bag 17

48.7K 3.4K 37
                                    

Katrina mendengus kesal saat Satria melajukan mobilnya meninggalkan Villa, kenapa susah sekali mendapatkan hati Satria hampir 5 tahun ia mengejar pria itu tapi tak sedikitpun ia berhasil mendapatkan hati Satria.

Kalau bukan karena Ambar yang mendukungnya sudah pasti tak ada kesempatan bagi dirinya untuk terus berada di sekitar Satria.

Tiba-tiba sebuah ide lama kembali melintas di kepala Katrina, haruskah aku memanfaatkan masa lalu Satria yang ia simpan baik-baik untuk membuatnya bertekuk lutut kepadaku? batin Katrina.

Masa lalu Satria yang ia jaga dengan baik, ia tutup serapat mungkin. Hanya Katrina, Satria dan perempuan itu yang tau.

Tapi apa kabar perempuan itu ya? apa dia sudah kembali ke Indonesia? Ahh apa perduli ku pikir Katrina. Tapi apa Satria tidak mencarinya ya Katrina mulai berpikir lagi sambil berjalan kembali menuju Villa.

--

Sinar mentari pagi memaksa masuk dari celah horden yang tidak tertutup rapat, Sasti mengerjapkan matanya berulang kali hingga akhirnya ia bisa membuka matanya dengan lebar.

Dilihatnya Naresh yang masih tidur meringkuk di sebelahnya, Sasti pun memiringkan tubuhnya menjadi menghadap ke malaikat kecilnya itu.

Entah kenapa saat menatap Naresh bayangan perempuan itu muncul, bayangan saat perempuan itu datang dengan menggendong Naresh. Hati Sasti berdesir tatkala kata-kata perempuan itu kembali terngiang di telinganya.

"Jangan lupa siapa kamu sebenarnya dan siapa saya sebenarnya"

Tanpa Sasti sadari air mata mulai mengalir dari kedua sudut matanya, Sasti pun menarik nafas panjang lalu mengelap air mata dengan jarinya.

Kamu harus kuat Sasti, kamu tidak boleh lemah ucap Sasti dalam hati mencoba menyemangati dirinya sendiri.

Ia pun mencium kening Naresh sebelum akhirnya bangkit dan berjalan keluar dari kamar.

Sasti menyibak horden pintu kaca ruang tamu sekaligus ruang keluarga dan tempatnya menoton tv, membiarkan cahaya matahari masuk menerangi apartmentnya, ia juga menyibak horden jendela yang menghadap ke meja makan.

Setelah itu ia berjalan ke dapur, mengambil gelas mengisinya dengan air putih lalu meminumnya hingga abis. Sasti mulai berpikir sarapan apa yang akan ia buat, ia pun membuka kulkas dan mengecek bahan apa saja yang ada dikulkasnya itu.

Sebuah ide muncul di kepala Sasti, membuatnya bersemangat untuk berperang di dapur padahal ia membuat sarapan hanya untuk dirinya dan Naresh.

1 jam berlalu...

Ting nong!

Sasti yang sedang meletakkan piring di meja makan tampak merengut saat mendengar suara bel yang berbunyi.

Siapa pagi-pagi udah dateng batin Sasti saat melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul setengah 9 pagi.

Ting nong!

"Miii..." Naresh keluar dari kamar sambil mengucek keduamatanya, lalu naik ke atas sofa.

"Pagi sayangnya mami" Sasti pun menghampiri Naresh lalu mencium keningnya, baru kemudian ia berjalan ke pintu, dari lubang kecil di pintu Sasti mencoba untuk melihat siapa tamu di pagi hari ini.

Satria??

Sasti membuka pintu namun hanya sedikit, kunci rantai tidak ia buka membuat pintu tidak terbuka dengan lebar, "kamu mau ngapain?" tanya Sasti kepada Satria yang tengah menatapnya.

"Hmm.. mau ajak kamu sama Naresh jalan-jalan" jawab Satria.

"Aku udah ada acara" balas Sasti.

"Ohh.. yaudah aku anter" balas Satria.

DIA (BANYAK DIHAPUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang