah ia ungkapkan.

Dunia luar tahu, arti Abby sesungguhnya bagi Ken.

Segalanya....

BROKEN WINGWhere stories live. Discover now