"Saya tidak mengerti kenapa anak berusia 3 tahun bisa tertekan sampai seperti ini" ucap wanita tersebut.

"Tertekan bagaimana maksudmu?" terdengar suara Ambar.

"Anak itu tertekan bu, psikisnya down akibatnya dia jadi demam tinggi seperti itu. Saya ragu jangan-jangan beberapa hari ini anak itu tidak makan dengan baik karena tubuhnya memperlihatkan kalau dia kekurangan nutrisi"

Satria tertegun mendengar ucapan dari wanita yang ia yakini kalau dia adalah dokter Anita. Rahangnya mengeras dan dadanya mulai naik turun tak beraturan, seketika dirinya dipenuhi oleh emosi.

Ia tak terima mendengar penjelasan dokter mengenai keadaan Naresh, apa yang Ayasha lakukan sampai anak itu bisa sakit seperti ini? Apakah Sasti tidak mengetahui keadaan Naresh? batin Satria bingung.

Dokter Anita keluar dari kamar dan berbelok ke kiri, dia tak menyadari keberadaan Satria yang berdiri di sebalah kanan pintu.

Pintu kamar telah ditutup kembali dari dalam, Satria masih terdiam ditempatnya berdiri. 10 menit berlalu, Satria masih berdiri di dekat pintu. Pikirannya terpecah, wajah Sasti dan Ayasha bergantian membayangi pikirannya.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Satria berjalan menjauhi pintu tersebut ia juga berdiri membelakangi pintu, enggan terlihat oleh siapa saja yang keluar dari pintu tersebut.

Satria bisa mendengar suara Ambar yang memanggil Ayasha, menyuruh perempuan itu untuk ikut dengannya. Tak lama terdengar suara Ayasha yang bertanya kemana mereka akan pergi, namun Ambar tak menjawabnya. Lalu terdengar suara langkah yang beriringan menjauhi kamar tersebut.

Setelah yakin kalau mamanya dan Ayasha sudah cukup jauh dan tak akan melihatnya Satria pun berbalik, ia melangkah mendekati kamar yang sunyi itu.

Satria menghela nafasnya, baru kemudian tangannya meraih handle pintu lalu membukanya. Kaki kanan Satria melangkah masuk ke dalam kamar, deg! jantung Satria berdetak kencang saat melihat tubuh kecil yang tertidur di atas ranjang.

Naresh . . . benarkah kamu adalah milikku? kamu anakku? batin Satria dengan langkah kaki yang mendekati ranjang.

Satria menatap wajah Naresh yang pucat, tidak ada senyum lucu tidak ada suara yang ceria hanya kebisuan.

Tiba-tiba rasa sakit terasa begitu menusuk hati Satria, sakit dan perih membuat matanya memanas air matanya mulai mengambang.

Suara dering handphone yang terdengar nyaring memecah kesunyian di kamar tersebut, Satria menolehkan kepalanya le arah suara tersebut. Dari dalam tas yang ada diatas meja, kening Satria berkerut melihatnya.

Tas milik Ayasha, jadi dia pergi tanpa membawa tasnya batin Satria.

Entah ada tarikan apa yang membuat Satria berjalan ke meja tempat tas Ayasha diletakkan, Satria menatap tas tersebut hatinya menyuruhnya untuk mengangjat handphone yang terus berdering tapi kepala Satria melarangnya.

Sejak kapan kamu begitu kepo ?! pikiran Satria seolah meneriakinya.

Tapi hati Satria terus menyuruhnya untuk segera mengambil handphone Ayasha yang masih berdering itu.

Beberapa detik Satria diam, namun akhirnya suara hatinya menang. Tangan Satria membuka resleting tas Ayasha lalu mengacak isi tas mencari handphone Ayasha.

Dilihatnya layar handphone Ayasha, panggilan dari nomor tidak dikenal.

Satria kembali dilanda keraguan, namun akhirnya dia memilih untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Ha..halo" terdengar suara perempuan.

Deg! Jantung Satria berdetak semakin cepat, untung saja dia tidak punya penyakit jantung kalau dirinya mempunyai penyakit tersebut tentu dia sedang meregang nyawa sekarang saat mendengar suara dari balik telepon tersebut.

Sasti! aku yakin ini suara Sasti batin Satria.

Muncul rasa kecewa dalam diri Satria, jangan-jangan Sasti dan Ayasha memang bersekongkol tapi untuk apa? hati Satria bertanya-tanya.

Dia teringat kembali dengan pertemuannya dengan Sasti di depan rumah lama Ayasha, dia bilang mereka kan saling mengenal. Satria memijit pelipisnya, kepalanya benar-benar sakit sekarang.

"Halo" meski susah namun akhirnya Satria juga bersuara.

Sasti yang mengenali suara Satria kaget, ia menatap layar handphonenya. Benar kok nomor Ayasha yang ditelepon batin Sasti, ia sempat berpikir kalau jangan-jangan dia salah memencet nomor.

"Hmm.. Sat?" Sasti memanggil Satria.

"Dimana kamu?" entah kenapa nada bicara Satria berubah menjadi jutek.

"Eh.. eng aku di Apartment" jawab Sasti yang sedikit terbata.

"Kamu udah baca kan sms aku?!" tanya Satria lagi.

"I..iya aku udah baca" jawab Sasti.

"Kenapa sampai sekarang belum sampai juga?"

Sasti tertegun, kenapa Satria jadi jutek kayak gini?

"Aku baru selesai mandi Sat, abis ini aku berangkat kok ke sana"

"Aku tunggu!" tanpa menunggu jawaban Sasti, Satria langsung mematikan sambungan telepon tersebut.

Tut ..

Tut ..

Sasti menatap tak percaya ke layar handphonenya, Satria kenapa sih?? Haduh kan! Belum sempet nanyain kenapa handphone Ayasha yang angkat malah Satria, atau sekarang Satria lagi bersama Ayasha? batin Sasti menebak-nebak.

Dengan cepat Sasti segera mengenakan pakaiannya, lalu menyisir rambutnya setelah itu ia mengambil tasnya dan segera pergi keluar dari Apartment.

Aku harus segera ke rumah sakit batin Sasti.

--

11/08/2016

Selamat membaca jangan lupa vommentsnya yaaa 😘😘

DIA (BANYAK DIHAPUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang