37. Rindu

5.1K 513 69
                                    

"Kamu mau latian dulu buat urutannya?" tanya mas-mas baju hitam yang sedaritadi mengarahkan apa saja yang harus kulakukan.

Hari ini tim rekaman ingin merekam permainan celempunganku yang hanya terdiri dari kacapi, suling dan biola. Untung lah Tito dan Sisil bersedia membantuku. Masing-masing dengan kacapi dan biolanya. Tadi kami sudah menghabiskan hampir 1 jam hanya untuk berunding lagu apa yang akan kami mainkan dengan durasi setidaknya 5 menit.

"Boleh..." aku mengiyakan, lalu melihat ke Tito dan Sisil. Mereka juga menyetujui tawaran mas-mas berkacamata itu. Yang namanya tidak terlalu kuingat.

"Urutannya gimana Jems?" tanya Tito.

"Ya terserah yang ngecapi lah kapan mau dimasukin ke sawilet, dua wilet, ngikut gua"

"Yaudah coba latian dulu deh sekali, rekam gak?"

"Rekam dulu lah! Biar ketahuan masih kurangnya dimana!" sahut Sisil. Teman-temanku malah lebih semangat soal syuting video ini dibanding aku sendiri.

"Ayo.. 1, 2, 3"

...

"Puter lagi!" kata Sisil bersemangat setelah aku mematikan perekam.

"Kan mainnya sunda, geblek! Ngapa lu mainnya kemana-mana sih??" omel Tito karena di bagian dua wilet Sisil memasukkan lick-lick gipsi.

"Udah gak papah To, reflek si Sisil jugaan." aku membela Sisil. Karena paham ketika ia sudah menyelami lagu seringnya ia tidak sadar dengan nada-nada yang dimainkannya.

"Lu juga Jems, anjir! Ada yang fals anjir tadi lu niupnya!" Sisil malah mengomeliku, padahal baru saja kubela.

"Iya anying tau gua! Nafas gua abis anying!" aku membela diri. "Elu seenak jidat banget main mindah-mindah irama! Abisin satu lagu dulu!" ganti aku mengomeli Tito.

"Lah kata lu suka-suka gua?! Abis daripada Sisil ngelantur kemana-mana!"

Lalu adu mulut kami berlanjut. Mas-mas kacamata tampak bingung karena kami terlihat seperti orang yang akan berkelahi. Padahal hal ini biasa terjadi kalau kami sedang menggarap sebuah lagu. Malah kalau tidak seperti ini dulu rasanya ada yang kurang.

"Eh....mbak..mas... Jadinya gimana....?" akhirnya mas kacamata berusaha 'menengahi' kami.

"Kaya tadi tapi kalimat lagu dijelasin lagi?" Tito dan Sisil mengangguk.

"Di bagian dua wilet gua sama Jems tanya jawab tapi lick pelog?" aku dan Tito yang sekarang mengangguk.

"Abisin satu lagu baru ganti irama?" sekarang aku dan Sisil yang mengangguk mengiyakan.

"Okeh mas langsung rekam." aku menyeringai yakin ke mas kacamata dan krunya yang bingung melihat kami.

Sepertinya baru pertama kali melihat orang-orang macam kami. Yang awalnya terlihat seperti orang yang akan adu jotos, tapi kemudian sudah memiliki konklusi bagai orang yang sudah merencanakan hal itu sekian lamanya. Apalagi sekarang wajah kami terlihat sangat yakin untuk langsung take video tanpa latihan terlebih dahulu.

"Eh...yaudah langsung siap-siap deh ya. Tapi boleh kasih saran gak?" aku mengernyitkan dahi sekaligus mengangguk.

"Kamu syalnya warna coklat sendiri, temen-temen kamu biru. Gak mau disamain aja?"

"Wah jangan mas itu totopong saktinya dia, entar gak bisa nyuling!" sahut Sisil. Mas-mas tadi tertawa lebar dan langsung menyiapkan kamera, clip on, dan sebagainya bersama krunya. Sementara aku tertawa pelan mendengar ucapan Sisil tadi.

Tanganku memilin-milin ujung totopong pemberian ayah Euis yang sekarang selalu bertengger di leherku.
Bukan entar jadi gak bisa nyuling, tapi entar jadi gak dapet mood buat nyuling...

Katanya mah JodohWhere stories live. Discover now