Wattpad Original
There are 4 more free parts

PROLOG

204K 6.3K 61
                                    

PROLOG


Suasana hening menyelimuti ruang tamu rumah mewah bergaya minimalis milik seorang kontraktor ternama bernama Isac Adinata. Pria itu masih tampak gagah dan tampan meski kini usianya sudah lebih dari setengah abad. Ia duduk di depan Viana Adinata, istrinya yang berusia beberapa tahun lebih muda dan masih tampak cantik dengan dandanan modis. Keduanya menatap tak sabar pada Darrel Adinata, putra mereka yang bertubuh gagah dengan wajah tampannya yang terlihat tegang.

Di samping Viana, duduk seorang gadis dengan dandanan ala kadar dan mata sembap akibat menangis. Ia menunduk dan meremas pelan jemari mungilnya, menandakan sedang gelisah. Gadis berusia dua puluh tahun itu bernama Kezia Larasati, putri pasangan Bob dan Jessra—kenalan dekat Isac yang baru saja meninggal dunia akibat kecelakaan lalu-lintas.

"Aku tidak keberatan jika Kezia dijadikan adik angkatku, Pi, Mi," ucap Darrel dengan nada tertekan. Ia menatap kedua orangtuanya dengan sorot memohon. Berharap perjodohan wasiat itu bisa dibatalkan.

Berbeda dengan Darrel, Viana justru menatap anaknya dengan pandangan kurang senang. "Ini wasiat kakekmu, Darrel. Dan Mami tidak mau kualat dengan mengingkarinya."

Darrel terlihat semakin gusar. Sedangkan Kezia yang dimaksud, menundukkan kepala semakin dalam. Tidak berani bersuara, apalagi mengangkat wajah.

"Mami-mu benar, Darrel. Ini permintaan terakhir kakekmu sebelum beliau meninggal," kata Isac memberi pengertian dengan harapan satu-satunya anak laki-laki yang ia miliki, mau menuruti keinginan mereka untuk menikahi Kezia.

"Tapi aku benar-benar tidak siap, Pi, Mi," kata Darrel gusar sambil melirik sekilas pada Kezia. Gadis berwajah oval dengan rambut panjang berwarna hitam berkilau yang dikuncir kuda itu terlihat cukup cantik andai saja dia mau sedikit berdandan.

Kezia bukanlah wanita idaman Darrel. Dia terlalu muda. Ayahnya bilang Kezia baru berusia dua puluh tahun, beda sepuluh tahun dengan dirinya yang sudah berusia tiga puluh. Darrel ingin wanita yang lebih dewasa yang bisa menjadi kekasih sekaligus tempatnya berbagi cerita dan bertukar pikiran. Ia ingin memiliki istri yang cerdas dan intelek, bukan gadis kampung seperti Kezia.

Darrel memperhatikan penampilan Kezia. Gadis itu mengenakan celana jeans hitam kusam dan baju kaus berwarna senada yang terlihat sangat kontras dengan kulitnya yang pucat, membuat penampilannya terlihat semakin tidak menarik.

Darrel tahu Kezia sedang berduka. Kedua orangtuanya baru saja meninggal dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Namun, bukankah tidak ada salahnya sedikit berdandan merapikan diri?

"Pi, Mi..." Darrel berusaha merayu kedua orangtuanya.

"Setuju atau tidak, kau harus menurut, Rel!" tukas Isac dengan suara tegas. Ia mengerti mengapa Darrel menolak Kezia. Pasti di mata anaknya itu, Kezia sama sekali tidak menarik, karena memang saat ini Kezia terlihat sangat kacau. Namun, Isac maklum karena Kezia baru saja kehilangan kedua orangtuanya.

Sebagai anak yang berbakti, Isac hanya ingin menunaikan permintaan terakhir ayahnya yang sejak lama berteman dekat dengan kakek Kezia. Selain itu, Isac juga yakin, Kezia akan menjadi istri yang baik untuk Darrel.

Kezia memang tidak modis, tapi ia gadis yang sopan dan baik hati. Terbukti dari setiap kali Isac dan istrinya bertamu ke rumah Bob, Kezia selalu melayani mereka dengan santun dan ramah.

Isac tahu sudah bukan zamannya lagi menikah karena dijodohkan. Akan tetapi itulah permintaan ayahnya sebelum meninggal beberapa tahun lalu. Dan Isac yakin sekarang adalah waktu yang tepat untuk melaksanakannya. Kezia butuh perlindungan dan kasih sayang setelah ketiadaan kedua orangtuanya.

Kezia sama sekali tidak ada tempat berlindung kecuali kakek dan neneknya, yaitu orangtua ayahnya. Kezia sendiri dan kedua orangtuanya adalah anak tunggal, jadi bisa dipastikan ia tidak memiliki sanak saudara sama sekali. Itulah alasan mengapa Isac memilih membawa Kezia ke rumahnya setelah acara pemakaman selesai tadi sore.

Tentu saja Isac tidak akan membiarkan Kezia tinggal seorang diri di rumahnya yang kecil di desa yang cukup jauh dari pusat kota Balikpapan, atau tinggal bersama kakek-neneknya di desa terpencil yang lebih jauh lagi dan menjadi gadis yang tidak punya pergaulan. Untungnya kakek dan nenek Kezia menyambut baik saat ia katakan ingin menunaikan permintaan ayahnya. Yaitu janji agar menikahkan Kezia dengan Darrel.

"Baik, aku turuti keinginan Papi dan Mami, tapi aku tidak ingin pernikahan ini diketahui oleh siapapun sampai aku siap!" Darrel melirik Kezia dengan tatapan tidak bersahabat. Mengapa gadis itu diam tak bersuara? Setidaknya, sedikit saja sangkalan darinya akan menggoyahkan keinginan orangtuanya.

Namun, sia-sia Darrel berharap. Kezia tetap diam membisu. Akhirnya Darrel meninggalkan ruang tamu dengan perasaan gusar. Saat tiba di pintu keluar, ia bertemu dengan Alena, adik perempuannya yang memiliki toko perhiasan.

"Kak," sapa Alena dengan senyum manis.

Darrel mendengkus. Jelas sedang tidak dalam suasana hati yang bagus untuk menyahuti sapaan satu-satunya saudara sekandungnya itu.

Alena yang mendapat perlakuan kakaknya yang tidak seperti biasa, mengerut kening pertanda bingung.

Namun, lima menit kemudian keheranannya terjawab.

***

Kawin WasiatWhere stories live. Discover now