#16 Nobody But You

54.4K 2.6K 41
                                    

"Abby .... tidak jangan menangis, sayang ... aku tidak ..."

"Aku mau pulang, kumohon." Bisik Abby tercekat sesak sambil menundukkan kepala dan mengusap airmatanya dengan jemari gemetar. "Lepaskan aku ..."

Ken menatap kepala dengan rambut hitam legam lebat dan mengkilap indah yang selalu dipujanya. Abby rentan dan sangat rapuh saat ini. Ia tidak akan mendengar penjelasan apa pun. Ken merasa jantungnya remuk saat melihat Abby menangis karena kecewa padanya. Ia waktu itu sedikit terpesona pada Amy, yah siapa yang tidak?.

Tiga tahun ini, saat mereka cukup dekat, Ken mengagumi Amanda. Tapi Amanda tidak membuat dirinya merasa jungkir balik bersamanya, tidak membuatnya bergairah hingga mendamba, tidak membuatnya rindu hingga dadaya nyeri karena sengsara hanya dengan merindukannya, tidak bisa membuatnya hanya mengingatnya dan mencemaskannya setiap saat seakan itu menjadi pekerjaan tetapnya setiap saat. Tidak, Amanda tidak mampu membuatnya merasa seperti itu. Hanya Abby yang sanggup membuatnya menderita juga bahagia pada saat yang sama. Demi surga dan Neraka, demi apapun juga, Ia tidak akan melepaskan Abby.

Dengan tekad bulat Ken membungkuk dan menggendong Abby seakan bobotnya tidak lebih dari 5kg. Abby terkesiap kaget dan memekik kaget.

"Apa yang kau lakukan? apa kau gila?, lepaskan aku!!!." Abby memberontak minta diturunkan.

Ken menunduk dengan tatapan intens penuh tekad, wajah tegang menahan emosi. "Sejak saat ini dan berikutnya, kau adalah milikku. Aku telah mencapmu Abby. Senang atau tidak, mulai detik ini kau akan tinggal dihidupku. Aku tidak akan melepasmu lagi bahkan jika aku harus melepas segalanya dan pergi kemanapun kau pergi. Aku terlalu mencintaimu Abigail Quin, camkan itu. Sekarang, ayo kita pulang."

Abby tidak sanggup lagi melawan tekad sekuat itu. Ia hanya merebahkan kepalanya dibahu Ken dan mengalungkan lengannya di leher kokoh Ken. Ken mulai melangkah keluar rumah kaca, melintasi taman dan mulai menarik perhatian orang-orang. Tapi demi menyelamatkan reputasi Abby, ia memutar dari samping untuk bisa keluar. Meminta seorang pelayan mengirim mobilnya ke belakang.

Tidak lama, Viper Ken datang dan seorang petugas velvet membukakan pintu penumpang agar Ken bisa meletaakkkan Abby kedalam mobil. Ken memasangkan sabuk pengaman untuk Abby kemudian masuk ke mobilnya dan melesat ke arah pinggir kota. Ditengah jalan ia menghubungi Oscar soal Abby yang kurang enak badan, Ken membawanya ke apartemennya untuk istirahat tanpa gangguan.

Oscar mengancam, ia tidak peduli siapa Ken, kalau Ken menyakiti Abby, ia akan menguliti Ken hidup-hidup. Ia juga ribut soal gosip yang menyebar kalau Ken sedang bercumbu dengan seorang wanita di taman, dan Oscar tidak mau nama baik Abby tercemar. Ken senang Abby memiliki orang-orang yang sangat perduli padanya. Ia menenangkan Oscar kalau ia akan melindungi Abby dengan nyawanya.

Abby hanya diam disamping Ken, tidak mau menatap Ken. Ken mendesah resah, Abby sangat sulit didekati saat sedang marah. Tapi ia penyuka tantangan. Menaklukkan kemarahan Abby merupakan kebahagiaan terbesarnya.

Apartemen Ken ada di kawasan menengah keatas yang tenang. Bangunan Apartemennya memiliki arsitektur gaya lama yang anggun dan elegan. Hanya setinggi 10 lt. Setelah Ken memarkir mobilnya ia berputar ke arah pintu penumpang. Saat membuka pintunya, Abby keluar tanpa suara.

Ken langsung menggandeng Abby dan mengunci mobil dengan alarm aktif. Ken membawa Abby ke lift dan menunggu.

"Lalu apa yang kita lakukan di dalam?," Abby bersuara lemah.

"Banyak hal." Genggaman Ken mengerat. "Tapi saat ini, aku ingin tidur dan bangun disisimu, melihatmu pemanasan, melihatmu mandi, makan bersama, membuatmu jadi bagian hidupku."

BROKEN WINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang