bag 2

87.5K 5.6K 21
                                    

Rapat pembahasan mengenai proyek PLTM baru saja selesai, Satria beserta peserta rapat yang lain mulai membubarkan diri, satu persatu mereka semua meninggalkan ruangan rapat.

Satria yang ditemani oleh salah satu staffnya tidak langsung turun ke lobi, ia malah menekan tombol angka 9 pada kotak tombol lift di dinding, tertera huruf F pada layar kotak tombol. Satria dan staffnya pun beringsut masuk ke dalam lift F yang terbuka. Pintu lift pun menutup, membawa Satria dan staffnya turun ke lantai 9.
.
.
.
.

Lantai 9

Ting!

Satria tak bisa menutupi rasa kagetnya saat melihat wajah Sasti ketika pintu lift terbuka.

Staffnya Satria dengan sigap menahan pintu lift agar tak kembali menutup.

"Pak.." sapa Sasti dengan sopan tak lupa senyum kecil menghiasi bibirnya.

Satria pun balas tersenyum sedikit kikuk.

"Bapak mau kemana?" tanya Sasti yang sedikit heran karena Satria tak kunjung keluar dari dalam lift.

"Ehh.. saya mau ketemu Pak Dirjen" jawab Satria spontan.

"Kenapa engga menghubungi saya dulu pak? Pak Dirjen keluar kota" balas Sasti.

"Oohh..gitu ya" suara Satria terdengar gugup.

Staffnya Satria mulai menatap bingung bos nya tersebut, tidak pernah ada rencana untuk bertemu Pak Dirjen batinnya.

"Maaf permisi pak" ucap Sasti yang terlihat ingin masuk ke dalam lift, karena lift yang akan turun ke lobi adalah lift F.

"Ohh..i..iya..silahkan" Satria menggeser tubuhnya sehingga Sasti bisa masuk ke dalam lift.

"Maaf pak, staffnya mungkin bisa disuruh supaya jangan nahan pintu lift terus" Sasti menoleh ke arah Satria sambil menunjuk staffnya Satria yang masih menahan pintu lift.

Seketika Satria merasa begitu malu, ia merasakan wajahnya memanas, "Ded jangan ditahan terus"

"Iya pak" Dedi-Staffnya Satria pun beringsut dari pintu lift, membiarkan pintu tersebut menutup.

Suasana di dalam lift begitu hening dan canggung, tidak ada yang berbicara, baik Satria maupun Sasti saling berdiam diri.

Lantai 1

Ting!

Pintu lift terbuka, Sasti langsung melangkah lebar keluar dari dalam lift. Seorang satpam yang berdiri di dekat lift menyapanya, "Mba Sasti, Nareshnya nangis-nangis terus katanya pegawai daycare"

"Iya bang, ini saya mau ambil Naresh dari sana" balas Sasti tersenyum.

Satria yang mendengar pembicaraan Sasti dan satpam tersebut mencoba menebak-nebak di dalam pikirannya. Naresh? Daycare? mungkinka anak kecil yang di gendong Sasti di halte?.

Rasa penasaran mulai muncul di dalam hati Satria, namun pikirannya mencoba menepis rasa itu. Bukan urusanmu Satria pikiran Satria seolah berbicara kepada dirinya sendiri.

Sasti yang sudah beberapa langkah di depan Satria tiba-tiba membalikkan badannya, "Pak saya duluan ya" ucap perempuan itu kepada Satria.

Sasti berbelok ke arah kiri, lalu menghilang dari balik pilar.

Satria hanya mengangguk, ia berjalan menuju gate lobi. Dedi pun menempelkan kartu visitor ke tempat tempel kartu agar gate tersebut dapat terbuka, begitu gate terbuka Satria langsung melewatinya.

--

Handphone Satria terus berbunyi tanda ada panggilan masuk, namun Satria tetap memejamkan matanya, entah dia benar tertidur atau tidak. Dedi yang duduk di sebelah supir tak berani mengganggu bosnya itu.

DIA (BANYAK DIHAPUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang