Part 11 : Moment

9 4 3
                                    

Rebecca menghela nafas ketika melihat kotak cupcake Magic Olive terdampar di depan pintu rumahnya. Siapa lagi yang mengirim ini kalau bukan Nathan. Jika Mom tidak menyuruhnya mengambil kotak cupcake itu, dia akan membiarkan cupcake itu busuk dimakan jamur.

Mom terlihat khawatir melihat anaknya yang selalu lesu ketika melihat atau mendengar kata 'Magic Olive'. Mom mengira, Rebecca bertengkar dengan Nathan. "Rebecca, dapat mencintai artinya  juga memaafkan," nasehat Mom yang mengira Nathan dan Rebecca adalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar.

Rebecca mengerutkan dahinya. Percuma saja dia menjelaskan pada Mom kalau Nathan hanya temannya, karena Mom hidup di dalam pemikirannya sendiri soal anak semata wayangnya. Dia hanya mengangguk sembari membuka kotak cupcake di tangannya. Membuka tanpa ada keinginan untuk membuka.

Di dalam kotak itu berisi dua cupcake yang mirip seperti magic cupcake pertama yang pernah dia makan. Satu cupcake dengan krim merah dan satu lagi krim ungu.

Tertulis di atas kertas seukuran kartu nama, 'Pilihlah satu. Cobalah jujur pada dirimu sendiri. Merah untuk sembuh dari traumamu, ungu untuk tenggelam dalam traumamu'

Sepertinya sekarang Nathan ingin sekali aku tetap menjadi kelinci percobaannya.

TOK TOK TOK

"Rebecca ada temanmu," panggil Mom dari ruang tamu.

Rebecca sudah protes duluan sebelum melihat siapa yang datang. Nathan, kapan kau akan berhenti mencoba menjadikan ku kelinci percobaanmu?

Ternyata bukan Nathan. Tapi, Jason dengan raut mukanya yang terlihat lega melihat Rebecca baik-baik saja. "Rebecca, apa kabar?"

Jason memang pemacu terbaik detak jantung Rebecca. Benar saja Jason menanyakan kabar Rebecca setelah dua minggu setelah kejadian di sungai itu karenadia tidak bertemu lagi dengan Rebecca.

Tanpa sadar Rebecca mengangguk berkali-kali dengan cepat. Kegirangannya siap meledak. Mood boosternya ada di ruang tamunya sekarang. Sukses membuat dirinya lupa masalahnya dengan Nathan untuk sementara waktu.

"Maaf aku tidak meneleponmu sebelum datang ke sini".

Rebecca menarik nafas, mencoba tidak gagap. "Tidak apa-apa."

Setelah kata itu, keheningan menghimpit mereka berdua. Dibarengi dengan Mom yang sedari awal mendengarkan dari balik tembok sambil tertawa senang karena feelingnya merasa tau anaknya sekarang sedang jatuh cinta pada siapa.

Sambil membawa minum--berkedok mencomblangkan anaknya sendiri-- Mom menghampiri Rebecca dan Nathan. "Ngomong-ngomong, sebentar lagi kalian akan masuk sekolah," jeda Mom.

Rebecca bersiap mendengar ide gila dari Mom. Sedangkan Jason fokus pada apa yang akan Mom katakan.

"Bagaimana jika kalian berdua pergi ke taman bermain?" Mom melambaikan dua tiket.

"Hah?" Reaksi Rebecca spontan. Terdengar sederhana, tapi tidak bagi Rebecca. Ide Mom sama sekali tidak bisa diterima. Bagaimana caranya dia bisa menghabiskan satu hari penuh dengan senyum tampan Jason dan kegirangan dalam hatinya? Resiko dirinya pingsan tiba-tiba karena girang, meningkat tajam.

"Boleh," jawab Jason mengiyakan.

Sekarang pandangan kaget Rebecca beralih pada Jason.

"Menurutku ini waktu yang tepat untuk bersenang-senang, bagaimana, Rebecca?"

Siapa yang bisa menolak senyum Jason?

Mom terlihat menahan kegirangan sambil memberi dua tiket itu pada Jason dan Rebecca. Rencana makcomblanya berhasil.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 24, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Fault in Our CupcakesWhere stories live. Discover now