Yeoja kecil itu tersentak dan mundur selangkah. kini wajahnya tampak sedikit takut, "Jangan! Jangan katakan itu padaku. Kau itu pembohong! Pergi kau sekarang! Pergi! Tinggalkan aku seperti saat kau meninggalkanku dulu!"

"T-tidak, kali ini aku tak akan meninggalkanmu. Aku tak akan melakukan kesalahan lagi."yeoja yang dipanggil eonnie itu sedikit terkejut saat yeoja kecil menjauhi dirinya. Yeoja kecil itu perlahan berbalik lalu meninggalkan dirinya. Dan entah kenapa tiba-tiba saja cacian dan makian dari orang-orang kembali terdengar.

"Pergi kalian! Jangan ganggu hidupku! Pergi!"

"Pergi ku bilang! PERGI!"

"Sica-ya, kau tak apa-apa?" Jessica terkejut saat mendapati seorang yeoja berseragam polisi tengah menatap khawatir kearahnya. Jadi.. Tadi itu adalah mimpi? Kenapa mimpi itu terasa nyata sekali? Jessica sangat ketakutan saat menghadapi seseorang dari masa lalunya. Itu adalah kelemahan terbesarnya.

"Sica. Jawab aku, kau kenapa?"

Jessica mencoba mengatur nafasnya yang terengah-engah, lalu menyeka peluh yang mengalir deras melewati pelipisnya, "Hanya mimpi buruk."

Yeoja yang berseragam polisi itu masih tampak khawatir, "Apa kau ingin ke klinik? Kau sepertinya tampak tak sehat."

"Gwaenchana Taeyeon-ah. Aku tidak sakit."Jawab Jessica, ia rasa dengan segelas air putih pusingnya akan segera hilang.

"Benarkah? Wajahmu pucat sekali."Taeyeon tau jika Jessica hanya berpura-pura sehat di depannya. Kenapa yeoja dingin ini keras kepala sekali?

"Aku tak pernah sesehat ini Taeyeon kyeongchalnim. Bukankah aku bertugas untuk menyiapkan sarapan pagi ini? Dimana Tiffany?"

Taeyeon menghela nafas dan memilih untuk percaya, "Ah, dia sudah menunggumu di kantin. Jadi kau hanya tinggal makan."

"Mwo? Kenapa ia tak mengajakku? Jika kepala sipir tau ia pasti akan memarahiku."Rutuk Jessica kesal. Taeyeon tertawa geli lalu mendorong Jessica ke arah kantin.

***

"Eomma! Aku akan kembali ke Seoul minggu depan. Aku sudah membeli tiketnya."Seorang yeoja berteriak senang sambil memeluk eomma-nya yang tengah memasak makanan.

"B-Benarkah?"

"Iya! Tapi, kenapa eomma seperti tidak tertarik mendengar beritaku?"Yeoja itu mempoutkan bibirnya dan melepas pelukan erat untuk eomma­-nya.

"Tentu saja aku senang. Tapi.. aku sedikit khawatir padamu."

"Khawatir? Kenapa kau harus khawatir?"

"Aku khawatir.. jika hal itu terjadi kembali."

"Tidak perlu cemas eomma. Aku bisa menjaga diriku sendiri, lagi pula nanti aku akan tinggal bersama Hyoyeon eonnie, bukan?"

"Kau benar, kau sudah berjanji padaku 'kan bahwa kau tak akan mencarinya lagi?"

Yeoja itu mengangguk mantap, "Betul. Aku sudah berjanji seribu kali agar kau bisa mengizinkanku kembali ke Seoul."

"Kenapa kau ingin sekali kembali kesana? Bukankah disini lebih menyenangkan? Berkumpul bersamaku dan juga appa-mu. Apa kau tak senang?"

Yeoja itu kembali mempoutkan bibirnya lucu, "Eomma, kenapa kau malah berpikiran seperti itu? Aku sangat bahagia berada disini. Tapi, aku juga ingin mengunjungi tanah kelahiranku. Aku tak ingin terus menyusahkanmu dan aku sangat ingin membuat kau bangga padaku. "

"Wah, ternyata kau sudah dewasa rupanya."Yeoja paruh baya itu kemudian mengusap rambut anaknya sayang, "Tapi ingat, kau harus meneleponku setiap hari. Aku pasti akan merindukanmu."

"Tentu saja! Aku akan menelponmu setiap menit. Bagaimana?"

"Baiklah, Tapi aku tak akan menanggung tagihan pulsamu nantinya."

"Aish, eomma..."

***

Jessica dan Tiffany kini tengah berada di lapangan, mereka baru saja siap membersihkan toilet dan kini mereka harus membersihkan lapangan. Mereka mendapat hukuman dari kepala sipir setelah ketahuan bahwa Jessica tidak ikut piket di kantin dan Tiffany membuat orang-orang sakit perut karena bubuk cabai yang dikiranya adalah garam. Bukankah itu keterlaluan jika Tiffany tak mengetahui perbedaannya?

"Hei, kerjakan yang benar."Taeyeon menjitak kepala Tiffany yang mengerjakan hukuman dengan asal-asalan.

"YA! Bukankah kita teman? Kenapa kau malah memukulku?"Ucap Tiffany tak terima.

"Kesalahan tetaplah kesalahan. Kau membuat seluruh isi penjara sakit perut karena bubuk cabaimu itu. Aku bahkan harus berulang kali pergi ke toilet."Jawab Taeyeon tak terima. Sedangkan Jessica ia hanya diam, ia tetap melanjutkan pekerjaannya sambil memikirkan mimpi buruknya itu.

"YA! Kau juga seharusnya menyalahkan nona Jung ini. Ia bahkan tak membantuku saat memasak tadi."

Jessica memutar bola matanya malas, "Apa dengan kedatanganku semua akan berubah? Aku hanya akan memperburuk keadaan dengan masakan ciptaanku."

"Hhh, cepatlah kerjakan hukuman kalian. Kalian harus melanjutkan hukuman lain kalian dengan membersihkan barang-barang di gudang."Ucap Taeyeon berkacak pinggang.

"Mwo? Masih ada lagi?Taeyeon-ah, aku sudah lelah. Tidakkah kau mau memberi kami sedikit kelonggaran?"Pinta Tiffany sambil memohon.

Taeyeon menggeleng, "Jika tidak, aku akan menugaskan polisi lain untuk mengawasi kalian. Aku yakin kalian tidak akan betah diawasi oleh polisi selain aku bukan?"

"Cih, percaya diri sekali."

"baiklah, hukuman kalian ditambah dengan memotong rumput liar di halaman belakang. Cepat kerjakandan jangan banyak bicara. Jika tidak, hukuman kalian akan ku tambah lagi, arratchi?"

"Arrasseo, dasar yeoja licik."Umpat Tiffany dan Jessica hampir bersamaan.

-TO BE CONTINUED-

New ff huhuu, padahal yang dua lagi masih belom kelar udah ada ff baru. Aku mau nyoba genre berbeda nih biar gak delulu mulu. Selamat membaca!

-dntfym

Hidden Truthजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें