Chapter 11

54 5 0
                                    


"Lili, besok jadinya gimana? Sorry banget ya aku enggak bisa nemenin kamu ke resepsi.." suara Brenda membuatku menengadah dari tumpukan nota beserta bon-bon yang sedang aku gunakan untuk menyusun laporan pengeluaran selama di Korea kemarin.

"Yah mau gimana lagi, aku enggak mungkin enggak datang, bisa dijitak Hestia nanti.." jawabku sedih. Brenda tadinya menawarkan diri untuk menemaniku pergi ke resepsi Hestia agar aku tidak terlalu canggung disana, namun ternyata ia ada acara dadakan yang tidak bisa ia wakilkan. Jadinya terpaksa aku berangkat sendiri, padahal sebenarnya aku paling malas harus berangkat ke resepsi pernikahan, apalagi kalau harus berangkat sendiri. Soalnya situasi itu justru akan makin membuat orang-orang semakin gencar untuk mencecarku dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyebalkan bin enggak perlu.

"Sorry banget Li, aku jadi enggak enak sama kamu.." Brenda menatapku dengan wajah menyesal.

"Udah, enggak usah dipikirin sekali-kali aku berangkat sendiri kan enggak papa. Toh nanti pasti ketemu temen disana.." kataku sambil tersenyum kecil.

"Ya udah nanti kamu cepetan aja kondangannya, datang, salaman, makan trus kabur.." usulnya.

"Enggak bisa deh kayaknya, soalnya Hestia cerita kalau resepsinya per meja, bukan standing party buffet seperti biasanya. Pasti lama kalau model gitu."

"Lah.... Yah, berharap aja kamu duduk semeja sama temen-temen yang lain."

"Iya..moga-moga gitu, kalau enggak males banget.."

"Eh iya, nanti pulangnya aku enggak bisa bareng kamu ya Li, aku harus lembur ngurusin proposal buat Dinas Pariwisata. Kalau tembus lumayan banget nih.."

"OK enggak papa kok, ati-ati ya pulangnya nanti.."

Brenda menggangguk menjawabku dan kemudian kembali ke ruangannya untuk meneruskan pekerjaannya.

Aku menghela nafas dan kembali menekuni pekerjaanku. Huft, enggak disangka nota-notanya banyak juga ya. Mana aku paling males kalau suruh bikin laporan keuangan lagi.. Melihat angka-angka di halaman MS excel ini langsung membuatku puyeng. Huft.. It's going to be a long day..

***

Aku melirik jam tanganku, pukul 6 kurang 5. Bagus, aku bisa menepati janjiku untuk menjemput si anjing kecil tepat waktu. Aku sebenarnya sudah merasa lelah sekali. Bekerja penuh seharian dengan jam kantor ternyata lebih melelahkan dari yang kuingat. Belum lagi tadi di kantor ada beberapa staff yang agak sinis padaku gara-gara aku ditunjuk langsung oleh Brenda untuk menangani proyek ini. Selama ini memang biasanya proyek besar akan ditangani langsung oleh Brenda sendiri. Baru kali ini ia mendelegasikannya ke orang lain, orang luar yang dijadikan staff dadakan pula. Maka dari itu banyak yang sirik padaku. Aku mendengar bisik-bisik mereka yang menyebutku memanfaatkan koneksi-lah, Brenda tidak adil-lah, dan hal-hal lain yang cukup membuat telingaku (dan hatiku) terasa panas.

Sebenarnya aku ingin sekali langsung pulang dan tidur awal, namun aku merasa bertanggung jawab atas si anjing kecil yang kubawa ke klinik tadi pagi. Aku melangkah masuk ke dalam klinik Paw-Friends dan aku melihat di lobby masih ada banyak orang yang sedang mengantre untuk periksa. Suara-suara salakan anjing yang bernada ketakutan terdengar jelas begitu aku masuk ke dalam lobby. Huh? Laris juga ya rupanya klinik ini.. Tidak tidak yakin aku harus kemana, aku akhirnya berjalan menuju staff wanita yang duduk di meja kasir.

"Permisi mbak, dokter Aidennya ada enggak ya? Saya mau jemput anjing.."

"Anjing yang mana ya mbak?" tanyanya sambil membuka buku kuarto besar yang ada di sampingnya.

"Anjing kecil yang bulunya hitam putih, kaki belakangnya luka."

"Jenisnya apa mbak? Namanya siapa?" tanyanya lagi sambil mulai menelusuri daftar pasien yang ada di buku tersebut.

Love Will Find YouWhere stories live. Discover now