Section 12

2.2K 147 3
                                    

Rafa tengah mengunyah makan siangnya sambil membaca materi kelas yang akan diajar siang ini. Lagi-lagi sebagai guru pengganti untuk kelas computer. Padahal ia tengah kelelahan.

"Hoy!" sapa seseorang dengan menutup laptopnya sehingga Rafa melotot pada pelaku. Tangannya terjepit.

Ervin tertawa, membuka laptop kembali membiarkan temannya fokus lagi dengan bacaannya.

"Satu-satu dong," saran Ervin. Rafa menggeleng.

"Yaudah. Kalo gitu gue Cuma mau konfirmasi aja."

Rafa tidak meliriknya, tapi tetap mendengarkan dengan gestur tangan yang memegang sendok menyuruhnya melanjutkan. Materi kali ini sempat ia lupakan, jadi harus dipaahami dengan baik agar kelas berjalan lancar.

Ervin menyangga dagu di tangan kirinya. Kalau dilihat-lihat mereka malah seperti pasangan yang tengah pendekatan.

"Pasangan Shillfer yang tahi lalatnya di bawah mata sama di pipi, kan?"

Rafa berhenti mengunyah, kemudian balik menatap Ervin dengaan alis terangkat. Ternyata bahasan soal ini. "Kenapa kamu bisa yakin itu orangnya?"

Ervin mengendikkan bahu. "Intuisi. Lagipula ketika aku melihatnya kemarin, ia tampak santai dengan sekitar tapi juga acuh pada pendengarannya."

Kemarin....

Semuanya bergerak lebih teratur lagi. Ervin kembali menganggu. Untuk beberapa orang, ia pikir Shillfer cocok dengan mereka.

Salah satunya dari regu ketiga. "PErhitungan bagus, Bro. kupikir kamu akan bagus ditempatkan dengan satu gadis dari tahun yang sama."

Orang yang Ervin ajak bicara menoleh menampilkan wajah penasarannya. "Siapa, Kak?"

Ervin sudah berniat mengerjai saja, jadi ia hanya bilang, "Rahasia, dong." Matanya melirik ke kiri, ada yang menguping sambil bermain lida dalam mulutnya sehingga terlihat pipi itu kadang kembung kadang kembali kempes.

Ia kah yang Rafa maksud?

Begitu mulai aba-aba, sasarannya baik sekali saat Ervin periksa melalui kamera pengawas terdekat target tembak.

"Apa dia emang pendiem?"

Rafa menyuap kembali kentang rebus yang menjadi karbohidratnya hari ini. Ia menggeleng dan dagunya mengarah ke sudut lain kantin di mana orang yang tengah mereka bicarakan kini sedang bersama beberapa perempuan, membicarakan sesuatu.

Ervin melihatnya lain kali ini. Berbeda sekali kala di kelas.

"Dia yang kamu maksud?"

Karena masih terperangah, Ervin hanya mengangguk.

Kekehan Rafa terdengar. "Zigo. Paling jago menyerang jarak jauh dengan senjata api, bidikan tepat, lemah dalam beladiri pencak silat. Setidaknya untuk mencari informasi, ia ahlinya." Dengan singkat ia menjelaskan spesifikasi anak didiknya bak memaparkan kelebihn dan kekurangan barang dagangan.

"Mudah berbaur, ya."

Ia tidak usah khawatir kalau begitu mengenai lingkungan Shillfer saat ini. Lagipula sudah waktunya sebagai seoraang kakak, ia melepaskan sang adik yang memasuki usia dewasa untuk lebih mengenal dunia keluarganya. Ibu dan ayahnya tengah melakukan apa ya, sekarang?

••• ••• •••

"Sulit mendapatkan pekerjaan?" tanya gadis dengan pakaian rumahannya. Belum mandi untuk kemudian bekerja sebagai asisten juru masak di rumah makan yang cukup terkenal di kotanya.

Ai ajuns la finalul capitolelor publicate.

⏰ Ultima actualizare: Jul 15, 2021 ⏰

Adaugă această povestire la Biblioteca ta pentru a primi notificări despre capitolele noi!

INNOCENT [REWRITE] Wait Until 2024Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum