Part 6

739 60 21
                                    

Sudah seminggu aku dan Abi tidak saling sapa setelah insiden aku mempertegas arti hubungan kami. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk membuat semuanya kembali seperti semula, karena kenyataannya Abi seperti menghindariku. Awalnya aku tidak mempermasalahkan, tapi semakin hari aku melihat Nania semakin dekat dengan Abi, membuatku kesal. Aku cemburu pada mereka.

"Abi!" panggilku.

Aku berlari kecil untuk mengejar Abi yang sepertinya ingin berjalan menuju kantin. Sejenak aku tersenyum sendu sebelum akhirnya aku memegang pergelangan tangannya sedikit erat.

"Abi, boleh aku minta waktu kamu sebentar?" tanyaku.

Abi hanya mengangguk, "Pulang sekolah aku tunggu di rental PS."

Aku tersenyum, walau sebenarnya aku tidak tahu dimana rental PS yang Abi maksud, tapi aku cukup senang karena pada akhirnya Abi mau berbicara denganku lagi.

Kulihat Abi yang mulai berbalik tanpa senyum, perlahan dirinya mulai berjalan menjauh. Kala itu aku sempat berpikir, masih adakah kesempatan untuk kembali seperti kemarin?

Sepulang sekolah, sesuai janjiku pada Abi. Aku akan menemuinya di rental PS, entah apa yang kupikirkan saat itu, yang pasti aku hanya ingin secepatnya bertemu dengan Abi. Aku bahkan sampai lupa bertanya kepada Adrian atau beberapa temanku, perihal letak rental PS itu.

"Lia..."

"Loh, Abi? Nggak jadi menunggu di rental PS?"

"Memang kamu tau rental yang aku maksud?"

Saat itu aku hanya menjawab tidak tahu, yang langsung dibalas gelak tawa oleh Abi. Aku hanya tidak ingin berbohong, lagipula aku sedikit bersyukur karena dengan adanya Abi di area parkir, itu artinya aku tidak harus mencari-cari alamat 'kan?

"Sudah, ayo."

Aku tersenyum seraya menyerahkan kunci motorku, aku bisa melihat saat itu Abi juga ikut tersenyum menungguku naik ke boncengan. Aku cukup bahagia dengan hal sederhana itu, aku bahagia ketika melihat Abi mampu tersenyum untukku.

Sepanjang perjalanan aku terus tersenyum sambil menikmati angin yang menerpa wajahku, sesekali aku menoleh untuk mengamati wajah Abi dari dekat.

Saat itu, kupeluk erat tubuh Abi. Seakan bahwa hari itu adalah hari teristimewa untuk aku dan Abi. Tanpa ada Nania, Alfa dan teman kami lainnya. Dan aku tidak akan melupakan hari itu.

Di hari itu, Abi membawaku ke salah satu mall di daerah Jakarta selatan. Kami menghabiskan waktu untuk menonton bioskop, dan makan. Sepanjang kami berjalan, Abi selalu membuatku tertawa dengan tingkahnya.

Aku bahagia sekali, karena hari itu tidak ada Abi yang dingin dan pendiam, hanya ada Abi yang bawel dan lucu. Jika boleh meminta, aku ingin meminta pada Tuhan untuk terus memberikan hari terindah untukku dan Abi. Sungguh, saat itu aku sangat tidak ingin mengakhirinya.

Setelah puas mengelilingi mall, aku dan Abi memilih untuk pergi ke Jakarta Fear yang ada di daerah kemayoran. Sebenarnya aku sudah beberapa kali kesana, dan aku cukup bosan. Tapi mengingat momen kali ini aku bersama Abi, jadi aku setuju saja.

Saat memasuki parkiran, aku merasa Abi menghela napas, aku tertawa kala itu. Aku berpikir mungkin Abi lelah karena terus menemukan kemacetan. Bahkan di area parkir saat itu macet sekali.

Setelah hampir lima belas menit kami habiskan untuk mencari parkiran, akhirnya kami berhasil menemukannya. Abi tertawa, begitupun denganku. Kata Abi, ia tak lagi-lagi mau kesana jika parkirannya masih macet.

Malam itu, Abi begitu memperlakukan aku dengan istimewa. Aku begitu merasa dicintai olehnya, dan aku tidak mau malam itu berakhir.

"Abi, boleh aku cemburu pada kedekatan kamu dengan Nania?" tanyaku kala itu.

Everything I Do (COMPLETED)Where stories live. Discover now