bag 32

36.2K 2.7K 36
                                    

Sasti yang baru selesai mandi tampak begitu segar apalagi dengan rambutnya yang masih basah meski sembab dimatanya tak menghilang, sambil berdiri di depan kipas angin dengan kepala menunduk ia meraih handphonenya yang berada diatas nakas disamping tempat tidurnya.

Ia mencari kontak Ayasha, dalam satu tarikan nafas Sasti meyakinkan dirinya untuk kembali mencoba menghubungi nomor tersebut dengan harapan Ayasha akan mengangkatnya setidaknya nomor itu dalam posisi aktif.

Tangan kiri Sasti menggosok rambutnya menggunakan handuk kecil sambil dianginkan didepan kipas yang berputar, sedangkan tangan kanannya memegang handphonenya yang menempel pada telinga.

Tut . .

Tut . .

Tut ..

Terdengar nada sambung membuat Sasti menghembuskan nafas lega, aku mohon angkat teleponku Sasti pintanya dalam hati.

Nada sambung yang terhenti karena panggilannya diangkat membuat nafas Sasti tercekat, segera ia meluruskan kepalanya yang sedari tadi menunduk di sepan kipas. Wajah Sasti berubah cemas dan juga tegang, jantungnya mulai berdetak dengan tidak wajar.

"Ha..halo" Sasti mengeluarkan suara dengan terbata.

Tak ada yang menjawab ucapannya, deg deg deg deg jantung Sasti berdetak semakin cepat.

"Halo" bukan suara Ayasha yang membalas sapaannya, melainkan suara lelaki. Suara yang tidak asing di telinganya.

--

(Waktu mundur saat Satria baru sampai rumah sakit)

Pintu lift terbuka, Satria langsung berlari keluar dan matanya menatap sekeliling mencari Ambar dan juga Ayasha, namun tak terlihat.

"Satria?" tiba-tiba ada yang menyentuh lengannya.

Satria memutar badannya, Prof Sunarto dia adalah Profesor untuk spesialis anak. Kebetulan Satria sudah beberapa kali bertemu dengan Prof Sunarto dalam beberapa acara keluarga, beliau sering diundang oleh om nya bergabung pada acara keluarga karena peran beliau terhadap rumah sakit ini cukup besar.

"Prof, apa kabar?" Satria menjabat tangan Prof Sunarto.

"Baik, lama juga ya tidak bertemu. Ingin menyusul Ambar ya?" tanya Prof Sunarto.

"Iya Prof, Prof lihat mama saya?"

"Iya tadi sempat berbicara sedikit, dia sedang bersama Anita di VIP anak"

"Ohh.. oke makasih yaa Prof, saya kesana dulu" Satria langsung pamit lalu dijawab dengan anggukan serta senyuman oleh Prof Sunarto.

Satria berjalan dengan cepat menuju VIP khusus untuk anak-anak, di pintu kaca otomatis seorang satpam menghampirinya, "Ada yang bisa dibantu bapak?".

"Saya mencari dokter Anita, tadi Prof bilang dia ada disini".

"Maaf pak, dokter Anita sedang memeriksa pasien" satpam tersebut tak memberikan jalan kepada Satria.

Mata Satria menyipit mendengar ucapan satpam, ia menjadi begitu sensitif setelah bertemu Naresh dirumahnya tadi.

"Yang diperiksa dokter Anita itu anak saya!" ucap Satria dengan intonasi meninggi.

"Ma..maaf pak, dokter Anita ada di kamar 302" satpam tersebut tergagap merasa tidak enak, Satria diam tanpa mengeluarkan kata dia langsung melewati Satpam tersebut lalu pergi menuju kamar 302.

Di depan pintu kamar 302,

Tangan Satria sudah memegang handle pintu, namun ia menahannya karena mendengar percakapan antara Ambar dan seorang wanita. Satria menyingkir dari depan pintu lalu berdiri agak menyamping.

DIA (BANYAK DIHAPUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang