Yang kemarin di restoran. Itu kau kan?
Kalimat itu terus berputar di rongga kepala Haneul. Entah setan apa yang merasuki Haneul sampai-sampai ia bisa memikirkan pemuda itu. Benar-benar tidak penting untuk di ingat.
Seperti nya Haneul akan mencap Sehun sebagai pemuda yang paling ia benci.
Haneul yang berada di lapangan sekolah hanya mendribble basket nya dengan tatapan kosong.
"Ya! Gadis kutu buku! Cepat oper bola nya!" Perlu di ketahui jika teriakan itu berasal dari gadis yang memberikan sayuran busuk.
Hyumoon.
Satu kelas dengan Haneul.
Haneul hanya mengoper bola nya malas. Haneul benar-benar menutup dirinya pada siapapun. Baik teman laki-laki, perempuan, ataupun guru sekali pun.
"Gadis itu sombong sekali." Cibir teman Hyumoon yang berdandan menor.
"Dia bangga sekali. Baru di bela Sehun sekali sudah sombong nya selangit." Satu teman Hyumoon ikut menyahut.
Hyumoon menyeringai. Sepintas otak jahil muncul dalam benak nya. Ia mendribble bola basket itu, dan melempar nya ke arah Haneul yang juga sedang menghadap ke arah nya.
"Aw!" Haneul meringis. Memegangi dahi nya yang terkena hantaman keras dari bola basket.
"Pfftt! Hahahahaa!" Hyumoon dan gang nya tertawa puas.
Sementara Haneul hanya menatap nya kesal. Haneul yakin dahi nya sudah membiru kali ini. Ck! Kenapa sekolah ini menerima murid kejam seperti Hyumoon dan teman-temannya? Memuakkan.
"Kau tidak apa-apa?"
Haneul membeku, Hyumoon dan teman-temannya ikut membeku. Bukankah Sehun dan mereka berbeda kelas? Dan tiba-tiba.. datang saat Hyumoon mengalami kemenangan?
Okay, kali ini Hyumoon harus membuang kemenangannya dan menerima kekalahan telak yang Sehun lemparkan pada nya.
"Biar aku antarkan kau ke ruang kesehetan, eoh?"
Haneul menjauh beberapa langkah. Lalu menggeleng keras menolak ajakan Sehun pada nya.
"Tidak usah. Ini tidak luka." Ucap Haneul dingin.
"Yaa, kenapa keras kepala sekali? Setidak nya kau butuh istirahat."
"Tidak! Tidak perlu. Aku tidak butuh istirahat. Cepat pergi ke kelasmu. Untuk apa kau kesini?"
Haneul pergi menuju toilet khusus wanita dan meninggalkan Sehun yang berdiam menatap kepergiannya.
"Apa kau benar-benar membenciku, Haneul-ah?"
****
"Aw! Pelan-pelan oppa."
"Kau mau sembuh atau tidak? Lihat. Ini benar-benar biru."
Bibi Jung datang seraya menopang dagu. Kedua pemuda dan pemudi ini sedang sibuk mengompres dahi menggunakan air hangat yang bibi Jung berikan pada Minseok dan Haneul tadi.
"Teman-teman mu berulah lagi?" Bibi Jung bertanya dengan raut cemas.
Haneul mengangguk lalu menjawab, "Begitulah. Ya! Pelan-pelan oppa."
"Kau tidak perlu bekerja. Biar oppa yang menjelaskan pada manager nanti."
"Aku tidak mau. Aku harus bekerja. Minggu depan aku harus membayar uang sewa apartemen."
Bibi Jung mengulas senyum. Lalu mengusap rambut Haneul yang masih terkepang dua.
Sungguh malang nasib Haneul. Di tinggal oleh ayah dan ibu nya, tidak mendapat kasih sayang, dan sekarang ia bahkan di jatuhkan oleh teman-temannya.
YOU ARE READING
From nerd to be..(?)
RandomAku hanyalah si gadis berkacamata bulat. Pengidap kutu buku akut yang tidak bisa lepas dari kehidupan ku. sebelum aku bertemu dengannya. A man who becomes a liar to me.
