51. Jodoh

8.5K 589 70
                                    

Ketika berhenti di lampu merah, aku menaikkan kaca helmku.

"Dibilangin kamu ikut aku aja sih!!?!"

"Yeee kan kemaren udah bilang bisa sama si mamangnya masa tau-tau ngilang gitu aja??!!"

Sudah setengah jam perjalanan dan sudah setengah jam juga aku berdebat dengan Mira. Bayangkan, aku mengendarai motor ninja dengan kecepatan tinggi sambil berdebat karena hal yang buatku tidak terlalu penting untuk dibahas. Hari ini aku dan Mira sama-sama akan pentas, tapi di panggung yang berbeda.

Tapi tiba-tiba pagi ini Mira merengek agar aku ikut ke tempat pentas grup mang Indoy saja. Karena aku sudah janji mau datang menonton katanya. Masalahnya kemarin aku memang kosong, tapi secara mendadak aku ditelpon oleh kenalan mbak Yara yang katanya mencari pemain suling sunda. Karena sedang menganggur maka aku iyakan saja.

"Ih kamu mah gitu!!!"

"Aisiaaaa ini kan job Mir! Ya maaf kalo gak jadi nonton, toh kan masih dianter sampe tempatnya sono ah!!" tukasku kesal. Menutup kaca helm dan kembali melajukan motor karena lampu sudah hijau.

Untungnya antara tempatku pentas dan tempat Mira pentas masih searah. Jadi aku tidak harus berkejaran dengan waktu. Walau aku harus memutar sedikit, tapi tak masalah lah.

"Emang kamu di sana main apa sih??!!!"

"Nyuling Miirr!! Pan ceuk urang ti kamari urang teh nyuliing!! Eta ceuli atawa naon??!!" (kan dibilang dari kemaren aku tuh nyuliing!! Itu kuping atau apa??!!)

"Nya ai nyuling naha teu mawa suling??!!" (ya kalo nyuling kenapa gak bawa suling??!!)

"AISIA SULING AING KETINGGALAAAAANNN!!"

***

Sampai di tempat aku langsung berputar-putar mencari mang Atan selaku pimpinan sanggar. Bisa-bisanya pemain suling tidak membawa suling, bagai petani yang tidak membawa pacul ke sawah. Pasti tadi karena telpon Mira yang sudah ribut minta cepat dijemput makanya tas sulingku tertinggal. Sedangkan kalau aku harus kembali ke kosan lagi bisa memakan waktu hingga 1 jam lebih

"Ohh kok bisa gak bawa suling sih? Hahaha, tadi teh ada yang bawa siapa ya..." kata mang Atan santai, sementara sedaritadi aku menunduk-nunduk meminta maaf.

"Aduh punteeeenn banget ya mang. Tadi ketinggalan."

"Udah gampang tinggal dicari kok. Tapi kamu mah udah manteb ya, nanti langsung masuk ke tarian udah siap kan?" mang Atan tersenyum, menyuruhku untuk santai. Kalau itu uwa Yayan, pasti aku sudah habis diomeli.

"Yah..siap lah mang. Kemaren sama mbak Yara udah dikasih liat video tariannya kok. Hehe."

Mang Atan mengajakku bertemu pemusik yang lain. Karena musiknya sudah bergenre agak kontemporer maka banyak yang baru kukenal. Karena kalau full bergenre tradisi pasti orang-orang yang kutemui hanya itu-itu lagi.

"Eh Jon, tadi yang bawa suling siapa ya?" tanya mang Atan pada laki-laki berambut klimis yang dipanggil Jon.

"Tadi penari ada yang bawa deh kayanya.." penari ngapain bawa suling...

"Bentar ya gua mintain." kata Jon sambil melangkah pergi.

Aku mengatupkan tangan tanda terima kasih, lalu mengobrol dengan David yang nanti akan memainkan bass. Katanya pemain suling di grup ini datang dan pergi. Aku yang hanya pemain cabutan ini lalu menyeringai lebar. Maksudnya aku menolak dengan halus kalau diharapkan untuk berkomitmen di grup ini.

Ah, aku masih alergi dengan kata komitmen.

"Jems, nanti sulingnya dikasih sendiri sama penarinya." kata Jon yang sudah kembali sambil membawa gelas kopi untukku. Yaks, kopi susu. Tapi aku tidak enak kalau menolak karena sudah dibawakan.

Katanya mah JodohWhere stories live. Discover now