Section 1

4.5K 263 18
                                    

"Kamu ke sana, saya lurus, dan kamu," menunjuk padaku yang masih terengah, "ke arah kebun itu."

Kami semua mengangguk setelah mendapat perintah penangkapan masing-masing dari pencuri data penting Negara katanya, lebih tepat kumenyebut ini data penting satu organisasi negara dengan membawa senjata api. Jumlahnya sesuai dengan petugas yang sedang mengejarnya. Untung arah kabur mereka menuju hutan, tapi sisa satu lagi yang akan aku tangkap berlari ke kebun. Setidaknya aku harus menyelamatkan kebun orang, bukan?

Kembali berlari setelah cukup menormalkan laju napas, aku mengeluarkan pistol berisi peluru. Kalau bisa kubunuh, sih, tentu sangat bagus.

Aku melihatnya di balik pohon pisang kebun yang sudah gundul. Masa panen sedang terjadi.

Aku mencoba membidiknya dari jauh, tapi setelah suara keras akibat isi moncong keluar, ia bersembunyi lebih rapat di pohon batang lunak tersebut.

Harusnya sekali tembak di kakinya cukup melumpuhkannya. Kenapa sulit sekali untuk membuatnya lumpuh? Dia cukup gesit untuk menghindari peluruku.

"Pastikan pelaku dalam keadaan hidup."

Dengan kesal aku menyakui pistol tangan di pinggang dan menaruh satu tangan di belakang pinggang. Aku ingin hal ini selesai secepat mungkin. Jatah istirahatku jadi terpotong karenanya. Aku memilih bersembunyi juga di balik pohon kapuk tanpa daun. Memikirkan bagaimana cara yang tepat membuatnya terjerat borgol.

Suara hewan malam mulai bersahutan, hari sudah gelap. Kami sudah melakukan pengejaran ini dari kota pada siang hari hingga sekarang hampir masuk waktu adzan maghrib, sekitar pukul 6 sore.

"Gadis manis, kau dimana," sahutnya membuatku ingin membuat badan itu tak bergerak lagi. Aku mencoba bersembunyi dengan baik selagi mempersiapkan diri di balik gelapnya sekitar. Ck! Aku tidak membawa senter. Ponselku juga tidak ada di saku. Pasti di mobil.

Terdapat laporan bahwa orang-orang yang bersamaku tadi telah menangkap pelaku dan mereka tengah menunggu di bibir hutan, kini giliranku. Kenapa selalu aku yang terakhir?

Satu ide terlintas di otak. Aku baru sadar tengah menyakui pistol lain. Aku harus mengecohnya.

"Shillfer, kamu dimana?" Suara di telingaku terdengar jelas. Tidak kujawab. Setelah itu aku berjalan ke arahnya dengan santai bahkan tersenyum. Mungkin ia belum melihatku karena masih jauh dari satu lampu yang sepertinya sengaja dibuat pemilik kebun seandainya ia perlu kemari memeriksa tanamannya saat malam.

"Oh, hai!" sapanya senang. Matanya sudah menangkapku yang tersorot lampu sedikit.

Aku malas menanggapi target utama misi penangkapan ini.

Terlalu genit dilihat dari caranya menatapku.

"Ayo bermain." Mata itu, aku ingin menghancurkannya. Setidaknya mari kita lihat seberapa bagus latihanku selama satu tahun dua bulan lima belas hari ini.

"Ayo, mau main apa memangnya?" balasku dengan wajah sebiasa mungkin. Layaknya seorang adik yang tertarik kakaknya mengajak melakukan hal menyenangkan bersama.

"Barbie, bagaimana? Aku Ken dan kau tentunya Barbie."

Heh! Memangnya setampan apa dirimu untuk menyamai Ken di dunia boneka itu? Ditambah, aku juga tidak cocok kali jadi Barbienya. Jadi mbok-mbok di dalam dunia itu cukup mumpuni sepertinya diriku ini.

Lupakan itu.

Perlahan ia mendekat dengan hand gun di tangan kirinya. Ia kidal ternyata. Di tempat kami berdiri dengan lampu yang memudahkan melihat satu sama lain.

"Aku punya usulan lain." Aku ikut maju hingga jarak yang tersisa tidak kurang dari 10 meter. Tanpa aba-aba aku berlari sambil mengayunkan pistol yang barusan akan kumasukan saku ke arahnya dan dia menghindar ke kananku sambil terus menodongkan senjatanya. Dalam keadaan yang cepat itu pula tangan kiriku mengarahkan stunt gun ke padanya.

INNOCENT [REWRITE] Wait Until 2024Where stories live. Discover now