Part 4 : Suspicious

35 2 2
                                    


Palang besar dari kayu bertuliskan Welcome to Queenes Senior High School, menyapa siapapun yang lewat. Gerbang sekolah langsung terhubung dengan lapangan sepak bola yang membuat sepatu pantofel Rebecca dan Jason mengkilap basah. 

Bangunannya tingkat empat berwarna putih dihiasi kaca-kaca berbingkai hitam. Lapangan upacara berada di sebelah barat. Pohon-pohon besar tertata dengan teratur mengitari sekolah. Siapapun yang menata lingkungan sekolah ini, pasti tahu apa itu keindahan. 

"Whoa, sekolah macam apa ini?" Ucap Rebecca secara spontan.

"Sekolah elit favorit. Rumornya, siswa di sini mempelajari sihir loh!" jelas Ms. Reen. 

Rompi berwarna biru dongker, kemeja putih, rok kotak-kotak biru, dan pita biru tua menjadi seragam siswi di Queenes SHS. Sedangkan siswanya menggunakan celana dan dasi berwarna serupa jas.

*

Upacara pembukaan festival berlangsung dengan formal di lapangan upacara. Ditutup dengan ucapan 'selamat bersenang-senang' oleh kepala sekolah muda berbadan kekar. Dijawab sorakan riuh.

"Pertunjukan seni akan dimulai satu jam lagi. Stand makanan ada di taman timur sekolah," Jelas Jason pada Rebecca yang sedari tadi diam. "Rebecca?"

"Ya?" Rebecca merasa harus menjauh dari Jason, bisa gawat kalau tanpa sadar dia melakukan hal yang memalukan lagi. "Jason, kayanya kita harus berpencar."

"Berpencar?"

"Ya, aku mau cari makanan sendiri," ucap Rebecca menghindari tatapan Jason. "Kita bertemu di pertunjukan seni," kemudian pergi meninggalkan Jason yang belum sempat menjawab.

*

Asap mengepul dari stand-stand makanan, ditambah riuh siswa-siswi berlalu lalang. Seorang pria memberikan Rebecca satu es krim. Tentu saja setelah Rebecca membelinya, dengan harapan bisa menenangkan pikirannya. Tiba-tiba segerombolan siswa Quenees menabraknya dari samping, membuat es krimnya terjatuh. "Huu," Teriak salah satu siswa ketika menabrak.

"Tidak apa-apa. Aku maafkan," ucap Rebecca sambil membereskan es krimnya yang jatuh.

"Aku tidak butuh kata maaf darimu," salah satu siswa berbalik badan diikuti dengan gerombolonnya. 

"Lupakan," Jawab Rebecca pelan.

"Oh ya? Kalau begitu lupakan ini juga!" Siswa itu mengambil es krim Rebecca dari tanah. Mengelapnya dengan mulus di rok Rebecca. 

Mulut Rebecca terbuka, siap marah. Tapi seseorang menarik tangannya dari belakang. Membuatnya mundur dua langkah. Emosinya tersangkut di tenggorokan. Seseorang itu berbisik, "Apa magic cupcakesnya enak?" Rebecca langsung berbalik tapi hanya ada orang yang jaraknya  terlalu  jauh untuk berbisik. 

 " Tempat ini hanya untuk rok biru!" Ejek siswa itu. 

Rebecca memilih untuk pergi dari pada menimbulkan keributan dan duduk di bawah pohon di atas rumput yang jauh dari keramaian. Sambil memikirkan siapa yang berbisik padanya soal cupcake.

Beberapa menit kemudian Jason datang. Matanya melihat rok Rebecca yang kotor. "Seharusnya aku langsung mencarimu," sesal Jason.

"I..ini bukan salahmu, Jason. Lagi pula di sana sangat ramai."

Jason duduk di samping Rebecca. Suasana menjadi canggung seketika. 

"Kenapa kita yang jadi perwakilan?" Tanya Rebecca memecahkan keheningan. Pertanyaan yang terngiang semalam suntuk.

"Karena, di undangan tertera nama kita berdua".

Rebecca bertanya-tanya, Sekolah ini tahu namaku? Lagi pula Sekolah elit macam apa yang mengundang hanya dua murid dari sekolah biasa seperti Eleanor Senior High School? Mencurigakan.

Jason berdiri dan mengulurkan tangannya ke arah Rebecca, "Ayo, pertunjukan seni sudah dimulai".

Rebecca menggenggam tangan Jason dan berdiri dari posisi duduknya. Berlanjut hingga jalan beberapa langkah, tangan Jason sudah ingin melepaskan gandengan mereka berdua, Tapi Rebecca seolah tidak rela berjalan tanpa bergandengan tangan. Sampai di aula seni, Rebecca baru melepasnya.

*

Di panggung terlihat seorang gadis berambut panjang bermain piano. Nada lagu 'River Flow in You' mengalun dengan indah ke setiap sudut aula.  Rebecca tiba-tiba memeluk Jason. Tapi, secara perlahan Jason melepaskan pelukan Rebecca dan pergi meninggalkan aula tanpa mengatakan apa pun. Sekitar lima menit, Rebecca diam terpaku. Kemudian menyadari Jason tak ada di sampingnya.

Rebecca keluar  dan mendapati Jason menatapnya dari kejauhan. 

"Jason?"

"Rebecca aku tidak bermaksud menyakitimu, oke?"

Rebecca memasang tampang bingung. Sama sekali tidak mengerti apa yang Jason bicarakan. 

"Kita baru berbicara kemarin dan..." Jason terlihat ragu mengucapkannya.

Mungkin tanpa sadar aku melakukan hal aneh lagi?!

"Aku kurang nyaman kalau kau bersikap seperti tadi," ucap Jason pelan. Benar-benar menjaga nada bicaranya. 

"Mungkin ini terdengar aneh, Jason, tapi aku tidak mengingatnya. Apa saja yang aku lakukan? Beritahu aku dari awal!" tanya Rebecca dengan wajah serius. 

Jason menceritakan dari awal. Dari gerbang sekolah hingga Rebecca memeluknya di dalam aula. Setelah mendengarnya, kaki Rebecca lemas dan berlutut. Mukanya merah menahan malu.

"Rebecca, kau tidak apa-apa?"

Kalau memang itu yang terjadi, maka hari ku bersama Jason telah hancur! Pasti ada sesuatu yang menyebabkan ini semua. OH! CUPCAKE?!

"Magic cupcake! Jason, aku harus pergi! Aku akan jelaskan semua besok," Rebecca berdiri dan langsung berlari. Berlari menuju penyebab kekacauan hari ini. Magic Olive!


***

~Kring kring

Makasii sudah baca part 4: Suspicious . Kasih bintang kalau suka*-* atau komen kalau ada hal yang mau diutarakan ^^

~Wussh next ke part selanjutnya yaa :)

The Fault in Our CupcakesWhere stories live. Discover now