[3rd Sequel] Baby, Are You Okay?

5.6K 397 5
                                    

Berkali-kali Sehun memijat pelipisnya. Setelah tumpukan kertas telah berhasil memusingkan kepala nya, kini di tambah Haneul yang dengan bangga meloloskan argumen-argumen yang membuat pria itu pusing.

Haneul tengah hamil 9 bulan.

Seharusnya gadis itu berdiam di rumah, tidak banyak aktivitas, dan mempersiapkan kelahiran bayi kedua mereka.

Tapi lihatlah, Haneul bahkan tengah duduk di pangkuan Sehun sembari mengerucutkan bibir -tengah merengek.

"Ayolah Sehun," gadis itu melejitkan sentuhan nakal di dagu Sehun.

Sungguh, pria itu tidak mendapatkan efek apapun selain khawatir mendominasi relung tubuhnya.

Haneul menagih berbelanja keperluan mereka disaat Sehun masih mampu membayar asisten pribadi nya untuk membelikan belanja bulanan dan mengantarnya ke rumah Sehun dan Haneul.

Kecemasan Sehun sudah kelewat batas, membayangkan bagaimana gadis itu akan membawa barang banyak sembari mengajak Haru. Ya Tuhan, tidak bisa di bayangkan betapa repot nya Haneul nanti.

Sehun menarik nafas -berusaha untuk bersabar- kemudian menghembuskan nya dengan nafas berat. "Sayang," Sehun meraih pipi Haneul, gadis itu sedang berbinar menatap Sehun penuh harap.

"Lihat kondisi mu sekarang. Kau tengah hamil 9 bulan, saat nya kau beristirahat, bukan membuat tubuh mu dan bayi kita lelah."

"Tapi-"

"Dengarkan aku dulu." Sehun mencegah, sembari mengusap sayang pipi kemerahan Haneul. "Begini, besok aku harus pergi rapat ke Jeju, aku tidak bisa meninggalkan mu sendirian. Belum lagi kau meminta berbelanja, itu berarti kau harus mengajak Haru juga kan? Bayangkan, bagaimana nanti tubuh mu kelelahan, dan sesuatu terjadi padamu. Mengertilah sayang, aku melakukannya untuk kesehatan mu dan bayi kita."

"Huh!" Haneul memberenggut kesal, memejamkan mata sebentar lalu kembali membuka mata. Bukan Sehun saja yang lelah, Haneul pun juga sama-sama lelah di buat nya. "Justru karena kau pergi, aku ingin pergi agar aku tidak bosan dirumah. Haru juga sudah lama tidak bermain di mall kan?"

"Sayang-"

"Baiklah, aku tidak akan bicara lagi. Selesaikan saja urusan mu di Jeju."

"Bukan begitu-"

"Aku mengerti kekhawatiran mu, sayang." Haneul melaraskan senyum, kalau begini sudah pasti berakhir dengan Haneul yang berdiam di rumah.

"Tapi, aku juga butuh hiburan. Kau ke Jeju, sedangkan aku harus menunggu mu pulang hingga aku bosan. Kau tidak tahu bagaimana Haru menangis karena kau tidak kunjung pulang dan aku harus menghadapi nya. Kau tidak mampu menghitung kan seberapa lelah nya aku ketimbang kau yang duduk manis di kantor, membaca berkas kemudian menandatangani nya?"

Haneul menghembuskan nafas lelah, menyembunyikan wajah nya pada cerukan leher Sehun yang mengumbar aroma paling memabukkan. "Maafkan aku harus berkata seperti ini, tugas ku sebagai ibu rumah tangga membuatku sangat lelah. Belum lagi aku harus melahirkan putri kecil kita nanti. Maaf mengganggu pekerjaan mu, seharus nya aku kembali ke kamar dan tidur."

Gadis itu sudah siap untuk pergi, bermaksud untuk membiarkan pria itu berkutat pada pekerjaannya. Yah, maafkan lah Haneul, namun gadis itu benar-benar pusing setelah menjadi ibu rumah tangga ketimbang menjadi pekerja kantoran.

Semenjak Haneul dan Sehun menikah, pria itu melarang Haneul untuk barang sedikit melakukan pekerjaan di kantor, oh kalau bisa melarang gadis itu menginjak lantai marmer perusahaan Sehun -ini hanya candaan. Dengan alasan Haru tidak akan punya teman di rumah, perhatian, dan kasih sayang dan segala macam alasan.

From nerd to be..(?)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora