31. Pembatas

5.9K 559 13
                                    

Dengan gelagapan aku bangun.

Jam berapa sekarang?

Matahari sudah menyilaukan mataku hanya dari teriknya yang mengintip lewat jendela. Minimal sudah lewat di atas jam 12 pastinya. Ibu memang tidak pernah membangunkanku kalau aku di rumah.

Aku keluar kamar, sudah pasti kosong. Ibu bekerja dan Atari sekolah. Di dapur ada sisa makan pagi yang ibu masak tadi pagi. Sambil menggigit jadah goreng yang masih tersisa aku mengecek ponselku. Mataku membelalak, bukan karena banyaknya chat, sms dan missed call yang masuk.

Tapi karena sekarang sudah pukul 13.22.

Astaga.


Kubaca satu per satu pesan yang ada masuk.

Ibuku mengingatkan soal keberadaan makanan di meja dapur. Udah kok bu.

Chat-chat kurang penting dari teman-teman sejurusanku di dalam grup. Beres.

Dosenku yang memberikan referensi musik. Makasih pak.

Orang yang marah-marah karena chatnya tidak ditanggapi, itu alumni kampus yang katanya suka dengan karyaku tapi selalu memaksakan ideologinya untuk masuk ke dalam karyaku. Mau lu ape, berisik.

Nonik yang bertanya jam berapa Euis pulang semalam. Jam 8 gua suruh balik coy.

Merdi yang tiba-tiba kepo kemarin aku melakukan apa saja dengan Euis. Bikin cilok. Ya menurut lo aja, kepo deh lo.

Euis yang mengirimi emot bel bertubi-tubi, mencoba membangunkanku. Udah bangun kok ini, kamu ampe pegel ya ngirimin aku emot bel? Heuheu.

Yang tidak biasa adalah kang Yoyo yang menelponku berkali-kali tapi tidak kuangkat. Alhasil sekitar 7 missed call darinya terpampang di hapeku. Buset kenapa amat ini orang.


"Kang? Kenapa?" tanyaku saat kang Yoyo membalas telponku.

"Jala!! Darimana aja siah??! Anjir."

"Buset ada apaan emang kang?? Maap maap"

"Gua butuh bantuan lu Jal! Duh parah banget. Gua lupa besok jumat harus ngiringin tari di daerah Senayan. Tapi emak gua jumat di rumah, bisa digoreng gua!"

"Jadi mah gua disuruh ngegantiin nih?" aku menghela nafas. Lagi-lagi job dadakan. Macam tahu bulat saja.

"Iya Jal, jaipongan kok. Gantiin gua nyaron. Entar gua kasih nomor mamangnya." kang Yoyo memelankan suaranya, di belakangnya terdengar suara seorang perempuan paruh baya. Pasti ibunya.

"Iya deuh iya. Jaipongan apa?"

"Entar gua WA dah, ada tiga jaipongannya. Entar dulu ya. Emak gua dateng!" Kang Yoyo benar-benar diawasi secara ketat oleh ibunya. Sebelum skripsinya selesai, hidupnya masih belum tenang.

Tak lama WA dari kang Yoyo masuk. Menyebutkan 3 jenis jaipong; yang hanya kukenali 2 macam, yang satunya lagi aku belum pernah tahu sama sekali. Bagus.

Kang Yoyo

Entar Mang Indoy sms

Jems

👍🏻

Hari ini harusnya aku super pusing. Bagaimana caranya aku ingin ikut mengantar Euis ke bandara padahal pesawatnya berangkat sekitar jam 12 malam. Kalau aku di kostan, bisa saja aku santai-santai karena tidak harus merepotkan ibu. Pasti ibu akan tetap terjaga hingga aku pulang.

Katanya mah JodohWhere stories live. Discover now