10. Saran dari Karin

5.4K 609 2
                                    

Sir Julian hari ini terlampau ramah. Mulutnya tak henti digunakan untuk menyampaikan berbagai kata-kata manis pada Naruto. Bahkan pria nyentrik itu kerap memuji gerakan Naruto yang jauh dari kata bagus. Hal ini tentu saja tidak lepas dari fakta bahwa semua orang tahu dirinya adalah seorang putri. Bahkan teman-temannya yang selalu menjauhinya kini tiba-tiba mendekatinya,bersikap layaknya Sir Julian hingga membuat Naruto muak.

Mereka semua penjilat,tentu saja.

Bel pergantian pelajaran menyelamatkan Naruto dari para penjilat itu. Setidaknya untuk saat ini. Karin memilih untuk tinggal lebih lama dengan Sir Julian. Ada yang ingin Karin diskusikan mengenai tarian baletnya.

Sakura mengamit lengannya,seperti biasa ia tersenyum riang dan menyampaikan berbagai gosip terbaru di sekolah. Shikamaru tidak lagi ditugaskan untuk menjaganya tapi mereka tetap sering berkirim pesan. Terakhir kali Shikamaru mengirim email adalah tiga hari yang lalu,menyampaikan bahwa dirinya sudah mendaftarkan diri di Harvad.

Dan ya ... selama tiga minggu ini,Naruto berusaha menata kembali kehidupanya. Ia berusaha menyesuaikan dirinya. Ia mulai belajar tata krama seorang putri. Seringkali Karin atau Kurama membantunya. Namun untuk pakaian,Naruto masih sering mengenakan jeans ke sekolah. Ia hanya mengenakan gaun serta mahkota pada acara-acara tertentu dan sejauh ini Hashirama sama sekali tidak melarangnya.

"Oh,itu Sasuke." Sakura menyenggol bahu Naruto,membuat gadis berkulit tan itu nyaris berjengit.

Sasuke berjalan melewati mereka,begitu saja tanpa sapaan ala sahabat. Hanya Kiba yang terus melambai ramah ke arah Naruto dan Sakura,selebihnya Sasuke menganggap Naruto tak kasat mata. Bohong kalau hati Naruto tidak terasa perih. Selama tiga minggu ini Naruto juga banyak belajar,salah satunya adalah ia belajar bahwa sekuat apapun ia berusaha pada kenyataan pandangannya tidak bisa lepas dari satu orang,yaitu Uchiha Sasuke.

Itu miris. Terlebih karena Sasuke telah melupakannya.

Naruto berjalan lesu dengan burger keju serta milkshake yang dibawanya. Ia mengigit burgernya yang terasa hambar,sesekali ia melirik ke arah Sasuke yang masih tetap mengabaikannya. Naruto mendesah pelan,meletakan kembali burgernya. Nafsu makannya mendadak hilang.

"Kenapa?"tanya Sakura. "Apa kau masih memikirkan brengsek itu?"

Naruto memilih untuk tidak menjawab,membuat Sakura mencubit pipi Naruto gemas.

"Ayolah Naru,kau bisa cerita semuanya padaku."

"Menceritakan masalahku pada ratu gosip sepertimu? Tidak,terima kasih Sakura."

Sakura tertawa. "Jadi kau masih memikirkan Sasuke?"

Naruto sempat bingung mau menjawab apa hingga ia akhirnya kembali membisu.

"Kuanggap itu sebagai jawaban iya,"kata Sakura. Ia menyeruput milkshake miliknya sebelum kembali berucap. "Kau memang jatuh cinta padanya,Naruto."

"Ya. " Kepala Naruto direbahkan di meja. "Karena itu dia benar-benar brengsek."

"Dan kau juga bodoh. Gadis yang bodoh,"celetuk Sakura membuat Naruto menatap Sakura tajam. "Apa? Aku benar kan?"

Naruto mendengus,merubah posisi menjadi bertopang dagu atensinya kembali tertuju pada Hinata yang sedang bergelanyut manja dilengan Sasuke. Hatinya makin panas namun ya ... Naruto tidak bisa berbuat apa-apa kan?

Naruto tertawa kecil,sendiri. Mata Sakura menyipit,takut sang putri terkena penyakit jiwa mendadak. Tapi ya mungkin saja Naruto sedang depresi. Naruto boleh mendapatkan apapun dengan statusnya yang sekarang,tapi tetap saja ada satu hal yang tidak akan bisa Naruto raih.

Sang Putri tidak akan pernah mendapatkan Sasuke.

-
-
-

"Sasuke masih bersikap sama?"bisik Karin.

Naruto mengangguk sebelum menyuapkan sup yang terasa hambar di mulutnya. Bukan cuma sup,semua makanan yang dimakannya berasa hambar belakangan ini. Kushina sempat mencemaskan Naruto. Biasanya anak itu yang paling lahap makan saat makan malam. Tapi belakangan ini Naruto lain. Ia seperti kehilangan gairah hidup. Kushina beberapa kali menanyakan alasannya,namun Naruto selalu menjawabnya dengan bungkam.

Dan malam ini Naruto masih bersikap sama. Tidak bersemangat. Kurama mencoba menghibur Naruto tapi hasilnya tetap sama. Sementara Karin yang menjadi satu-satunya yang tahu penyebabnya juga cuma bisa bungkam. Ia tidak mempunyai solusi yang baik karena memang pada dasarnya Naruto cuma punya dua pilihan.

Berpisah dengan Sasuke atau bersama dengan Sasuke namun siap menyakiti hati Keluarga Kerajaan.

Dua pilihan yang sama-sama masam bagi Naruto.

"Aku sudah kenyang." Naruto kembali ke kamarnya dengan mangkuk yang masih penuh. Gadis yang gemar memakai jeans itu bahkan tidak peduli saat keluarganya memanggilnya.

"Aku akan bicara dengannya,"kata Karin mengambil inisiatif.

Ketika Karin memasuki kamar Naruto,sang saudari tiri tengah duduk di dekat jendela. Melamun,kegiatan yang biasa dilakukan para gadis ketika patah hati.

"Patah hati?"ejek Karin.

Naruto menoleh sebentar kemudian mendengus. "Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu,Karin."

"Ayolah,Naru." Karin duduk di dekat Naruto. "Aku tidak sejahat itu."

"Kau bisa membagi masalahmu denganku,"lanjut Karin.

"Masalahnya aku tidak tahu harus cerita dari mana." Naruto tertunduk lesu. Sepasang safir miliknya meredup. "Aku ... bingung."

"Aku sudah pernah mengingatkanmu,bukan? Bagaimana akhir dari hubungan kalian,"kata Karin mencoba mengingatkan Naruto akan pembicaraan mereka tempo lalu.

"Ya. Dan aku merasakan dampaknya saat ini,"sahut Naruto pelan. "Sungguh ... aku belum rela melepaskan Sasuke."

"Hanya orang bodoh yang mau melepaskan cowok nyaris sempurna seperti Sasuke,"timpal Karin.

Naruto diam tidak menjawab.

"Aku bisa memberi saran untukmu." Karin menyentuh pundak Naruto. "Dan aku yakin kau akan menyetujuinya."

"Memangnya apa sarannya?" Naruto penasaran,terlebih Karin tengah tersenyum penuh arti.

"Apalagi memang? Tentu saja move-on!"

-
-
-

Princess With Jeans ( TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang