Chapter 12

45 4 0
                                    





"Enak ya jadi temen deketnya owner, enggak perlu ngapa-ngapain udah langsung dijadiin staff tetap, langsung dipasrahin proyek besar lagi.."

"Ya gitu deh mbak, sekarang kerja dimana-mana yang penting tuh koneksi. Asal ada koneksi udah pasti enak deh.."

Aku melangkah masuk ke dalam toilet wanita di kantor. Kulihat Nina dan Santi menghentikan pembicaraan mereka, namun tetap memandangku dengan sinis. Mereka segera mengambil tisu dan keluar dari toilet. Sigh.. Baru juga dua hari aku resmi bekerja disini, orang-orang yang dulunya kuanggap sebagai teman kini berbalik menjauhiku dan selalu memandangiku dengan sinis. Belum lagi gosip-gosip yang selalu mereka tebarkan di belakangku. Jujur, aku sangat sangat malas menghadapi segala konflik kantoran macam ini. Tapi mau bagaimana lagi, proyek ini sudah terlanjur dioper padaku, dan aku tidak mungkin mundur sekarang, saat proyek ini baru akan berjalan. Aku berjalan ke arah wastafel dan mencuci tanganku. Untungnya tidak semua orang seperti itu. Oh well, biarkan saja mereka ngomong sesukanya, toh asal aku bekerja dengan baik nanti mereka juga diam sendiri.

Hari keduaku di kantor sama melelahkannya dengan hari pertamaku. Satu-satunya hal baik yang terjadi pada hari itu adalah telepon dari dokter Aiden. Hasil tes si anjing kecil sudah keluar dan hasilnya negatif, anjing tersebut sehat dan tidak mengidap parvo atau penyakit lainnya. Diarenya juga sudah berhenti dan dia pagi tadi menghabiskan sarapannya dengan cepat kata dokter Aiden. Aku berjanji untuk mampir sebentar setelah pulang kerja untuk membereskan masalah tagihannya.

***

Masuk ke dalam ballroom yang penuh sesak dengan orang sendirian tidak masalah. Semua orang melakukannya kan? Meski ketika aku melihat sekelilingku semua orang datang berpasangan, dan hanya aku yang sendirian, sama sekali tidak menjadi masalah. Aku tidak merasa canggung kok. Tidak sama sekali. Lihat, aku bisa berjalan dengan anggun dan pede ke arah pintu masuknya kan??

Ooops..oke.. tenang Feli, tidak ada yang melihatmu nyaris jatuh gara-gara tersandung kabel yang disembunyikan di balik karpet merah ini. Tenang, pura-pura saja tidak terjadi apa-apa dan teruslah berjalan ke depan. That's it, you can do it.. Hampir sampai..setelah ini tinggal berikan kartu undanganku ke EO, dan kemudian duduk di mejaku. Setelah itu tinggal nikmati hidangannya, beri selamat pada Hestia dan siksaan ini akan segera berakhir.

Sial! Kenapa sih orang-orang hobi banget membuat photobooth di pintu masuk ruangan? Celingukan, aku mencari celah untuk dapat masuk ke ruangan ballroom hotel tanpa berhenti di photobooth terlebih dahulu. Ah itu dia! Aku segera mempercepat langkahku dan menghampiri Viola, salah satu bridesmaid Hestia yang sedang berdiri di dekat photobooth.

"Vi!" panggilku.

"Feliii.." ia dengan segera menghampiriku dan memelukku.

"Lama banget enggak ketemu, kamu dimana sekarang Vi?" tanyaku sambil menggandengnya dan berjalan masuk ke ruangan ballroom, berlagak tidak melihat staff EO yang berusaha memanggilku untuk berfoto dulu. Sukses! Aku sudah masuk di ruangan resepsi. Viola mengantarku ke meja khusus yang sudah disiapkan Hestia untuk sahabat-sahabatnya. Viola sendiri duduk di meja khusus untuk bridesmaid dan bestmen yang berada di dekat pelaminan. Saat aku sampai disana, mejaku belum banyak terisi. Dari sepuluh kursi yang disediakan, baru empat yang telah terisi dengan dua pasangan muda yang tengah sibuk mengobrol. Aku tidak kenal satupun diantara mereka. Mungkin mereka adalah teman Max, suami Hestia. Aku segera duduk dan menuangkan segelas air putih untukku sendiri.

Sambil duduk, kuamati sekelilingku. Panggung pelaminan yang terletak di dekat mejaku terlihat indah dengan dekorasi minimalis yang anggun. Warna kuning terlihat mendominasi bunga-bunga serta dekorasi yang menghiasi pelaminan. Aku mencoba menoleh ke kiri dan kanan untuk melihat apakah ada orang yang kukenal, agar aku tidak canggung duduk sendiri tanpa teman mengobrol seperti ini.

Love Will Find YouWhere stories live. Discover now