Part Eight

13K 1.2K 14
                                    

Sunyi. Hanya terik panas kini menemani mereka. Bersama dengan hembusan angin kencang yang mampu menerbangkan daun-daun kering. Masing-masing manusia harus mengeratkan mantel mereka.

Tak terkecuali satu orang gadis dan satu pemuda yang sejak tadi tidak melakukan perbincangan apapun.

Si gadis yang terus berperang dengan pikirannya sendiri sementara si pemuda yang terus melamun memikirkan sekelebat kejadian perihal ibunya.

Saat ini mereka hanya memandangi anak kecil sedang berlarian dengan tawa yang terselip di antara mereka.

Lucu sekali.

"Sehun-ssi, sebenarnya apa yang terjadi pada mu? Kenapa semua ini bisa terjadi?"

Haneul sukses menyelesaikan perang batin nya dengan menanyakan keadaan Sehun sekarang. Dengan luka lebam yang memenuhi wajah pemuda itu.

Sehun menatap langit yang dipenuhi awan tebal beserta matahari yang menemani nya.

"Haneul-ah.."

"Apa kau percaya jika orang-orang yang kita sayangi telah tiada, mereka akan tenang di atas sana?" Sehun menunjuk langit terang benderang sedangkan Haneul mengikuti arah jari Sehun yang menunjuk ke atas.

Haneul menghembuskan nafas perlahan lalu tersenyum.

"Ya, aku percaya orang-orang yang kita sayangi sudah berada di atas sana dengan tenang bersama Tuhan yang menjaga nya."

Tolong, bisakah Sehun menghentikan pembicaraan ini? Haneul betul-betul menahan tangis nya jika mengingat kejadian yang pernah ia alami.

Sehun menunduk. Mencoba menahan tangis saat sekelebat kejadian kini mulai berputar di otak nya. Saat ibu nya menangis, saat ibu nya memeluk Sehun untuk yang terakhir kalinya, dan di malam itu saat pertengkaran hebat antara ayah dan ibu nya yang mengakibatkan ayah nya tega membunuh ibu nya.

Oh Sejung. Pria itu mengidap psikopat.

Sehun tahu betul ketika ayah nya tertawa senang melihat ibu nya yang sudah terjatuh dari atas balkon lantai dua dengan darah segar yang mulai membasahi permukaan halaman belakang rumah Sehun.

"Aku membenci ayah ku." Kata-kata itu seketika membuat Haneul mengerutkan dahi nya.

Sungguh, Haneul menentang sekali kata-kata Sehun yang mengatakan ia membenci ayah nya. Apa ia tidak bisa merasakan bagaimana nanti nya pemuda itu akan kehilangan ayah nya?

Baru saja Haneul membuka mulutnya, namun Sehun sudah memotong nya lebih cepat membuat Haneul mengurungkan niatan nya untuk berbicara.

"Dia membunuh ibu ku. Dia menikah dengan ibu ku hanya sebagai pelampiasannya. Aku mendengar nya sendiri saat ibu ku marah pada ayah ku. Dia bilang kalau ayah ku menganggap ibu ku tidak lebih sebagai sebuah pelarian nya. Aku mendengar bagaimana ayah mengatakan kalau ia tidak mencintai ayah ku. Sejung, dia mencintai wanita lain yang sudah menikah dengan pria lain pula."

Haneul terperanjat, sedikit terhenyak di buat oleh nya. Tubuh nya tiba-tiba menegang tatkala sebuah kepala menyandar tepat di bahu nya.

Haneul menoleh, dan mendapati puncak kepala Sehun hanya berjarak beberapa inci dari wajah nya. Pipi nya memanas saat sebuah aroma mint mulai menggelitik indra penciuman Haneul.

"Sebenarnya apa salah ku? Kenapa dia begitu kejam sampai harus memperlakukan ku sekasar ini? Pria brengsek itu saja pernah menancapkan pisau nya tepat di perut ku."

Sekali lagi, Haneul tersentak. Begitu mendengar bahwa perkataan Sehun yang menyebutkan pria brengsek sudah menggambarkan bagaimana sosok kekejaman ayah nya.

From nerd to be..(?)Where stories live. Discover now