Section 6

2.6K 192 17
                                    

Gara-gara kemarin dirinya ceroboh, hari pertama menjalani pelatihan terpaksa untuknya tidak terjadi karena digunakan untuk istirahat. Kakinya tidak apa-apa, hanya lebam tapi agar lebih aman untuk lukanya, ia tidak boleh dulu melakukan aktivitas cukup berat. Misalnya jadwal pertama ini.

Beladiri.

Shillfer akan dapat jadwal pengganti di hari lain dengan teman-temannya yang mungkin saja mengalami kejadian nahas sehingga harus melewatkan kelas serupa. Bukannya mendoakan hal buruk, tapi Shillfer enggan sendirian menimba ilmu hanya berdua dengan gurunya.

Lebih gugup karena fokusnya hanya pada satu orang. Kalau kelas biasanya terbagi.

Dalam hening Shillfer tenggelam dengan pikiran bagaimana ia akan menghadapi hal selanjutnya. Mengenai teman-teman satu regu yang saling tidak peduli, tentang teman satu pelatihannya saat ini, pembelajarannya, dan bagaimana dirinya bertahan di sini.

Rasa-rasanya pilihan yang ia putuskan semakin tampak semakin salah seiring berjalannya waktu mempertontonkan bahwa segala hal berjalan tidak sesuai rencana.

Ketukan pintu mengejutkan dirinya sehingga terbentur sisi kasur berbahan kayu dipoles. Benar, sekarang Shillfer tengah berada di kamar.

"Sebentar!" serunya agar orang di balik pintu agak sabar. Turun saja kakinya terasa ngilu sehingga harus pelan-pelan. Kalau kecerobohannya terulang, bukannya tidak mungkin ia akan patah tulang.

Hih!

Merinding sekali memikirkannya.

Kunci dan pintu sudah terbuka. Sudah ada Rafa dengan wajah biasanya, tidak terkejut dan tidak tampak marah juga saat melihatnya dengan kaki dibalut perban.

Tidak ada yang membuka suara.

Shillfer menjerit dalam pikirannya, "dia butuh apa, sih!"

Tumpuan kaki kanannya semakin lama jadi melemah bersamaan dengan rasa nyeri. Hampir ia jatuh menduduki perbannya yang akan memperparah keadaan luka kalau saja tamunya ini tidak segera menahan di bawah ketiaknya supaya tetap berdiri walau menumpu pada orang lain.

"Sepertinya yang dibilang dokter Etaya salah. Kamu masih butuh waktu lebih lama lagi buat pulih," cetus laki-laki bernama agen Sarngin. Masih dengan tangan menahan tubuh berbobot lumayan berat, ia melepas sepatunya untuk masuk ruangan kemudian Shillfer yang berdiri agar menggantung ini dibawa agak menyeret kakinya menuju kasur di bawah. Milik Nadifah.

Agak pelan Rafa menurunkan Shillfer agar terduduk. Setelahnya ia mengedarkan mata ke penjuru ruangan hingga menangkap kursi plastik di balik pintu kamar mandi. Kursi rendah untuk alas duduk ketika mencuci pakaian di kamar mandi supaya tidak berjongkok.

Rafa malah membawanya ke hadapan Shillfer dan duduk dengan baik meski jika dilihat tanpa kursi plastik itu ia tampak sedang jongkok karena saking tingginya laki-laki ini.

Shillfer jadi bertanya-tanya tingginya berbeda berapa senti dengan Rafa?

Di pintu saja kalau Shillfer ingin melihat dengan jelas laki-laki ini, ia mungkin harus agak mendongak.

Dalam waktu tidak lama Shillfer dibuat kembali meringis kala kakinya diangkat dan ditaruh di paha Rafa. Mungkin akan lebih tepat dengkulnya.

INNOCENT [REWRITE] Wait Until 2024Where stories live. Discover now