PROLOG

57.4K 3K 38
                                    

"Nona Abby mustahil bisa menari lagi!"

Vonis itu menghantam Abby tanpa persiapan sama sekali. Seketika itu juga dunia disekitarnya mendadak gelap dan Abby terperangkap didalamnya. Ia tidak bisa mendengar apapun, melihat apapun, berkata apapun. Ia hanya diam, kaku, dan matanya hanya menyorot kosong. Ia tiba-tiba tidak berfungsi sama sekali.

Kondisi Abby yang pasif bahkan statis, berlangsung berbulan-bulan. Abby seperti tubuh tanpa jiwa. Walau kakinya sudah sembuh tapi ia hanya bisa beraktifitas biasa. Aktitasnya yang hanya tidur, bangun, makan, membaca, nonton. Begitu seterusnya walau tidak sesuai urutan. Ia tidak tahu harus melakukan apa karena seumur hidupnya yang ia lakukan hanya menari.

Pada suatu malam di musim semi yang lembab, Abby turun karena ia merasa haus. Untuk menuju dapur, ia harus melewati ruan kerja orangtuanya. Malam itu ruang kerja mereka tidak tertutup terlalu rapat, lampu menyala, dan orangtuanya menyebut namanya.

Abby langsung berhenti dan merapat ke dinding untuk menguping. Orangtuanya berdebat.

"Kita tidak mungkin meninggalkan Abby !." Suara ibunya terdengar gelisah.

"Apa maksudmu, kau akan tinggal dan menjaga Abby?." Tanya Ayahnya dengan nada tidak yakin.

Hening. Abby menunggu sabar jawaban ibunya.

"Tour ini sudah kita rencanakan sejak 2 tahun lalu. Kita memimpikan ini. Bahkan Abby akan melakukan debut pertamanya sebagai prima balerina. Kalau saja kecelakaan itu tidak terjadi ... "

"Tapi hal itu terjadi !."

Suara tegasnya tegas ayahnya menggema sehingga Abby menegang. Ayahnya sosok tegas, disiplin dan ambisius. Saat suaranya meninggi dan penuh tekanan, tandanya ia amat sangat marah dan tidak sabaran.

"Tour ini impian kita. Abby juga termasuk didalamnya. Aku yakin dia pasti akan mengerti jika kita meninggalkannya di rumah. Tapi kita tidak mungkin membawanya, dia pasti akan tertekan dikelilingi para penari yang ia kenal tapi ia bisa menari lagi. Wartawan akan memakannya hidup-hidup dengan menghilangnya ia tiba-tiba lalu mengungkit ketidak mampuannya menari. Dia bahkan sudah berbulan-bulan jadi mayat hidup!." Ayahnya terdengar frustasi

"Demi Tuhan dia sedih dan terpukul. Kalau tiba-tiba kita meninggalkannya sendiri ia pasti merasa diabaikan." Suara ibunya mulai gemetar.

"Yang pasti aku harus pergi. Terserah padamu jika ingin tinggal dan merawatnya." Desah Ayahnya tegas.

"Ak ... aku ... oh entahlah, aku juga menginginkan tour ini. Abby juga sudah lebih sehat dan ... astaga... kenapa aku terdengar seperti ibu yang egois?."

Ibunya terdengar mulai terisak dan menangis. Abby terpaku diam mendengar semua itu. Ia merasa dengan kondisinya, ia menjadi batu sandungan bagi keluarganya. Ia adalah beban bagi keluarganya.

Tikaman besar yang tidak pernah ia perkirakan sama sekali menghantam jiwanya. Saat fisiknya baru mulai menyembuhkan diri, jiwanya perlahan hancur seakan tidak memiliki pondasi. Tadinya pikirannya yang kosong karena bingung melakukan apa selain menari. Sekarang jiwanya ikut kosong karena mendapati kenyataan kalau tanpa menari, ia adalah beban bagi keluarganya.

Sebulan kemudian tepat seminggu sebelum tour, saat makan malam keluarga, untuk pertama kalinya Abby bicara.

"Aku mau pindah ke New York."

____________________

Cuap-cuap :

Hallo temans, senang banget aku akhirnya meluncurkan cerita ke -2 ini. Semoga kalian suka ya, aku tunggu selalu vote juga komentarnya. Masukan dari kalian berharga dan pemicu semangat banget buat aku.

Ide cerita ini sudah ada sejak nonton step up 2 dan 3, terus aku dari dulu suka banget baca komik serial Jepang Mary-chan dan Swan jadi aku gabung-gabung dan tadaaaa .... Selamat Membaca ...

BROKEN WINGWhere stories live. Discover now