# 14 Panic for Jealous

37.6K 2.6K 41
                                    

Setiap pagi, Abby bangun untuk joging. Ia sudah segar pada jam 7 pagi di ruang makan, ditemani Kopi hitam kesukaannya dan sup jagung di tambah roti perancis yang legit. Ken muncul dan langsung duduk disebrang Abby sudah segar tapi masih terlihat sangat mengantuk.

" Pagi," Ken membungkuk mengecup puncak kepala Abby dan duduk di hadapan Abby.

Selama tinggal di karantina, Ken dan Abby selalu sarapan bersama. Pada saat siang, Kalau Ken sedang keluar mengurus sesuatu, maka Abby makan sendiri atau bersama Oscar dan Meredith. Dan setiap pagi, Ken mengecup Abby seakan mereka pasangan suami isteri yang sudah lama bersama. Abby menyiapkan kopi untuk Ken seperti yang Ken sukai. Mereka mengobrol atau hanya diam dengan koran ditangan Ken dan Abby mencatat sesuatu di agendanya.

Ken terlihat sangat lelah walau sudah mandi dan segar. Abby menatapnya dari balik cangkir. "Kau baik-baik saja Ken? kau terlihat lelah." Komentar Abby cemas.

"Yah biasa saja, harus mengatur permintaan dari art dept dengan budget yang ada. Aku harus hati-hati dengan pengeluaran." Ken menekan alisnya yang berkedut.

"Lakukan satu-satu Ken, aku yakin kau bisa." Abby menutup agendanya dan mulai sarapan dengan benar.

Ken senang kata-kata itu keluar dari Abby. Itu bukan sekedar pemompa semangat, tapi juga keyakinan yang diberikan olehnya. Ken seakan bisa menghadapi seluruh dunia jika ada Abby disisinya.

"Kapan tim mu tiba?" tanya Ken

"Jam 8." Abby melirik jam.

"Kata Fiona kau akan keliling Asia lagi," selidik Ken.

"Fiona bilang padamu?" Abby terkejut. "Wah, tumben dia cerita. Yah setelah proyek ini selesai. Aku memang merencanakannya." Abby mengangguk.

"Mengapa kau melakukannya?"

Abby bersandar dan menatap keluar. Ia memejamkan mata "Aku lelah Ken. Ingin istirahat, ingin jauh dari ini semua. Ingin ... berhenti sejenak" suara Abby pelan dan tanpa semangat. Seakan ia ingin cepat menghilang, jauh.

"Jangan!" Ken meraih jemari Abby dan pindah duduk ke samping Abby. Menggenggam jemarinya erat. Abby menoleh cepat, terkejut dengan keberadaan Ken disisinya. "Jangan pergi sendiri. Aku akan menemanimu. Please ... kita pergi berdua, setelah proyek ini selesai. Tahun depan, bagaimana?."

Abby menatap Ken kaget. "Mengapa? untuk apa? .... aku mungkin akan pergi sangat lama, astaga..."

"Aku tidak perduli, Aku juga ingin hilang sejenak dari kesibukan. Bersamamu ... " Ken menatap Abby lembut, penuh harap.

Sebelum Abby menjawab, ruang makan langsung dipenuhi oleh tim the Abby's yang tiba dengan tawa dan kasak kusuk pembicaraan santai. Mau tak mau Abby langsung terpecah konsentrasi dan permisi menyambut mereka tanpa menjawab permohonan Ken. Ken mendesah dan lanjut sarapan sendiri.

Pertandingan hari itu tentu saja dengan telak dikuasai dan dimenangkan oleh The Abby's. Mereka bergerak dengan enegi luar biasa, kompak dan yang pasti indah. Tubuh mereka meliuk lentur dan gemulai. Bahkan saat selasai, keringat bercucuran tp tidak terlihat terengah.

Para pemeran the dancers tercengang. Mereka penari yang sangat profesional, sama muda dan bukan dari penari klasik. Rata-rata dari mereka ternyata menari secara autodidak, dan bukan dari kalangan atas. The Abby's sama sepeti para pemeran the dancers yang rata-rata menari secara autodidak, menari karena suka. Tapi Abby berhasil menjadikan 8 orang itu jadi penari profesional dan memiliki teknik tinggi dengan stamina yang luar biasa stabil.

Kedekatan mrk pada Abby juga sangat mencengangkan. Mereka langsung memposisikan dirinya disekeliling Abby, seakan selalu siaga mendapat perintah dari perempuan mungil yang nampak begitu dilindungi oleh mereka. The Abby's nampak tidak tersiksa dibawah bimbingannya yang ketat, keras dan dipenuhi disiplin.

BROKEN WINGWhere stories live. Discover now