bag 3

76.1K 5.6K 55
                                    

"Selamat pagi pak" sapa Sasti yang langsung berdiri dari kursinya saat melihat kedatangan Pak Dirjen, dengan cepat Sasti langsung menekan password pada kotak angka yang menempel di depan pintu ruangan Pak Dirjen.

Begitu accessed diterima pintu berwarna coklat biji salak itu pun terbuka.

"Tolong jadwal saya hari ini taruh di meja ya" pesan Pak Dirjen sebelum masuk ke ruangannya.

Sasti tersenyum lalu mengangguk, "Iya pak".

Antara sudah terbiasa dan sedikit heran, padahal setiap malam Sasti selalu mengirimkan SMS dan juga email terkait kegiatan Pak Dirjen untuk esok hari. Tapi tetap saja saat hari H, Pak Dirjen akan meminta print-out jadwalnya diletakkan di meja kerjanya.

Sasti keluar menuju pantri yang terletak di sebrang ruangannya, seorang office girl yang tidak lagi muda menyapanya ramah.

"Pagi mba Sasti, mau bikin kopi untuk bapak ya?"

"Iya nih Bu Ni" balas Sasti tak kalah ramah.

Sasti pun mencolok teko listrik untuk memanaskan air, lalu mengambil cangkir dari dalam lemari dan toples kopi.

Meski sudah ada office girl, pekerjaan membuatkan kopi hingga mengantarkan makan siang Pak Dirjen menjadi tanggung jawab Sasti.

Pertama karena Pak Dirjen lebih cocok dengan kopi buatan Sasti, dan yang kedua karena Pak Dirjen membatasi orang-orang yang bisa keluar masuk ke dalam ruangannya, tentu hanya Sasti yang bisa keluar masuk dengan bebas. Oleh karena itu yang mengetahui password pintu Pak Dirjen hanya Sasti dan juga Pak Dirjen sendiri.

Selesai membuat kopi Sasti langsung membawanya ke ruangan Pak Dirjen, tak lupa ia juga membawa serta print-out kegiatan Pak Dirjen hari ini.

--

Ratna bergegas membereskan mejanya dan juga mematikan komputernya begitu jam menunjukkan pukul 16.55 WIB.

Sore ini dia telah membuat janji dengan sahabatnya untuk bertemu di Pondok Indah Mall.

Sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepadanya, baru saja ia melangkah meninggalkan mejanya, salah satu temannya memanggilnya.

"Ratnaa..."

Ratna memutar ke dua bola matanya, dengan malas ia menoleh ke sumber suara.

"Katanya Pak Irsan lo dipanggil sama Pak Satria"

"Ohh.. oke" jawab Ratna semakin malas saat mendengar alasan temannya itu memanggilnya.

Langkah Ratna menjadi terasa begitu berat untuk naik ke lantai 5.

Mau ngapain sih tuh orang batinnya kesal.

Perjalanan ke lantai 5 yang tak membutuhkan waktu sampai 10 menit berubah menjadi lebih dari 15 menit karena Ratna yang melangkah ogah-ogahan.

Sesampainya di depan ruangan Satria, Arin sekretarisnya Satria langsung mempersilahkan Ratna untuk masuk ke dalam ruangan Direktur muda itu.

"Bapak manggil saya?" tanya Ratna begitu masuk ke dalam ruangan Satria.

Satria yang sedang duduk di kursi kebesarannya mengangguk. "Kamu pulang ke rumah kan? tolong titip ini dong" ucapnya sambil menunjuk sebuah bungkusan yang ada di ujung mejanya.

"Saya engga pulang ke rumah malam ini, udah ijin sama tante Ambar kok, mau nginep dirumah temen"

"Nginep? di rumah siapa?" tanya Satria.

"Di rumahnya Sasti" jawab Ratna.

"Sasti?"

"Iyaa Sasti, kenapa emang?" Ratna heran dengan sikap kakak sepupunya yang banyak tanya itu, tidak seperti biasanya yang selalu cuek.

DIA (BANYAK DIHAPUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang