Chapter 7

78 5 4
                                    


Malam itu akhirnya kami membatalkan rencana untuk pergi ke Banpo Bridge karena Brenda harus segera packing dan ke bandara untuk mengejar pesawatnya ke Indonesia pada pukul 9 malam.

Akhirnya, keesokan harinya aku melanjutkan survey dengan Joongie oppa saja. Hari ini tema survey kami adalah mencari lokasi-lokasi belanja untuk tur shopping. Sebenarnya distrik-distrik perbelanjaan di Korea sudah terkenal dimana-nama. Hanya saja tujuan utama dari survey ini adalah untuk mengamati range harga barang yang dijual disana. Dengan memiliki range ini, kami akan dapat menyesuaikan tempat-tempat perbelanjaan yang dikunjungi sesuai dengan selera konsumen. Dalam hati aku merasa tur ini bakal menjadi salah satu tur yang terlaris, karena orang Indonesia doyan sekali berbelanja pernak-pernik, kosmetik, dan juga seabrek oleh-oleh untuk dibagikan saat pulang nanti.

 Dalam hati aku merasa tur ini bakal menjadi salah satu tur yang terlaris, karena orang Indonesia doyan sekali berbelanja pernak-pernik, kosmetik, dan juga seabrek oleh-oleh untuk dibagikan saat pulang nanti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kami berangkat dari kantor sekitar pukul 11 siang, dan kami langsung menuju ke Ewha Woman's University. Deretan toko-toko mungil yang menjual berbagai macam barang bisa kita temukan disini. Mulai dari pernak-pernik hingga sepatu, tas, dan juga kosmetik. Beberapa sales promotion girl terlihat berdiri di depan toko tempat mereka bekerja sambil membawa mic dan mempromosikan diskon yang sedang berlangsung dalam bahasa Korea ataupun Mandarin.

"Tempat ini terkenal sekali di kalangan wanita muda dan juga mahasiswa. Soalnya disini banyak yang menjual baju-baju modis dengan harga yang terjangkau, karena sebenarnya target utama dari toko-toko disini adalah anak kuliahan." jelas Joongie oppa saat kami berjalan menyusuri deretan toko-toko yang ada disana.

"Oo begitu.. Turis asing yang berbelanja di sini juga banyak kah? Kok dari tadi aku mendengar karyawan toko yang sibuk promosi di depan tokonya dengan menggunakan bahasa Mandarin? Atau mungkin banyak mahasiswa asing disini?"

"Hmm, sepertinya rata-rata karyawan di hampir semua distrik perbelanjaan di Seoul dituntut untuk lancar berbahasa asing, khususnya Mandarin atau Jepang. Soalnya turis Jepang dan Cina terbilang yang paling banyak jumlahnya di Korea."

Aku manggut-manggut mendengar penjelasan itu, sambil mengamati sekelilingku. Kulihat ada serombongan cewek keluar dari gerbang Ewha University dan kemudian duduk-duduk di lapangan di dekat situ sambil mengeluarkan buku dan laptop dari tas mereka. Sepertinya mereka hendak belajar bersama atau bekerja kelompok.

"Jadi ingat masa-masa kuliah ya kalau lihat mahasiswa-mahasiswa seperti mereka?" tanya Joongie oppa tiba-tiba. Aku menoleh kearahnya, dan ternyata ia juga sedang memandang mahasiswa-mahasiswa yang duduk-duduk di lapangan tersebut.

"Iya, bedanya jaman dulu kami bekerja kelompok dengan hanya mengandalkan buku dan pulpen saja, karena pada masa itu masih jarang yang memiliki laptop, enggak kayak sekarang.." jawabku sambil tersenyum mengingat masa-masa itu.

"Lalu bagaimana cara kalian menyusun laporan? Apakah laporannya juga tulis tangan?" tanyanya penasaran.

"Diketik lah. Jika kebetulan ada salah satu anggota kelompok yang memiliki komputer dan kos nya dekat dengan kampus maka kami akan mengetiknya disana. Jika tidak biasanya kami akan patungan untuk membayar sewa rental komputer atau warnet untuk mengetiknya."

Love Will Find YouWhere stories live. Discover now