#2 There is no Coincidental only Destiny.

46.3K 2.8K 103
                                    

Sebagai mahasiswa NYU tingkat 3 di jurusan seni Pertunjukkan, Ken berusaha keras untuk selalu fokus menyelesaikan kuliahnya. Ia beruntung bisa masuk NYU dan karena nilainya sangat memuaskan, ia selalu bisa mendapat beasiswa untuk biaya kuliahnya. Ia juga bekerja sebagai bartender di Hotel Ascott demi tambahan biaya. Ia bertekad untuk lulus tepat waktu. Ia mungkin miskin tapi pastinya ia tidak bodoh.

Saat ini ia tinggal bersama bibinya. Tepatnya saat usianya 15th sejak kecelakaan orangtuanya. Bibinya yang tidak menikah lagi, menerimanya tinggal bersama dan merawatnya. Bibinya pemilik sekolah ballet kecil untuk anak-anak dan juga mengajar.

Bibinya tidak pernah menyuruhnya belajar menari, ia tertarik karena minatnya sendiri untuk menari. Walau bukan ballet, ia lebih tertarik menarikan aliran modern seperti kontemporer, hip hop, breakdance, street dance, yang tidak perlu teknik tinggi serumit ballet.

Ia tergabung dengan grup street dance yang selalu latihan pada waktu tertentu karena mereka semua juga bekerja. Mereka juga mengadakan pertunjukkan di taman, diskotik atau event tertentu. Dan tidak lama lagi, mereka akan ikut kompetisi street dance se Amerika dengan hadiah 10 ribu dollar.

"Ken, kita harus mencari gerakan lain. Gerakan-gerakan kita sudah terlalu biasa dan tidak layak untuk kompetisi. Drew dan Ange sudah survey grup-grup yang ikut dan profil mereka sangat bagus dan fresh." Jack mengamati rekan-rekan mereka yang lain berlatih gerakan baru yang diajarkan okeh Jennifer.

Ken mengiyakan kata-kata Jack dalam hati. Gerakan-gerakan yang Jennifer ajarkan hampir jelas-jelas menjiplak film Step up 2 dan 3. Udara sore mulai terasa dingin. Tubuhnya lelah karena setelah selesai shift pagi langsung ke tempat latihan di sudut square park, tapi menari membuatnya bersemangat. Banyak komunitas-komunitas menari berlatih disitu, tergantung siapa yang datang lebih dulu.

"Akan kita diskusikan setelah ini. Ayo kita latih gerakan yang kita buat sebelumnya," ajak Ken pada Jack.

Jack mengangguk dan ikut berdiri. Posturnya lebih kekar dari pada Ken, sedikit lebih pendek. Tapi gerakannya sama enerjik dan lincahnya. Ia teman dekat Ken dan selalu menari bersama. Grup ini pun bentukan mereka.

Duo Jack dan Ken adalah sesuatu yang menarik dan ditunggu. Gerakan mereka saling melengkapi dan kompak. Banyak gerakan akrobatik dan sedikit berbahaya. Perlu latihan yang sangat sering dan kompak. Suatu pertunjukkan istimewa saat mereka menari bersama hingga membuat yang lewat berhenti untuk melihat dan mengagumi mereka.

Sepasang mata biru keunguan menatap mereka dengan penuh minat. Berdiri teguh sambil memasukkan kedua tangan ke saku jaket kulitnya. Mata jelinya melihat banyak kesalahan teknik yang pada taraf tertentu akan membuat gerakan berat juga berbahaya. Tapi gerakan mereka sangat menarik, indah, energik dan menyenangkan. Membuatnya terpikat.

Terlebih lagi, ia mengenal salah satu penari itu. Walau telah berganti penampilan rapi dan necis ala agen rahasia ke penampilan casual celana pendek bahan warna coklat dipadu t-shirt putih dengan jaket sport biru. Sepatu pantofel mengkilatnya telah diganti dengan sepatu coverse lusuh nyaman. Rambut nya digerai, ah ternyata panjangnya melewati tengkuk. Hanya satu perubahan yang membuatnya terpana, ekspresi dinginnya berubah penuh antusiasme saat menari. Ketampanannya bersinar dengan mengagumkan. Aura yang ia kenal. Seorang bintang. Seperti Amanda.

Abby mendekat setelah tarian itu selesai dan orang-orang yang menonton selesai bertepuk tangan dan bubar mengosongkan tempat.

Ken masih sibuk mengatur nafasnya dan tersentak saat melihat Miss Abigail mendekat. Gadis itu menatapnya dengan sorot dalam yang mendebarkan.

"Miss Abigail..." Ken mengangguk pelan memberi hormat, masih terengah.

"Abby saja. Aku lupa belum menanyakan namamu." Abby sampai dihadapan Ken dan bertanya santai.

BROKEN WINGWhere stories live. Discover now