Section 4

2.6K 212 11
                                    

Aku sudah menemukannya, lagi. Tidak usah banyak drama aku tahu dia adalah perempuan yang sama ketika aku menyelamatkannya dari tragedi yang seharusnya sudah ia lupakan. Aku khawatir tentangnya.

Keadaan pertama kali ku lihat di kantor kepolisian tempatnya bekerja ia tampak kelelahan mengejar salah satu agen utusan kami yang sengaja dibuat seakan-akan adalah pencuri data dari sini. Aslinya itu adalah skenario yang dibuat oleh seseorang. Kakaknya sendiri. Saking khawatirnya ia ingin gadis ini masuk ke dalam Intelingensi Negara Indonesia agar terpantau dan juga memiliki bekal lebih banyak soal hidup di dunia nyata yang berbwda dengan apa yang dibayangkan orang-orang awam.

Hey, dude. Semuanya tidak melulu soal cinta, kasih sayang, hutang, dan segala hal yang umum. Disini kami lebih kompleks melihat segala hal seperti sekarang yang terjadi padaku.

Gadis ini tampak payah saja sekarang dibanding beberapa tahun lalu pertama kali aku bertemu.  Sudah ceroboh, sok tahu lagi. Susunan berkas yang kuserahkan padanya memang benar diurutkan berdasar angka halaman, tapi caranya menyatukan halaman itu membuat kepalaku sakit.

Aku harus mengulanginya.

Ia mempertemukan dua halaman yang berisi tulisan tinta hitam itu, sedangkan bagian belakangnya yang kosong ia tempelkan lagi dengan halaman selanjutnya yang juga kosong. Seperti itu polanya.

Apa dirinya tidak pernah menyusun makalah? Minimal skrip drama yang akan dimainkannya saat SMP atau SMK

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Apa dirinya tidak pernah menyusun makalah? Minimal skrip drama yang akan dimainkannya saat SMP atau SMK. Ah, seingatku ia masuk SMA.

Pelajaran seni setidaknya pernah memegang kertas itu.

Maaf Ervin, tapi tampaknya aku harus menarik pernyataanku yang kemarin-kemarin sampai adikmu kembali normal juga sedikit lebih pintar dari sebelumnya.

Karena greget aku terus menatapinya dengan tajam berharap ia peka kalau apa yang ia lakukan sangat salah. Menambah pekerjaanku saja. Untungnya laporan ini bukan dalam minggu sekarang deadlinenya.

I'm safe.

Dan setelah selesai bukannya sadar ia malah balik menatapku dengan memajukan kepalanya. Aku heran padanya yang saat itu juga justru memundurkan kepala lalu menatap ke arah lain.

"Kalau mau membantuku, tolong...," aku berdiri dari kursi mengambil tumpukan itu dan membongkarnya lagi di mulai dari nomor akhir yang kususun  sebelumnya, "lihat dan pelajari salahmu dimana, Nona."

Ia melihatku kini. Mungkin terintimidasi dengan penekanan ucapanku pada kata nona. Sudah kebiasaan, sulit dihilangkan ketika kesal semua yang kuucapkan terdengar menyentak.

"Begini." Aku melanjutkan ketika atensinya sudah ada padaku. Awas saja jika masih keliru. Aku menyusunnya dengan benar beberapa halaman untuk memberikan contoh padanya.

INNOCENT [REWRITE] Wait Until 2024Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt